Pembalasan

3 1 4
                                    

Tema: Pembalasan
Majas: Personifikasi
Kata Kunci: Candu, Sukma, Dentum Petasan, Hasrat, Sabu-Sabu

PseuCom
______________

Dinginnya angin malam menemani Dewo berjalan tanpa tujuan sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan air mata yang terus menetes. Dadanya merasakan sesak kala mengingat ucapan ayahnya sendiri yang mengusir. Ia merasa tadi seperti bukan ayahnya, karena ini pertama kalinya Dewo dibentak sang ayah.

Dan lebih menyesakkannya lagi ayahnya percaya begitu saja dengan fitnahan kakak tirinya itu. Padahal, ia sama sekali tak pernah melakukannya sekali pun.

Sejak kejadian pengusiran itu, Dewo tinggal di rumah temannya. Terkadang Dewo juga merasakan tak enak harus menumpang, tapi ia juga tidak tahu harus menumpang ke mana lagi, apalagi masa depannya yang berubah menjadi suram.

Sejak kasus itu, dirinya di-droup out dan masuk penjara. Sampai sekarang pun ia belum bisa bekerja karena tersandung kasus itu. Padahal, ia tak pernah melakukannya sama sekali. Nahasnya, ia tak punya bukti sebagai pembelaan.

Sampai sekarang Dewo hanya berdoa agar bisa membuktikan siapa yang salah di sini. Dewo sering kali mengikuti kakaknya, namun juga kerap gagal karena dihalangi teman-temannya.

Malam ini---malam tahun baru, malam penuh suara dentum petasan yang menguar di atas langit sana. Dewo tersenyum tipis, setelah perayaan tahun baru biasanya kakaknya itu mengadakan balapan motor bersama gengnya. Jikalau menang, makan akan mendapatkan hadiah yang diinginkan. Contohnya saja Ciko---kakaknya sendiri---mungkin akan meminta barang haram karena sudah terlanjur candu karena pengaruh buruk teman-temannya.

Kenapa Dewo tahu?

Dulu ... tepat perayaan tahun baru seperti ini biasanya ia merayakannya bersama sang sahabat untuk berkeliling, bukan untuk balapan motor seperti kakaknya melainkan melihat indahnya puluhan petasan yang menguap di langit sana.

Saat itu dirinya berhenti sebentar ke toilet, sahabatnya pun sedang mencarikan camilan untuk menikmati keindahan langit dan serunya keramaian. Namun nahasnya, saat ia keluar dari toilet ia melihat mobil polisi dan kerumunan polisi dengan salah satu geng motor.

Dewo mendekat dan betapa kaget dirinya melihat sang kakak yang sedang ditangkap polisi karena balapan liar. "Kakak?"

"Nah, itu dia adik saya yang punya motor ini. Dia juga yang ngajak saya, Pak. Dan ... coba lihat jok motornya, Pak, mungkin ada sesuatu."

Dewo menggeleng pelan, lebih mengejutkannya lagi polisi menemukan satu gram sabu-sabu di joknya. Dan sejak saat itu, ia tersandung kasus yang sama sekali tak pernah ia lakukan.

Saat ini, Dewo bersembunyi di dekat bascamp, tempat berkumpulnya geng Ciko. Ia tersenyum puas saat melihat hasil jepretannya sendiri kemudian menelepon puisi.

Jepretan poto yang sangat jelas menampakkan sekumpulan remaja laki-laki berpakaian hitam ala berandalan yang sedang tiduran di lantai dengan botol-botol minuman haram dan seplastik kecil sabu-sabu lengkap dengan penghisapnya.

Tak berselang lama, datanglah dua mobil polisi yang kemudian mengepung di sekitaran basecamp. Polisi mengeluarkan tembakan peringatan yang menggema.

Orang-orang yang masih teler itu mendadak bangun dengan berdiri sempoyongan seperti raga tanpa sukma, entah tak karuan. "Kalian semua kami tangkap!"

"Terima kasih laporannya," ujar polisi itu pada Dewa.

Dewa mengangguk sambil tersenyum puas. Akhirnya malam indah yang sangat memuaskan. Petasan di langit sana menjadi saksi pembalasannya hari ini. Meski namanya belum bersih, setidaknya Dewa sudah membuktikan bahwa kakaknyalah yang pecandu sabu-sabu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 14, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ipen WikenWhere stories live. Discover now