3

370 77 8
                                    

Taehyun melangkah pongah, main tuli atas deretan wanita yang tanpa malu mengelu-elukan dirinya.

Bukan tidak suka, justru Taehyun gunakan itu sebagai tameng atas nama baiknya. Singkat kata, pencitraan.

Mengelabui ribuan pasang mata mahasiswa/mahasiswi yang lain, Taehyun menuju ke arah Beomgyu yang sedang berada di koridor perbatasan gedung fakultas Seni dengan Manajemen.

"Hai, Beomgyu!"
Sapanya ceria, buat orang sekitar ikut tersenyum.

"Oh, ya. Ada apa, Taehyun?"

"Kamu ada jam kuliah sampai kapan? Mobilku rindu di tumpangi kamu."

Beomgyu memicing curiga, sampai Taehyun terpaksa memeluknya agar yang lain tak menangkap keganjilan tersebut.

"Ikuti permainan, berhadiah adik kesayanganmu bebas dari ancaman," bisik Taehyun amat pelan persis ditelinga Beomgyu.

Disaat suasana perlahan sunyi, Taehyun mendorong tubuh Beomgyu hingga tersungkur.

"Permainannya mudah, Choi. Cukup jadilah kekasih gadunganku. Sebisa mungkin jaga namaku agar tetap bersih di lingkungan universitas, dan kamu jadi senjataku."

"Terserah. Aku hanya ingin adikku bebas."

Perlahan, Beomgyu berdiri dan membersihkan debu pada bagian pantat. Masih diam berdiri, menunggu Taehyun pergi terlebih dulu.

Kode itu ditangkap Taehyun, sampai lelaki Kang berbalik arah dan menuju ke kelasnya.

Masih betah pandangi hamparan gedung yang nampak kecil dari atas, Beomgyu dari sini mulai paham bagaimana hidup berjalan.

"Jadi, seperti ini posisimu, Taehyun? Diatas sini, semua gedung maupun rumah terlihat teramat kecil. Sayangnya, kamu melewatkan satu hal. Rumah yang bagimu kecil, akan terlihat amat besar nan luas ketika kamu melihatnya dari bawah," monolog Beomgyu bernada lesu.

Keinginan Beomgyu hanya satu, meletakkan Taehyun pada lantai terbawah sebuah gedung. Sampai ia mengerti betul, seluas dan sebesar apa orang yang selama ini disiksa olehnya- tidak sekecil yang terlihat.

Tapi, bagaimana caranya?

###

"Kang Taehyun! Duduk dan diamlah! Jangan berulah selagi Papa juga Mama memberimu petuah!"

Giginya bergeletuk keras, penjarakan emosi sebisa mungkin agar pergerakannya tidak lagi dinilai salah.

"Jadi, sayang.. berapa bagian saham yang akan kau berikan kepadaku dan anak-anakku?" Tanya wanita yang sedari tadi bergelayut manja.

Tuan Kang tersenyum penuh arti, pancaran matanya nampak terbuai oleh wanita tersebut yang bahkan Taehyun akui begitu lihai dalam menggoda. "Separuhnya, akan kubagi semua rata. Untukmu, apapun demi untukmu."

Sumpah demi Tuhan, Taehyun sedari tadi tahal mual mendengarnya.

"Sudah kan? Aku ingin pulang. Silahkan kalian berdua berkencan sepuasnya," Menggeser kursi, Taehyun bergegas pergi ke luar restoran setelah memesan taksi online.

"Ibu anak sama saja, sama-sama memuakkan." Taehyun lanjut mengumpat di sepanjang jalan.

Mimpinya menghancurkan Beomgyu semakin memuncak di ubun-ubun.

###

Dalam ruangan pribadinya, Taehyun menunggu Junho bawakan kabar.

"Aman terkendali, Hueningkai tidak keluar dari teritorial. Bahkan ponselpun dia tidak punya."

Taehyun mengangguk puas, "Bagus. Jangan sampai keluarga itu meminta bantuan, atau bahkan berniat lepaskan diri. Terimakasih, Junho."

"Tapi, Kang. Kali ini kamu keterlaluan. Niatmu jadikan Beomgyu sebagai kekasih gadungan, itu berlebihan. Jika aku jadi kamu, serang salah satu. Jangan keduanya sekaligus. Kamu sudah pilih fisik, jangan sampai hatinya juga kamu sakiti, Taehyun."

"Berusaha mengguruiku, Cha? Ingat posisi, tolong."

"Oke, aku pergi. Selamat sore."

Diluar ruangan, hati Junho meraung kuat. Berkali-kali salahi diri sendiri yang begitu lemah.

"Hyuka, kumohon. Maafkan aku, jangan dendam pada Taehyun atau kepadaku."

Junho menyayangkan, perihal hatinya yang melabuh kepada adik Beomgyu itu. Mengapa harus Hueningkai?

To be continued..

Asiik, ada crack pair.

AbnormalWhere stories live. Discover now