14. Kesem-sem 🎈

16 7 16
                                    

Lemon mah di icip-icip baru asem, tapi muka gue liat manusia itu aja udah asem.

_Islania Cut Putro_

🎈🎈🎈

Happy Reading
.
.
.
.

"Cieee, yang di ketawain sama doi kemarin."

Nia menatap jengah sahabatnya sejak kejadian kemarin sore di rumah Riski, Anyelir terus saja mengejeknya bahkan mengechat dirinya hanya untuk mengatakan itu. Unfaedah banget, kan?

"Salah lo," ucap Nia malah menyalahkan Anyelir.

Anyelir menatap tak percaya, bagaimana bisa jadi salahnya?

"Kenapa jadi gue?"

"Karena lo yang punya masalah sama Kak Riski, malah gue yang kena," somprot Nia mengebu-gebu karena kesal, apalagi ketika mengingat kedua pria yang menertawakannya habis-habisan kemarin malah tambah membuat badmood.

"Gue gak ada masalah sama Kak Riski. Lo juga sih, ngapain coba pake nada dering gitu?"

Nia mencibir mendengar ucapan Anyelir, yang sama sekali tidak mengerti keadaannya.

"Ya, karena gue suka lah. Tapi gak diketawain juga lah, kan gue malu," gerutu Nia menutupi wajahnya dengan hijabnya.

"Hahaha. Tapi yang paling bengek pas mama-nya Kak Rian ngomong gini, loh main siapa toh yang bunyi? Ya ampun, gak bisa tahan gue bengek." Anyelir memegang perutnya kram karena tertawa sudut matanya juga berair.

Sedangkan Nia semakin menutup wajahnya malu. Bagaimana tidak malu? Di depan camer, walau kata Nia. Tapi kan tetap saja dirinya malu dianggap anak-anak karena membawa mainan.

"Au ah, aing ngambek," ucap Nia lalu memakai ranselnya dan berdiri.

"Ehhhh, mau kemana?" tegur Anyelir ikut berdiri.

"Like-like me," ketus Nia berjalan meninggalkan Anyelir.

Nia berjalan keluar dari perkarangan taman kampus menuju parkiran, Anyelir juga mengikuti langkah kaki sahabatnya yang sedang ngambek.

"Cieee, Neng Nia ngambek," rayu Anyelir dengan siul-siulan kecil menggoda Nia yang di depannya.

Mendengar rayuan Anyelir Nia berusaha sekuat tenaga untuk tidak lepas tawanya, karena jujur Nia sedikit geli jika di rayu begitu.

"Masih ngambek. Ihhhhh, noh tuh Kak Rian."

"Mana?" jawab Nia antusias.

"Dihati mu. Hahahaha."

"Kampret!"

Nia menghentak-hentakkan kakinya sambil mencak-mencak tidak jelas sepanjang jalan kakinya melangkah menuju parkiran. Nia berjalan mendekati motornya dan mengeluarkan motornya sedangkan Anyelir menunggu di tempat biasa dirinya menunggu Nia.

"Naik," titah Nia sesampai di samping Anyelir.

"Ciee, masih ngambek?" ucap Anyelir dengan tampang nyeselinnya dan mencubit pipi Nia.

Nia berdecak dan menepis tangan Anyelir dari pipinya.

"Jadi naik kagak lo?" sewot Nia menatap Anyelir dengan jengkel.

Almet Biru Story (HIATUS)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora