Arc 6 - Hari Bersamanya -

567 74 7
                                    

"Chik.. Chikaa?!"

"Eh iya kenapa kak?"

"Lo kenapa? Suka ama gue? Sampe terpesona gitu,"

"I-iya kak, eh mak-maksudnya ga gitu,"

"Haha lucu lo, gue baru putus Chik, masa langsung jadian sih ama lo,"

"Ya gapapa sih, kak," ucap Chika pelan.

"Kenapa Chik?"

"Eh gapapa kok kak," lagi-lagi Chika yang panik hanya bisa terus mengelak.

Sementara Mira hanya bisa tersenyum melihat kelakuan adik kelas sementaranya itu.

"Makasih,"

"I-iya kak, sama-sama,"

"Tapi gapapa kak gini aja?"

"Iya gapapa, makasih ya, Chik,"

"Sama-sama, maaf loh kalo ga rapi. Aku ga bawa penggaris soalnya,"

"Ada-ada aja lo,"

"Kalo udah ga ada apa-apa aku pulang ya kak, udah malem juga,"

"Lo nginep aja disini, temenin gue. Mau ya?"

"Duh tapi aku ga bawa baju kak, besok juga kan ganti seragam,"

"Malem ini lo pake baju gue, besok pagi-pagi sebelum ke sekolah kita ke kosan lo dulu buat ganti seragam lo, gimana?" tawar Mira yang masih berusaha membuat Chika tetap berada di rumahnya itu.

"Ya-yaudah deh kalo kak Mira maksa,"

"Nah gitu dong cantik. Gue mandi dulu ya, lo tunggu sini dulu. Selesai mandi kita beresin ini terus cari makan, oke?"

"Iya kak,"

Meski awalnya menolak, percayalah itu hanya akal-akalan Chika semata. Beruntung Mira masih kekeuh dan memaksanya. Toh, tidak bisa dipungkiri kalo Chika sangat senang dengan tawaran Mira itu. Lagipula ia juga yang akan melewatkan kesempatan emas ini.

Semenjak sepulang sekolah tadi, Chika sudah berada di rumah Mira. Jujur saja ia terkejut kala melihat keadaan Mira pertama kali. Penampilannya begitu berantakan dan matanya sembab, percis seperti orang patah hati.

Tidak hanya itu, Mira juga hampir membuatnya terkena serangan jantung. Pasalnya begitu tahu keberadaan Chika, Mira langsung melompat memeluknya. Siapa juga ya tak kaget mendapat serangan mendadak seperti itu, apalagi dari calon kesayangan.

Setelahnya, Chika hanya duduk sambil mendengarkan cerita Mira. Cerita tentang kejadian kemarin. Chika bisa merasakan seberapa besarnya sayang Mira pada Vivi. Namun menurutnya Mira lebih sayang dengan gengsinya, namanya juga siswa berprestasi, tidak mungkin kalo tidak punya pride.

Nama Ara pun disebut oleh Mira, namanya yang bisa Chika simpulkan sebagai biang dari masalah ini. Karena menurutnya apa yang Vivi katakan soal Ara dalam cerita Mira ada benarnya. Ara seakan memancing kemarahan Vivi hingga akhirnya insiden itu terjadi.

Mungkin Vivi salah, tapi yang tak Chika habis pikir adalah Mira tetap membela Ara mati-matian, atau itu hanya alibi Mira yang enggan disalahkan? Entahlah, karena yang Chika tahu seharusnya pacar itu ada di urutan nomer dua prioritas dibawah orang tua. Tapi bisa-bisanya Mira malah menaruh sahabat di nomer dua.

Bukan menganggap sahabat tidak penting. Dua-duanya penting, tapi beda prioritas. Lalu kenapa pacar nomer dua? Ya karena hubungan itu tercipta karena ada komitmen, makanya ia harus diprioritaskan. Dan sebagai sahabat, seharusnya Ara sadar diri, bukan malah berlomba berebut simpati dari Mira.

Tapi toh nasi sudah menjadi bubur, maka dari itu Chika tak mengutarakan hal tersebut. Untuk apa? Semuanya juga sudah terlambat. Makanya dari tadi Chika hanya menjadi pendengar yang baik. Memang terkadang seseorang itu hanya ingin didengarkan, bukan diberi saran atau malah digurui.

TortuousWhere stories live. Discover now