Chapter 7

230 280 63
                                    

Satu tahun kemudian.

Hari-hari berlalu dengan kecepatan yang tidak terduga. Tami lulus dari sekolah dan ia mulai bekerja.

Tami hidup dalam kehampaan, ia  seolah-olah berusaha untuk tidak terlempar dari kendaraan yang bergetar hebat—seperti itulah kehidupan di dunia ini, jika kau terus berada di zona nyaman, maka kau akan terpental dan berakhir di tempat yang tidak seharusnya.

Terkadang, Tami merasa seperti ia semakin dekat ke tempat yang ia inginkan—tetapi tempat itu seakaan tidak pernah sampai.

Tami hidup dalam kebimbangan, ia tidak pernah menentukan jalan hidupnya, meskipun begitu, ia tetap berusaha dengan semampunya.

//

Di siang hari, cuacanya panas, matahari bersinar terang, memancarkan sinar terang bewarna kuning pekat, di dalam kamarnya; berantakan, beberapa benda di lantai, suasana sangat panas, meja belajar yang sama seperti satu tahun kebelakang, jendela kamar dan kenangan yang hampir sama seperti satu tahun lalu.

Terdengar sebuah suara ketikan, suara itu berasal dari laptop yang sedang di gunakan oleh Tami.

Tertulis: "<30 juni 2022>. Sudah hampir setahun, Tony sahabatku pergi meninggalkanku. Sampai detik ini, aku masih menyalahkan diriku yang tak bisa membantunya untuk bangkit dari masalah besar yang dia alami." Tulis Tami yang sedang menulis untuk blog pribadinya.

"Setelah sahabatku memberikut amanat untuk menyelasaikan novel yang ceritanya telah di design semenarik mungkin. Semenjak saat itu, aku belajar dengan giat cara membuat novel, dari mempelajari pola kalimat, struktur kalimat, kaidah kebahasaan, dan aku juga menjadi rajin menulis di blog pribadiku, menulis catatan dipena, menulis cerita pendek dan mencoba bekerja sebagai jurnalis." Tulis Tami di paragraf berikutnya.

Tami telah lama menyalin dan menyimpan catatan novel Tony di buku catatan miliknya. Dia sudah berjuang untuk melakukan segala cara agar novel itu bisa ia selesaikan.

Meskipun telah belajar dengan giat, Tami masih kesulitan dalam melanjutkan cerita novel yang telah di buat oleh Tony. Bahkan setelah hampir setahun Tami belajar segalanya, namun ia masih tak kunjung bisa menyelesaikan setengah bab keenam di cerita itu.

Bagi Tami, ada sebuah teka-teki yang membuatnya tak bisa menyelesaikan cerita buatan Tony.

'Ragu' adalah kata yang tepat. Tetapi, Tami yakin bahwa dia harus mencari tau sendiri, tentang penyebab utama dari kematian sahabatnya itu.

Meskipun mengalami kesulitan dalam menulis cerita. Tetapi sejujurnya Tami sangat menyukai cerita yang telah di buat oleh Tony.

"Entah apa penyebab yang membuat sahabatku depresi di akhir hidupnya." Tulis Tami melalui blognya.

'Penasaran dan kurang yakin' membuat Tami nekat pergi mencari tau.

Pada suatu ketika, Tami pergi menuju ke sebuah toko kecil, dia menunjukan foto sahabatnya itu kepada si penjaga kasir yang sudah nampak tua dan berumur enam puluh tahun itu.

"Ya... anak itu nampak muram, seperti ada suatu tekanan di dalam batinya, aku rasa hatinya telah hancur." Ucap si penjaga toko.

Tami semakin bertanya-tanya, apa yang terjadi? Apa yang salah? Dan apa yang dia lewatkan?

Bagi beberapa teman kelas Tami, kematian Tony adalah sebuah misteri.

Tapi, ketika Tami mendengar berita buruk tentang kematian Tony. Dia akan marah, membentak dan meyakini bahwa sahabatnya adalah orang baik.

Namun, begitulah waktu, sama seperti anak-anak remaja seusianya yang lain. Tami tidak pergi mengambil jurusan kuliah yang dia inginkan, dia hanya fokus pada apa yang bisa ia kerjakan di rumahnya.

Selain sibuk dalam hal belajar dan membuat tulisan. Salah satu Kesibukan aktivitas Tami adalah jalan-jalan keluar rumah, untuk melihat-lihat pemandangan yang tak ia dapatkan di rumah.

Bekerja setiap hari di depan sebuah layar membuatnya kesulitan dalam mendapatkan ketenangan dan kedamaian dalam berpikir.

Meskipun, pemandangan di daerah rumah Tami telah rusak di sebabkan oleh polusi udara dan kepadatan kendaraan yang begitu banyak.

Tapi, masih terdapat satu tempat yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, hampir setahun kebelakangan, tempat itu selalu di kunjungin oleh Tami ketika dia sedang mencari refrensi kata-kata yang menarik.

Seluruh tempat itu di kelilingi rumput liar yang rimbun, dengan tingginya mencapai sepingan, hanya terdapat satu petak jalur untuk lewat.

Di tengah-tengah rumput liar itu, terdapat satu pohon cemara yang cukup besar. Bahkan, karena terlalu besar, pohon cemara itu bisa kita gunakan untuk berteduh di bawah pohon itu ketika cuaca sedang panas, tetapi sebelum sampai ke letak pohon besar itu, maka terdapat satu bagunan rumah yang kosong di tinggalkan sebelum rumah itu selesai di bangun.

Bagi Tami, tempat itu cukup penting baginya, karena sudah jarang ada tempat yang masih punyak banyak tanaman hijau serta hewan-hewan yang tinggal di dalamnya.

Bukan hanya itu, pohon cemara yang besar dan tua di tengah-tengah taman, menjadi sebuah saksi biksu kehidupannya.

Tami dan Tony sering bermain disana, mereka sering duduk di taman itu ketikan pulang dari sekolah Menengah, tapi semenjak mereka duduk di bangku SMU, Tami lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain dan belajar bersama dengan teman-teman barunya.

Tami memegang batang kayu yang nampak sudah rapuh, ia teringat dengan kenangan masa lalu. Kepalanya memutarkan sebuah reka-adengan waktu ia kecil.

Selain kenangan bersama dengan Tony sahabatnya, Tami juga pernah bertemu dengan seseorang di taman itu.

Waktu itu umur Tami masih sekitar lima tahun ketika ia bertemu dengan seseorang anak yang terlihat unik, anak itu terlihat sangat bahagia, antusias dan periang.

Namun, anehnya banyak yang menjauhi anak itu sehingga ia tak memiliki teman. Hal yang paling unik, anak itu pernah menggatakan sesuatu hal yang terlihat hebat, ia hampir tau semua kejadian yang pernah Tami alami.

Anak kecil yang luar biasa, Tami selalu menggenang pertemuannya dengan anak itu, sayang Tony tak melihatnya. Meskipun pertemuannya dengan anak itu terjadi satu kali di taman ini, tetapi Tami selalu menyimpannya di dalam hatinya.

Tami merindukan anak itu. Anehnya, Tami tak pernah ingat, tentang jenis kelamin dan dimana ia tinggal.

Tami beranggapan jika kejadian ini hanyalah mimpi yang ia alami, itu terjadi karena ia tersadar setelah tertidur di bawah pohon cemara itu.

Sungguh kejadian yang misterius dan aneh, tapi bagi Tami itu adalah kejadian luar biasa yang ia rindukan.

Mari kita akhiri tentang anak itu, saat ini Tami selesai dengan menggenang kejadian masa lalunya. Dia merindukan Tony, beberapa kali ia sering menangis, bahkan ketika ia sedang menulis.

~

NB: JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, ALUR, CERITA, LATAR, TOKOH DAN LAIN-LAIN. ITU HANYA KEBETULAN DAN TIDAK DI SENGAJA

BEFORE HE GO.Where stories live. Discover now