Chapter 1

1.6K 78 0
                                    

Hari Senin di Neo Culture High School, hari yang paling membosankan bagi sebagian siswa kelas 11-B. Karena hari itu dimana matematika mengerjai otak mereka.

Ya, sebagian besar memang membenci pelajaran itu, tapi tidak dengan dua siswa yang dengan semangat mencatat setiap hal-hal penting yang disampaikan oleh guru tersebut.

"Baiklah karena istirahat 10 menit lagi, Saya beri kalian waktu untuk mendinginkan otak kalian yang sudah berasap itu haha"

Guru tersebut terkekeh melihat siswa-siswa itu menghela nafas lega sambil bersorak riang.

"Selamat siang anak-anak"

"Selamat siang, Pak"

Setelah guru keluar, mereka langsung ricuh mengeluarkan unek-unek yang sedari tadi mereka tahan.

"Ji, Lo udah liat mading belom?" tanya pemuda Aussie dengan suara rendahnya, Lee Felix.

Felix itu blasteran, bule. Daddy nya bernama Christopher, keturunan asli Aussie. Tapi sayangnya, istrinya yang orang pribumi meninggal setelah melahirkan Felix.

"Belom, emang ada apaan?" Jawab Jisung, teman sebangkunya.

"Nilai ulangan tengah semester ini udah ditempel disana, mau liat gak?"

KRIET!

Mereka langsung menoleh ke sumber suara.

"Si Jaemin kenapa?" Tanya Felix. Jisung hanya mengangkat bahunya lalu ikut keluar mengikuti Jaemin.

Di depan mading, Jaemin mengepalkan kedua tangannya dengan kesal. Lagi dan lagi, Jaemin kalah dari Jisung. Jisung selalu dan selalu berada selangkah didepan Jaemin. Dan Jaemin sangat benci hal itu.

"Pffftt kedua lagi Lo?"

Jaemin semakin mengepalkan tangannya ketika mendengar suara itu. Tanpa berbalik pun, Jaemin tau kalau itu suara Han Jisung. Musuhnya.

"Ck! Nilai kita cuma beda 2 poin! Lo gak usah sombong!"

Jisung tersenyum meremehkan, "2 poin itu juga yang bikin Lo masih ada dibawah gue. Jadi Lo tetap kalah"

"Cih! Lo liat aja semester ini, gue bakal ngalahin Lo!" Setalah itu Jaemin pergi entah kemana, Jisung tidak peduli.

Jaemin dan Jisung merupakan dua murid terpintar yang selalu bersaing memperebutkan posisi pertama di angkatan. Sebenarnya sih mereka bukan rebutan peringkat, Jaemin yang ingin merebut posisi itu. Tapi nyatanya walau sudah 2 semester, Jisung masih bisa mempertahankan posisinya. Dan itu membuat Jaemin semakin berambisi untuk mengalahkan Jisung.

"Woi, Ji! Dicariin juga, taunya nongkrong olangan disini" itu Eric, bersama kembarannya Jeno.

Mereka berdua adalah sahabat Jisung di SMA ini, Jisung sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Eric –adik kembar Jeno– memiliki sifat yang keras tapi ceria dan perhatian. Dia sering baku hantam dengan siswa lain, bahkan selalu ikut tawuran. Sifatnya itu, ia dapat dari sang ayah Lee Juyeon. Mantan ketua gangster yang sekarang lebih memilih mengurus perusahaan dan hidup tenang dengan istri dan anak-anaknya.

Sedangkan Jeno, sifatnya agak dingin tapi juga lembut. Dia jarang bicara dan kurang bersosialisai, tapi jika terjadi sesuatu pada orang yang ia sayang maka ia akan menjadi orang pertama yang peka dan membantunya. Jeno lebih menunjukkan sisi dewasanya daripada Eric.

"Ngapain nyariin gue? Kangen ya Lo?"

Han Jisung dengan wajah menyebalkan nya itu, ingin rasanya Eric beri kecupan dari tangan bajanya ini. Tapi ia urungkan, nanti Jisung tidak manis lagi~ eh?

"Lama" ucap Jeno dan langsung merangkul Jisung di lengan kanannya serta Eric di lengan kirinya.

"Eh Seungmin kemana?"

"Lagi meditasi di toilet, kita tunggu aja di kantin"

~Heaven~

"Sungchan, kamu dapet 4 lagi?!"

Taeyong memijat kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Kedua anaknya sangat berbeda, bertolak belakang. Jaemin sangat pintar hingga berambisi mendapat peringkat satu disekolah, tapi adiknya sama sekali tak bergairah hingga selalu mendapat peringkat terbawah dikelasnya.

Belum lagi anak ini hobi bolos dan membuat masalah disekolah, Taeyong rasanya ingin menjual anak itu.

"Ya bagus dong, Ma, lumayan buat tempat duduk" canda Sungchan yang dihadiahi pelototan dari Mama nya.

"Kalo gini terus, Mama terpaksa kasih tau Oma biar kamu gak dikasih uang jajan tambahan lagi" ancam Taeyong sambil mengetikan sesuatu di ponselnya.

Sungchan hanya diam tak peduli, lagian Oma nya itu sudah tak memberinya uang jajan lagi sebulan ini. Jadi buat apa takut dengan ancaman itu lagi?

"Kamu gak takut Mama laporin ke Oma?" Taeyong mengernyit keheranan.

"Laporin aja, Sungchan udah gak dikasih uang jajan lagi kok dari Oma" ketus Sungchan lalu ia mengambil tasnya dan pergi ke kamarnya.

"Sungchan! Jung Sungchan! Mama belum selesai  bicara! Hah anak itu, kelakuannya sebelas dua belas sama Ayahnya"

BRAK!

Pintu terbuka dengan kasar, Taeyong terkejut dan memegang dadanya.

"Jaemin?"

Jaemin tampak kacau dengan rambut acak-acakan dan tas yang hanya ia tengteng.

"Jaemin sayang, kamu kenapa?"

Taeyong memeluk Jaemin dengan lembut, perlahan ia merasakan bahu Jaemin bergetar.

"Jaemin... kalah lagi dari dia, Ma"

Ah, soal peringkat ternyata. Pasti si Jisung Jisung itu masih bisa mempertahankan posisinya.

"Cup cup cup, gapapa sayang. Kamu udah coba yang terbai-"

Jaemin melepaskan pelukan mereka sedikit kasar.

"Gak, Ma! Jaemin harus bisa ngalahin dia apapun caranya!"

Kemudian Jaemin berjalan dengan cepat menuju kamarnya. Tanpa menghiraukan panggilan Taeyong.

"Jaem! Jaemin!"

Taeyong kembali menghela nafas.

"Kenapa Jaemin makin mirip Omanya ya"











Voment juseyo~

Sky Castle; hyunsung ver.✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang