04

1.1K 376 79
                                    

Felix membuka botol kaca kecil berisi cairan berwarna merah, kemudian memasukkannya ke dalam adonan kue, membuat Selina mengernyit.

"Itu apa? Bukannya udah dikasih pewarna?" tanya Selina.

"Biar warnanya makin cantik dan rasanya makin enak, gue biasanya pake ini kalau bikin kue, anggep aja rahasia dapur, hehe," jawab Felix.

"Ooh, jadi itu racikan lo sendiri gitu?"

"Yaa... gitulah, hehe."

Selina menunduk hendak mencium aroma adonan, tetapi Felix langsung menahannya.

"Jangan kayak gitu, jorok," ucap Felix.

Selina terkejut, dan sontak menutupi hidung dan mulutnya menggunakan kedua tangannya, "Hah? Iya ya?"

Felix terkekeh, "Iya, lagian kalau belum dipanggang gak akan ada aroma apa-apa,"

"Iya sih." gumam Selina.

Felix pun menguleni adonan sampai bisa dibentuk, Selina hanya diam memperhatikan. Ia tidak berani mengambil banyak peran, jadi lebih banyak memperhatikan.

"Dah, tinggal dibentuk-bentuk aja sih," ucap Felix sembari mendorong wadah yang digunakan untuk adonan ke tengah-tengah ia dan Selina.

"Dibentuknya bulet-bulet atau terserah?" tanya Selina.

"Terserah aja, cuman agak susah kalau mau dibentuk yang unik-unik, soalnya kan ada choco chip- nya," jawab Felix.

"Ooh, gitu yaa..."

Selina langsung mengulurkan tangannya untuk mengambil adonan, tetapi Felix tiba-tiba mencegatnya.

"Digulung dulu lengan bajunya, nanti kotor kena adonan," kata Felix.

"E-eh, i-iya." Gumam Selina.

Ia kemudian dengan ragu-ragu menggulung ke atas lengan bajunya, Felix mengernyit melihat ada lebam di pergelangan tangannya, seperti bekas dicengkeram atau diikat.

"Tangan lo kenapa?" Spontan pertanyaan keluar dari mulut Felix.

"Gak papa kok, cuman gue suka ceroboh aja, hehe."

Felix merasa ada yang tidak beres, tetapi ia memutuskan untuk tidak mengorek-ngorek apa yang sebenarnya terjadi.

"Adek-adek lo belum pulang sekolah?" tanya Felix.

"Mereka biasanya main sampe malem, kalau yang SD nunggu dijemput mama dulu baru bisa pulang. Aduh, tapi gimana, ya? Mama masih belum pulang,"

"Kalau gitu gimana dong?"

"Paling minta adek gue yang paling gede buat jemput."

Felix merespon dengan anggukkan.

"Lo bentuknya cantik," puji Felix.

"Serius? Makasih," ucap Selina sembari tersenyum lebar, ia jadi lebih bersemangat membentuk adonan.

Felix tanpa sadar terpaku melihat wajah Selina, gadis itu tampak lebih cantik saat terlihat ceria. Ia bertanya-tanya, kenapa gadis itu seperti punya 'sesuatu' yang berusaha ia sembunyikan.

"Kalau bentuk kayak gini gimana?" Felix tersadar dari lamunannya, saat Selina berbicara padanya sembari menunjukkan adonan yang ia bentuk menjadi bentuk hati.

"Wah, bagus, kok bisa? Gue susah bentuk selain bulet," kata Felix.

"Tinggal ditekuk kedalem tengahnya, terus ujungnya diruncingin," ujar Selina sembari mencontohkan cara membuatnya.

Felix pun mengambil sedikit adonan, dan mengikuti cara Selina. Ia kemudian tertawa kecil melihat hasil buatannya yang tidak secantik milik Selina.

Secara tidak sadar Felix menikmati momennya membuat kue bersama Selina, ia terbiasa melakukannya sendiri. Terlebih Selina banyak mengajaknya ngobrol dan bercanda, membuat suasana jadi tidak jenuh.

Red Cookies | Felix ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя