"Udah siap liat kejutan?" suara berat Felix memenuhi penjuru ruangan semen dengan tiang besi di tengah ruangan, meja dan kursi kayu lapuk di bagian depan, serta papan tulis hitam yang dipenuhi coretan kapur.
Felix tersenyum sembari memegang kain yang menutupi sesuatu di atas meja, perasaan semua orang di dalam ruangan merasa tidak enak.
Selina dan Aliah menebak kalau isinya adalah kue mengerikan di dalam kulkas.
Dan benar, begitu Felix menarik kain, kue dengan hiasan kepala terpampang, semua orang membelalakkan mata melihatnya, namun tidak sanggup berteriak saking terkejutnya.
"Tenang aja, kalian gak akan makan dekorasinya, kalian bakal makan kuenya aja," ujar Felix sembari mengambil kepala yang menjadi dekorasi, kemudian meletakkannya di samping kue.
Felix lalu mulai memotong kue, dan meletakkannya pada piring-piring kertas kecil.
"Selin, Aliah, nih, bantu mereka makan, tapi jangan coba-coba buat ngebebasin salah satu dari mereka," ujar Felix sembari menyodorkan dua piring kue pada Selina dan Aliah, "Terserah kalian mau dikasih kesiapa dulu,"
Selina berjalan mendekati Felix, "Gue mau ngasih ke elo duluan," semua sontak terkejut dengan tindakan Selina.
Felix mengambil piring yang dipegang Selina, kemudian memakannya dengan santai, langsung dari piring ke mulut, tanpa menggunakan garpu.
"Lo pikir gue gak akan mau makan kue ini?" Ujar Felix, "Karena lo nantangin gue, gue mau lo yang makan kue setelah gue,"
Felix lalu mengambilkan kue untuk Selina. Selina mengacak rambutnya frustasi, kelakuan Felix benar-benar membuatnya tidak habis pikir, sangat kelewat batas.
Pada akhirnya meskipun merasa mual, Selina terpaksa menyantap kue berwarna merah dengan krim putih tersebut. Padahal rasa kuenya enak, namun mengingat apa hiasannya, siapapun tidak akan mau memakannya. Kecuali orang gila seperti Felix.
Aliah sendiri memberikan kue pertama kali untuk ayahnya, ayahnya sudah jelas tidak mau, apa lagi kue itu dihiasi kepala istrinya. Tapi tatapan tajam dan dingin Felix, membuatnya tidak berani terus menutup mulutnya.
"Nah, udah pada makan kue kan semua?" Ujar Felix sembari tersenyum lebar, seolah akan ada hal yang menyenangkan setelah ini.
Felix kemudian melirik Selina yang terus diam.
"Gue mau ngasih hadiah buat lo," ucap Felix.
Sontak Selina melihatnya dengan tatapan terkejut, khawatir serta takut.
"Gue tau lo pengen banget habisin bokap lo selama ini, jadi gue hadiahin bokap lo, buat lo habisin sendiri," tutur Felix, "Terserah pake cara apapun,"
Selina terdiam, menatap ayahnya yang sudah sangat tidak berdaya. Ia kemudian melihat ke arah Felix.
Felix tersenyum padanya sembari menunjuk benda-benda berbahaya yang ada di atas meja. Palu, tongkat bisbol, gergaji, dan pisau.
"Sel, jangan lakuin itu. Gue tau lo dendam sama bokap lo, tapi kalau lo lakuin itu, lo bakal berakhir di penjara. Jangan, Sel. Lo harus hidup bahagia dan bebas," ujar Haechan.
"Gue bisa hilangin bukti Selina yang ngelakuin," timpal Felix.
"Enggak, Sel, jangan kotorin tangan lo, gue mohon,"
Felix melirik Selina yang terlihat bimbang.
Felix mendengus sembari mengambil palu, "Ya udah, kalau lo gak mau, gue yang bakal turun tangan ngewakilin lo,"
Felix kemudian berjalan mendekati ayah Selina. Selina hanya diam menahan napasnya, dengan kedua tangan terkepal. Ia menahan diri untuk tidak melakukannya sendiri, benar kata Haechan, ia tidak boleh mengotori tangannya sendiri.

YOU ARE READING
Red Cookies | Felix ✔
FanfictionNamanya Felix, anak laki-laki yang hobi membuat kue, teman pertamaku di kampus, dia datang menyapaku sembari membawa cookies red velvet. Anaknya ramah, manis, baik, dan lucu, sampai-sampai aku tidak menyadari banyak orang-orang di sekitarku yang men...