09

367 45 4
                                    

Selamat membaca 💜
Silahkan di Coment jika Ada Typo 😉

Sebaik apapun caramu berpamitan yang namanya perpisahan tetap menyakitkan.

"MAU LO APA SIH? KENAPA LO BONGKAR SEMUANYA DI DEPAN TEMAN-TEMAN GUA?!" teriak Galang di depan wajah Aluna.

Sekarang mereka berdua berada di dalam kamar Aluna, sepulang sekolah Galang langsung masuk ke dalam kamar Aluna dengan penuh amarah.

"Emang kenapa sih kak? Kenapa kak Galang gamau ngakuin Luna sebagai adiknya kak Galang? Luna seburuk itu ya kak?" lirih Luna dengan mata yang berkaca-kaca.

"KALAU GUA BILANG JANGAN YA JANGAN! BISA GA SIH LO GA BIKIN GUE SUSAH?!" teriak Galang lagi sambil menunjuk wajah Aluna.

Aluna memandang Galang sendu, dirinya benar-benar merindukan lelaki itu, sikap lembutnya dan hal-hal yang sering mereka lakukan berdua.

"Coba bilang ke Luna Kak, Luna ada salah apa sama kak Galang? Jangan kaya gini terus kak sama Luna," ujar Aluna memohon.

"Lo mau tau kenapa???" tanya Galang sambil berjalan mendekati Aluna.

"Itu karena Gua gak mau punya adik pembunuh seperti Lo, Paham?" ujar Galang penuh penekanan.

"Tapi kak, Luna juga ga mau itu terjadi, Luna juga kehilangan Mama bukan cuma kak Galang," ujar Aluna lagi.

"Iya! tapi karena Lo Mama ninggalin gua untuk selamanya! karena keegoisan Lo, Lo ngancurin semuanya!" ujar Galang lagi.

Aluna memejamkan matanya bersamaan dengan air matanya yang mengalir.

"Jadi Luna harus gimana? Luna mau kita balik kaya dulu lagi kak, Luna juga pengen kaya temen-temen yang lain, punya Abang yang sayang sama dia" ujar Aluna parau.

"Simpan mimpi Lo itu karena sampai kapanpun itu semua gak akan terjadi," ujar Galang lalu berjalan keluar dari kamar Aluna dengan membanting pintu kamarnya.

Tanpa mereka berdua sadari Samudera mendengar semua pembicaraan mereka tanpa terkecuali, Samudera merasa gagal menjadi seorang Ayah untuk anak-anaknya.

Samudera memutuskan untuk kekamar Galang dan berbicara berdua dengan anaknya itu, sudah lama mereka tidak memiliki waktu berdua hanya untuk berbicara beberapa hal saja.

"Galang bisa papah masuk?" tanya Samudera sambil mengetuk pintu kamar Galang.

"Kenapa?" tanya Galang.

"Ah tidak, papah cuma kangen sama anak papah ini papah masuk ya ada yang pengen papah omongin sama kamu," ujar Samudera mencoba untuk melunakkan hati Galang.

"Mau ngomongin apa?" tanya Galang tanpa memandang Samudera.

"Papah mendengar Kamu sama Adik kamu bertengkar," ujar Samudera.

"Sampai kapan kamu seperti ini?" tanya Samudera.

"Sampai kapan kamu benci sama adik kamu? Ini semua bukan sepenuhnya kesalahan Aluna, takdir kita sudah di atur oleh Allah termasuk kematian Nak," ujar Samudera sambil memegang pundak Galang.

"Galang gak bisa Pah, cukup Galang serumah sama dia, Galang mohon papah jangan meminta lebih semakin Papah nyuruh Galang buat baik sama dia semakin besar rasa benci Galang sama Luna," tegas Galang menatap wajah Samudera yang mulai menua.

AlunanNada (REVISI)Where stories live. Discover now