Berat

997 99 30
                                    

"Christy, udah dong. Mamih udah di tungguin supir itu" kata Aya sembari terus berusaha melepaskan pelukan anak bungsunya.

"Masih mau peluk. Mamih, kok semakin kesini Kity semakin sayang sama mamih. Kity ngak peduli sering mamih suruh ini itu, sering suruh Kity masak sampai jemur baju, Kity ngak apa di marahin mamih tiap hari Kity mau kok. Asal mamih jangan pergi"
Pelukan Christy semakin erat.

Aya pasrah bila sudah seperti ini.

"Ka, bilang pak supir buat matiin mesin mobilnya. Mamih mau satu jam lagi baru pergi"
Ujar Aya kepada Chika yang juga terisak di sebelah Aya.

"Tapi..nanti..mamih...ketinggalan pesawat. Meski kaka suka begitu ceritanya"

"Ngak kok. Kalau mamih ketinggalan pesawat mamih bisa beli penerbangan selanjutnya"

Chika menurut.

"Adek, sini liat mamih"
Aya menaruh kedua tangannya di kedua pipi Christy. Mengusap linangan air mata bocah kecil itu.

"Jangan sedih. Mamih kan cuma pergi buat kerja dan nanti pasti pulang ke rumah. Lagian, kalau kangen sama mamih kan bisa telfon, bisa vidcall, bisa apa aja yang Kity mau. Jadi, jangan sedih. Mamih ngak pergi ke tempat Tuhan kok. Masih di bumi yang sama kayak adek, ya ?"
Bujuk Aya.

Sejak dua hari yang lalu anak itu mendadak melo dan posesif setelah melihatnya mengemasi barang dan bajunya yang akan di bawa ke jepang. Aya sebenarnya juga tidak tega meninggalkan kedua putrinya itu, tapi apa boleh buat, ini tuntutan pekerjaan nya yang mengharuskan nya pergi ke negara tersebut.

"Mamih, boleh di batalin ngak ?. Nanti Kity mohon mohon sama opa buat batalin semuanya. Ya ? Ya ? Ya ?"

"Ngak bisa sayang. Ngak segampang itu"

"Mamih, kalau udah disana pasti sibuk. Nanti ngak ada yang ingetin kaka buat minum air putih"
Chika muncul dari teras depan dan kembali menangis. Drama ketika berpergian meninggalkan anak sering terjadi di keluarga ini.

"Kaka, kan udah ada temen baru yang sering ingetin kaka. Mamih lupa namanya siapa"

"Nur. Namanya nur. Tapi Kity ngak suka sama dia"

"Lah kenapa ?"
Tanya Aya heran.

"Sok asik banget mi, Kity ngak suka"

"Tapi yang mamih lihat dia baik kok. Kayak temen kaka yang Badrun itu"

"Huaaaaaaaaa"
Tangis Chika semakin keras saat mamihnya menyebutkan nama sahabat kecilnya itu.

"Maaf ka, mamih lupa"

Aya kini beralih memeluk Chika. Diantara kedua putrinya, terlihat Chika yang paling menderita. Dia akan jauh dari mamihnya, dan juga sahabat kecilnya juga pergi karena pendidikan. Sungguh malang nasib Chika.

"Udah. Jangan sedih lagi"

Christy berbaur untuk ikut memeluk Aya dan juga Chika.

"Kaka udah janji jagain adek kan ?"

"Hemm"

"Adek juga janji buat jagain kaka, iya kan ?"

"Iya"

"Mamih juga janji akan selalu ada buat kalian. Kalau ada apa apa telfone mamih atau papa. Kalau butuh apa apa juga. Nanti ada tante Cindy, tante Eli dan juga tante Anin yang akan bantuin mamih jaga kalian"

"Mamih jaga diri dan jagain papa ya ?"

"Iya. Dah sini mamih peluk kalian dulu"

Kedua tangan Aya di rentangkan agar bisa memeluk keduanya.

Cerita Keluarga MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang