Part 34

3.5K 241 24
                                    


KOMEN DAN VOTE YA <3

--

Keputusan dr.Brown dalam mengakhiri hidup mr. Milton adalah langkah terbaik. Kendati demikian, Ken justru menganggap hal tersebut adalah sebuah bentuk pengkhianatan.

Keputusan itu dibuat bukan tanpa alasan.

Hari itu, dr. Brown secara kebetulan menemukan amplop di atas meja kerja tuan Milton. Ia bahkan bisa menebak isi sebuah amplop berlabel rumah sakit tersebut sebelum membukanya. Di dalamnya terdapat beberapa dokumen. Salah satunya adalah gambar dua dimensi yang menunjukkan hasil pemindaian bagian organ hati mr.Milton.

Pria tua itu sakit. Berdasarkan hasil ct scan, dr. Brown mampu menyimpulkan penyakit kanker yang bersarang di organ hati pria paruh baya itu sudah sangat mengkhawatirkan.

Hanya dokter spesialis bersangkutan yang menangani mr. Milton yang berkapasitas menjatuhkan vonis, namun dr. Brown cukup yakin mr. Milton sudah menerimanya.

"Ajalku sudah menunggu. Mungkin tidak sampai genap sebulan aku tidak lagi ada." Ucapan mr. Milton membuat dr. Brown berhenti menebak-nebak sisa umur mr.Milton.

"Apa Ken tahu hal ini?" mr. Milton menjawab dengan gelengan singkat, lalu menambahkan. "Sejak awal aku menolak pengobatan. Aku memang berharap untuk meninggalkan tempatku secepatnya karena sudah tak sabar menemui istriku disana."

Sudut bibir dr. Brown tertarik. Untuk orang yang tak percaya keberadaan surga, lucu rasanya mendengar seseorang justru tak sabar ajalnya dijemput dan meyakini akan menemui orang terkasih mereka semasa di dunia.

"Andai saat itu aku memutuskan untuk menerima pengobatan. Mungkin saja Tuhan mau berbaik hati memberiku sisa umur lebih lama. Aku ingin melindungi Naya dan menjaganya dengan baik."

Mata mr. Milton mulai terlihat berkaca-kaca. Itukah wujud penyesalan?

"Bagaimapun aku akan memperjuangkan keadilan untuk Naya sampai malaikat datang mencabut nyawaku."

dr. Brown sadar, Ken memang mengirimnya untuk sebatas misi mengagalkan rencana pertemuan mr. Milton dan pengacaranya. Tidak kurang dan tidak lebih.

Namun kalimat mr.Milton membuat dr. Brown tercenung dan memikirkan situasi saat itu.

Ia mulai menyadari, Ken selalu memuluskan pekerjaan kotornya bukan dengan menyakiti target, namun membidik orang terdekat mereka. Metode seperti itu tak akan efektif diterapkan untuk seorang mr. Milton. Untuk sebatang kara yang sadar hidupnya tak lagi lama, mr. Milton adalah ancaman paling berbahaya. Ia tak akan bungkam. Membayangkan kematian saja bukannya gentar justru ia tak sabar. Ditambah lagi pria tua itu juga bukan orang sembarangan.

Seperti halnya Ken dan dr. Brown, urusan jam terbang dalam dunia bisnis pun mr. Milton tentu lebih menguasai. Dia pun akan punya taktik dan siasat untuk menjatuhkan Ken. Membiarkan mr. Milton hidup sama saja dengan menyerahkan diri. Sudah jelas Ken yang akan tersingkir. Dan bila hal demikian terjadi, semua yang ikut andil membantu Ken akan terseret.

dr. Brown sempat menghubungi Ken beberapa kali dengan maksud diskusi singkat. Tetapi, Panggilannya selalu dialihkan ke pesan penghubung. Tampaknya, saat itu Ken sedang tidak bisa diusik.

Bagaimana pun waktu mereka cukup mendesak. Ditambah, sebelumnya mr. Milton sempat melakukan kontak dengan pengacaranya.

dr. Brown pun kembali menemui mr. Milton dengan keputusannya yang sudah mantap.

"Tuan Milton.. Kurasa kau tidak perlu repot-repot menunggu malaikat maut mendatangimu. Aku bisa menggantikannya hari ini."

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang