Part 21

9.1K 554 59
                                    

Ken yang dengan gamblangnya menyebut nama sang istri sungguh melukai perasaan Katelyn semalam. Bila saja bukan Ken, ia tidak akan tahan untuk berlama-lama disana.

Katelyn sendiri cukup penasaran dengan sosok istri Ken. Ia belum pernah melihatnya secara langsung. Media-media juga tak pernah berhasil menyorotnya dengan jelas. Di mesin pencarian internet pun sosok Kanaya seolah yang paling dicari-cari, namun tak ada yang berhasil mengungkapkan wajahnya.

Tak heran mengapa sampai saat ini jejak potret perempuan itu bersih. Naya memang tidak pernah bergaul. Itulah mengapa seluruh situs internet hanya berisi kesaksian orang-orang yang pernah melihat Naya—Teman-teman sekolah hingga perguruan tinggi. Mereka mungkin menyesal tak pernah membuat kenangan foto dengan gadis pendiam itu. Hal itu sepertinya tak akan berlangsung lebih lama. Pada akhirnya Katelyn dan semua orang yang pernah sibuk mencari tahu akan segera mengetahui sosok Kanaya, sebab Ken telah memamerkannya dihadapan begitu banyak paparazi dalam event Callion Awards yang bergengsi.

Hari ini pun surat kabar yang diterbitkan akan banyak diisi wajah Kanaya dan Ken. Ken juga harus melakukan konferensi pers terkait dirinya yang memborong banyak perhargaan sekaligus menjelaskan alasanya yang lebih dulu pulang. Ponsel Ken bahkan sudah dipenuhi pemberitahuan puluhan miscall dari Nora.

Ada banyak urusan yang harus Ken kerjakan hari ini, oleh karenanya mengusir Katelyn adalah hal pertama yang ia lakukan begitu terjaga.

"Aku tidak meminta bayaran." Ujar Katelyn bersidekap, menolak selembar cek dari Ken.

Masih saja Ken berbuat semena-mena, setelah apa yang sudah mereka lakukan bersama kemarin malam. Padahal tanpa bantuannya Ken mungkin tidak akan mendapatkan tidur pulas seperti semalam. Dasar pria tidak tahu diuntung. Katelyn sungguh berharap ia akan mengandung darah daging lelaki itu mengingat semalam ia sudah menebarkan benih dalam tubuhnya.

"Lalu apa yang kau inginkan?" tanya Ken tidak sabar.

"Tidak bisakah kau bersikap sedikit manis padaku?"

Ken menghela nafas kemudian mendekati Katelyn. "Aku sungguh menikmati setiap menit waktu bersamamu." Ia menangkup wajah Katelyn sambil memasang seyuman manis. "Sangat disayangkan, aku mendapat panggilan genting. Ini keperluan yang mendesak. Aku akan segera menghubungimu Kateku yang manis."

Wajah Katelyn memerah. Ia yakin telinganya sedang tidak salah mendengar.

Dalam hati Ken mengasihani kebodohan wanita. Mereka lah yang selalu ingin dibohongi. Dipikir-pikir tidak seluruhnya ucapan Ken adalah kebohongan. Ia toh memang punya urgensi berkaitan dengan konferensi pers.

Ada kepanikan dalam wajah Ken yang seolah baru mengingat sesuatu. Katelyn yang menyadari hal itu merasa terlalu enggan menanyakannya.

Pastilah perihal bisnis. Dengan tahu diri, Katelyn meninggalkan kondo.

Ken hanya mengantar sampai lift. Mereka saling melambai sampai pintu lift tertutup. Kemudian Ken langsung kembali menuju kondo dalam keadaan setengah berlari. Pria itu mengumpat ketika firasatnya benar.

Ntah sejak kapan Naya sudah tidak ada disana.

***

Naya tidak punya tujuan. Ia hanya berpindah dari toilet yang satu ke toilet lainnya. Bedanya kali ini ia berada dalam toilet umum sebuah toserba.

Mata bengkak dan penampilannya begitu mengundang perhatian.

Berbekal beberapa lembar duit yang dicurinya dari dompet Ken, Naya membelanjakan kaos dan celana yang dijual disana. Setelah berganti, ia membersihkan sisa riasannya kemudian membuang gaun dari Ken. Melihat gaun tersebut rasanya ia ingin terus kembali menangis, teringat perbuatan biadab Ken sewaktu mengenakan gaun sialan itu.

Perlakuan lelaki itu sudah tak bisa ia tolerir, namun memutuskan kemana ia harus pergi untuk mencari sebuah perlindungan bukanlah perkara mudah.

Cukup lama Naya bertahan didalam toilet, menghiraukan bau tak sedap yang mengudara.

Apakah kembali ke rumah Ed dan mengadukan perbuatan Ken adalah ide yang bagus? Membayangkan kegilaan Ken, ditambah keadaan ayahnya yang sakit membuat Naya harus berfikir ulang.

Diliputi keraguan Naya pun keluar dari toilet umum. Ia membeli topi untuk sebuah penyamaran. Berharap baik Ken maupun orang-orang suruhannya tak bisa mengenalinya dengan mudah.

Seolah semesta mendukung keputusannya, Naya yang meninggalkan ponsel genggamnya semenjak menghadiri Callion Awards justru ditunjukkan sebuah telefon umum disudut kota. Ia amat bersyukur ketika benda usang itu masih berfungsi ditengah peradaban yang sudah begitu modern.

Mendengar nada sambung telefon Naya menegak ludah. Ia memilin kabelnya merasa gugup.

"Halo.?" Untuk yang kesekian kali pria diseberang sana bersuara. Ia baru akan memutus telefon sewaktu mendengar suara Naya merespons.

"Alfa.." akhirnya Naya memanggil lirih nama itu.

Tanpa perlu dijelaskan, Alfa sudah langsung mengenali suara perempuan yang begitu ia rindukan.

"Dimana kau Naya?" Tanyanya khawatir. Ia bisa menebak Naya terlibat masalah.

"Aku akan mengirim seseorang untuk menjemputmu."

--

Jangan lupa kasih author vote sama comment yaa ! Thanks luvv 

KANAYAWhere stories live. Discover now