23-trauma

14.7K 1.6K 111
                                    

Happy reading
🌿~•~•~•~🌿

Mansion besar dengan pengawasan ketat kini dihadapannya, dengan langkah lunglai kavelo memasuki mansion milik demon, sapaan demi sapaan terdengar ditelinga nya tetapi remaja itu mengacuhkan nya dan segera pergi kekamar miliknya.

"Kavelo" suara berat menyapa pendengaran, kavelo menghentikan langkah saat ingin masuk kedalam lift karena panggilan yang berasal dari pria yang dia kenalinya.

Glek

Kavelo menelan ludah kasar, dengan wajah tegang dia membalikan tubuh kearah demon, melihat tatapan tajam dari nya membuat nyali yang berada didalam dirinya menghilang.

"Papa" lirih kavelo.

"Kenapa kamu membangkang sekali hm? Sepertinya putra papa ini ingin hukuman" ucap demon lalu terkekeh.

"Ga kavelo ga nakal papa, ga mau dihukum" kavelo menggeleng keras, melihat demon yang tersenyum mampu membuat jantung berdetak lebih kencang.

Demon tidak mengidahkan ucapan putra bungsunya, dengan kasar mencengkram erat lengan kavelo, dan membawa nya kedalam ruangan kerja miliknya, aleta istrinya berada dirumah mertuanya karena mendengar bahwa putranya menghilang.

Pajangan berbagai senjata membuat tubuh kavelo bergetar hebat, kavelo memejamkan matanya saat belati yang berada digenggaman demon mengelus wajahnya.

"P-apa ga mau" ucap kavelo terbata bata.

Demon terkekeh" bukan kah anak nakal ini perlu hukuman hm? Atau mau diganti dengan ini?" demon menunjukan cambukan yang berada ditangannya.

"Hiks gak mau hiks kavelo ga mau papa" air mata mengucur deras dari ujung mata, bahkan darah mulai merembas dari bahu kanan nya karena jaitan terlepas.

"Kenapa kamu bertemu dengan bajingan itu hm? TIDAK INGAT BAHWA KAMU AKAN MATI JIKA PAPA TIDAK MENOLONG MU KAVELO!!" Bentak demon, nafasnya bergemuruh tatapan mata nya menajam.

"P-papa maaf hiks"

Dengan berani kavelo menatap wajah demon, bahu dan punggung miliknya sangat sakit tapi tidak dia hiraukan, dia tidak ingin dihukum, kavelo memeluk tubuh demon erat.

"Papa j-jangan marah hiks, kavelo ga sengaja ketemu daddy papa" kavelo menyembunyikan wajahnya didada bidang demon, dengan kasar demon melepaskan pelukan, kemudian mendorong tubuh kavelo kasar ke kasur yang berada di dalam ruang kerjanya.

Ctas

Ctas

Ctas

"Argh s-akit hiks, udah papa maaf hiks" jerit kavelo terbata bata

Tiga cambukan diterima oleh kavelo tepat dibagian punggung dimana luka tembak masih belum mengering, bahkan darah berceceran, emosi nya semakin meluap mengingat kejadian dimana putranya bertemu dengan leoner,

Ctas

Cambukan keempat kalinya diterima kavelo, kavelo kembali memohon ampun, tapi demon yang sedang dikuasi emosi merasa tidak puas.

Sret

"Sssh sakit hiks udah papa" mohon kavelo saat belati menusuk telapak kaki milik kavelo, kavelo memajamkan matanya, air mata mengucur deras.

Bugh

Satu tendangan mendarat di punggung kavelo, demon terkekeh melihat putranya terkapar, reflek kavelo mencengkram erat sprei kasur,demon pria itu duduk menatap putranya dengan santai.

Merasa demon sudah menjauh, kavelo memposisikan tubuhnya menjadi duduk, dengan wajah yang terlungkap di kedua tangan, bayangan kejadian xander menyiksanya semakin terlihat, kavelo kehilangan kendali, bahkan kedua tangannya kini menjambak rambutnya sendiri.

"pergi hiks abang maaf, kavelo ga sengaja abang"

"Abang ga mau hiks, sakit abang, kavelo ga mau disini, pulang"

"Kak xander maaf hiks"

"Hiks a-abang m-maaf" racauan kavelo terdengar, demon terkejut menatap putranya hilang kendali, demon melempar belati ditangannya ke dinding lalu berlari menuju putranya.

"KENDALIKAN DIRIMU KAVELO, BUKA MATA MU, SIAL!" Bentak demon.hanya kalimat itu yang terdengar diperdengaran nya sebelum, semuanya menggelap.

***
Sosok pria berkepala tiga menatap wajah kavelo yang terlelap dalam tidurnya, demon menghembuskan nafas kasar,kavelo putra nya berada didalam dekapan nya dengan posisi duduk, agar jika kavelo terbangun dia tidak kesakitan karena luka yang didapat nya.

"Tidak ingin bangun hm?" Bisik demon

eungh

Mata hijau mengkilap terbuka, kavelo kembali terisak saat merasakan bahu dan punggung nya sakit, demon beranjak dari sofa dengan kavelo digendongannya

"Ssh hiks mommy sakit" isakan kavelo semakin mengencang.

"Mau mommy hiks, mommy velo mau pulang hiks"

Demon memejamkan matanya satelah mendengar putranya mau bersama aleta, demon berjalan ke walk in closet yang terdapat hoodienya, kavelo remaja semakin menangis.

"Mommy hiks ga mau disini hiks, papa kavelo mau mommy hiks" jerit kavelo, demon menatap mata putranya tajam.

"Diam, tidak ada mommy" tegasnya, dia tidak menyukai putranya membicarakan aleta jika disini ada dirinya.

Kavelo terdiam, saat ingin mengangkat kepalanya bahu nya terasa nyeri dan itu membuat kavelo kembali bersuara.

"Papa sakit hiks usap usap" adunya kepada demon.

Demon menatap datar luka yang membekas, tangan kekakrnya mengelus pundak dan punggung bekas tembakan yang sudah hampir seminggu, luka itu kembali terbuka karena dirinya, sial dia tidak sengaja melakukannya.

Bekas cambukan tertera jelas di punggung kavelo karena putranya tidak memakai baju, dia sengaja membukanya agar baju yang dipakai tidak menempel di bekas luka kavelo, untung saja demon kembali menjahit dan memperban luka putranya, kavelo hanya diam saat demon mengelus pelan bahu dan punggungnya karena rasa sakitnya mulai berkurang.

Demon mengambil hoodie biru gelap nya, setelah selesai dia menduduki dirinya di sofa kecil yang berada didekat kaca "Pakai hoodienya dulu baby, jangan pejamkan matamu" ucap demon.

Wajah kavelo yang memerah akibat menangis terlihat lucu dan membuat demon ingin memakan pipi berisi putranya, demon menatap tanpa ekspresi, kemudian bergerak memakaikan hoodie ketubuh kavelo.

Setelah hoodie kebesaran menempel di tubuhnya, kavelo mengerjap pelan, mata bulat itu menatap sang ayah dengan lucu, demon menaiki sebelah alisnya pertanda dia tidak mengerti apa yang mau diinginkan putra bungsunya.

"Papa mau banana milk"

🌿~•~•~•~🌿
.
.
.

Yo mamen terimakasih udah baca part ini, semoga hari kalian menyenangkan

Makasi semuanya maaf slow up(つ≧▽≦)つ

Kavelo Sequel Where stories live. Discover now