Kassandra
"Nggak kuliah?" gue menggeleng pelan menyahuti Mami.
"Mi, laper."
"Makan sana, ada nasi goreng tapi udah dingin, siapa suruh bangun siang." Tadinya gue udah mau melangkah ke meja makan, cuma gue urungkan karena nggak tahu kenapa selera makan gue hilang waktu Mami bilang nasi goreng. Bukannya nasi goreng buatan Mami nggak enak, tapi ingatan terakhir gue tentang makanan itu ya beberapa hari lalu bersama cowok tengil yang ternyata penuh dengan kejutan.
Aduh, please, deh. Udah beberapa hari terakhir ini kepala gue penuh sama dia, gue nggak mau ya hari ini juga harus gue habiskan dengan memikirkan dia.
Maunya sih gue juga nggak mikirin, tapi ya gimana? Coba deh lo jadi gue, nggak ada angin nggak ada hujan dipeluk, di parkiran pula. Secuek-cueknya gue tetap aja gue kepikiran. Soalnya nggak mungkin dia cuma iseng, mengingat ucapan terima kasih yang dia ucapkan waktu itu terdengar sungguh-sungguh. Walaupun gue juga nggak mengerti kenapa dia harus berterima kasih karena gue udah menunggu dia. Harusnya minta maaf nggak sih karena udah bikin gue nunggu?
Ah, nggak tahu deh.
Dua hari kemarin juga gue nggak melihat dia di kampus. Ya, iyalah, kampus gede gitu, nggak mungkin setiap saat gue berpapasan sama dia. Apalagi kita beda fakultas. Kemungkinan buat ketemu juga nggak sebesar itu. Gue cuma ketemu sama Dery dan Lucas waktu kemarin gue makan di kantin bareng Juan. Lucunya, tanpa sadar gue malah mencari sosok cowok beralis tebal itu di antara kerumunan mereka. Sampai-sampai Juan harus menegur gue dan bertanya apa gue kehilangan sesuatu karena gue kelihatan linglung sedari pagi.
"Nggak jadi makan?" tanya Mami karena melihat gue yang kini malah menjatuhkan diri di sofa dengan lesu.
"Aku mau gofood mie ayam aja deh. Mami mau nggak?"
"Kamu aja. Tawarin Kisha gih, dia juga belum makan." Jelas aja gue langsung memutar bola mata malas. Ogah banget. Dia kan udah gede, bisa mengurus diri sendiri. Buat apa juga gue repot-repot menanyai dia.
Tuh, kan, gue jadi nggak mood.
Tanpa menghiraukan ucapan Mami, gue segera sibuk memesan mie ayam beserta jajanan lain yang gue inginkan. Nggak lama, ponsel gue berbunyi, menampilkan notifikasi pesan dari Marcel.
Marcel
You up?Asa
Apa?Marcel
Galak banget. Ngapain?Asa
Lagi laperMarcel
Pantes. Mingu depan gue balik.Asa
Y
Idih, di-read doang.
Bodo ah, gue lagi nggak mood banget. Untung mata kuliah hari ini ditiadakan, jadinya gue bisa leha-leha di rumah.
Asa
Eh celMarcel
Paan?Asa
Sibuk gak? Telp deh
Nggak butuh waktu lama, ponsel gue berdering. Tentunya telepon dari Marcel yang segera gue angkat. "Mami nanti kalau ada abang gojeknya panggil aku ya. Aku mau ke kamar dulu." Ucap gue pada Mami sembari menunjuk ponsel yang menampilkan nama Marcel di layarnya.
"Lah udah pesen? Kisha gak jadi kamu tawarin?"
"Pesen sendiri, udah gede." Gue pun segera kabur sebelum Mami menceramahi gue karena gue selalu aja bersikap seperti nggak peduli dengan kakak gue sendiri. Ya emang gue nggak peduli sih. Bahkan gue aja nggak merasa kalau gue tinggal di rumah yang sama dengannya.