19

1.5K 293 150
                                    

Ares

Gue selalu benci setiap kali ada orang yang nggak percaya sama omongan gue, padahal gue udah coba untuk bicara jujur. Mungkin selama ini gue nggak pernah menunjukkannya karena menurut gue orang-orang yang nggak percaya sama gue nggak ada kontribusinya di hidup gue. Contohnya kayak manusia-manusia di kampus yang selalu aja menyebar rumor nggak jelas soal gue dan Nora. Cuma orang bodoh yang percaya sama gosip murahan kayak gitu.

Dan gue nggak nyangka aja, kalau si cewek moodian malah jadi salah satu dari sekian banyaknya orang bodoh yang percaya sama hal itu.

Jelas lah gue marah. Apalagi waktu tahu kalau dia mengabaikan gue berhari-hari karena hal tersebut.

Nggak tahu, gue bingung aja. Gue jadi benci sama diri gue sendiri.

Ternyata gue emang seburuk itu di mata orang-orang.




***




Kassandra

Benar aja kan tebakan gue. Setelah malam itu, keadaan malah semakin runyam.

Ya gimana nggak runyam, lo juga yang cari masalah, Sa....

Gue menggelengkan kepala sekaligus bergidik ngeri. Mengingat kejadian malam kemarin yang masih aja terpatri jelas di kepala gue. Ada rasa malu, takut, bingung dan perasaan lain yang sekarang bercampur aduk jadi satu.

Apalagi sewaktu mendengar permintaan maafnya saat mengantar gue pulang.

Gue nggak ngerti kenapa dia harus meminta maaf padahal kalau dipikir-pikir gue yang dengan senang hati mengijinkannya untuk mencium gue....

Sialan. Pipi gue malah jadi panas.

Serius deh, kayaknya kemarin akal sehat gue cuti disaat yang nggak tepat. Bisa-bisanya gue membahayakan diri gue sendiri dengan masuk ke sarang buaya.

Tapi Ares bukan buaya....

Dia manusia. Ganteng. Alisnya bagus. Bulu matanya lentik. Matanya indah. Hidungnya mancung. Bibirnya lembut....

KASSANDRA STOP.

Gue butuh Marcel. Gue harus bilang sama Marcel. Gue nggak sanggup menanggung beban pikiran ini sendirian.

Tangan gue segera terulur untuk mengambil ponsel yang gue simpan di samping tempat tidur. Mengetik pesan panjang yang berakhir gue hapus lagi karena setelah gue pikir-pikir, nggak mungkin gue cerita sama Marcel apa yang gue lakukan. Bisa-bisa gue masuk ruang BK lagi nanti. Lagian gue juga malu, masa iya gue cerita hal yang terlalu personal gini sama Marcel.

Ah, gini nih. Kasihan banget nggak punya teman dekat cewek.

Masa iya gue cerita sama Dara? Yang ada nanti dia malah semakin memojokkan Ares dengan bilang kalau cerita tentang Ares yang dia ketahui emang benar adanya.

Ah, gini amat sih.

Ternyata emang ada baiknya juga Papi mengurung gue di rumah. Nggak mengijinkan gue untuk bertemu juga berkenalan sama sembarang orang. Ya gini deh akibatnya. Meskipun gue tahu Ares bukan orang jahat, tapi tetap aja malah bikin gue semakin bingung.

Kapan lo nggak bingung sih, Sa, kalau soal Ares?





***



Ares hilang.

Nggak ada di rooftop, di kantin, di parkiran, atau tempat-tempat lain di mana gue biasa menemukannya. Yah, nggak bisa gue katakan hilang sepenuhnya sih, karena kadang gue masih nggak sengaja lihat dia sesekali di gedung rektorat. Nggak tahu lagi ada urusan apa, pokoknya waktu itu gue ketemu hampir tiga hari berturut-turut sama dia.

UndoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang