3. Konspirasi

396 149 14
                                    

"Huaaa...! Abang Adam capek, capek banget!" Adam mengeluh kepanasan seraya membanting dirinya ke kursi. Dia dengan ngos-ngosan mengipas lehernya dengan sebuah buku. Entah dari mana buku itu ia dapatkan.

"Lebay lu," cetus Harris.

"Ih, Harris. Emang capek tau," Syifa ikut-ikutan mengipasi dirinya.

"Apes, apes..." Abuy membaringkan kepalanya di meja.

"Lu gak capek, gitu, Ris?" tanya Adam dengan mata yang terpejam.

"Enggak noh" jawab Harris dengan wajah yang bugar. Ia sama sekali tidak terlihat kelelahan. Hanya ada keringat yang mengalir dari rambutnya, dan itu semakin menambah ketampanan Harris.

Kebetulan saat ini adalah istirahat. Sebenarnya, dari setengah jam yang lalu harusnya mereka kembali ke kelas, hanya saja, empat cacing itu terlalu pemalas untuk ke kelas, lagian lumayan juga kan bisa bolos satu les. Tidak lama kemudian datanglah beberapa orang. Terlihat Arif, Andini, Arin, dan Irsyad yang tengah menenteng beraneka ragam makanan khas kantin.

"Halo para cicak!" sapa Andini yang lebih terkesan sebagai penghinaan.

"Lu dateng-dateng ngajak gelud yah," Adam tersenyum masam.

"Santai wahai Adam, gue bawa bakso betutu." Andini dengan bangga memberikan sepelastik bakso.

Adam yang mendengar itu langsung segar. Ia dengan semangat mengambil pemberian Andini. Hmm.. makanan memang obat dari segalanya.

"Gue tau lo bohong. Gak ada yang namanya bakso betutu, tapi makasih banyak Andini sayangku..." Adam kegirangan.

"Buat gue gak da, Din?" Abuy bertanya.

"Yah gak ada, Buy. Lo kan sukanya ceker ayam."

"Tapi kan gue juga suka yang berprotein."

"Ceker ayam kan berprotein" Arif menyela.

"Tapi kan... Eh, tunggu dulu."

Abuy menatap tajam ke arah Arif. Arif yang kebingungan berjalan mundur tanpa ia sadari.

"Kita dari tadi capek berdiri di bendera, lu kemana woe?" Abuy mendekatkan wajahnya ke Arif. Beberapa cm maka wajah mereka akan saling menempel.

Arif tercengang. Dasar Abuy, mengagetkannya saja kalau begitu.

"Ehehe maaf. Tadi gue di kantin."

"Dasar lo." Abuy kesal dengan alasan Arif. Yah.. bayangkanlah, kalian berdua naik motor, berangkat bersama, sama-sama berbuat kesalahan, tapi hanya kamu yang dihukum. Apa rasanya? Oh, pasti sesak kan, ibarat menjaga jodoh orang:).

Abuy menarik es teh manis milik Arif dan duduk di sebelah Irsyad. Abuy meminumnya tanpa menunggu persetujuan Arif terlebih dahulu.

"Minta maaf lo, Rif" Irsyad dengan kejamnya tertawa.

"Mok ah, kan salahnya Abuy."

"Lo udah salah nyalahin orang" Harris geleng kepala.

Di tengah percekcokan yang sama sekali tidak berfaedah itu.. Arin menghampiri Abuy, ia duduk di sampingnya.

"Pasti Bila mutusin lo, kan...?" Arin menyeringai.

"Kok lu tau?" Arif yang menjawab.

"Gue liat dia jalan sama Roby kemaren."

"Arin cocok jadi wartawan deh." Adam berujar seraya melempar tusuk-tusuk bakso ke tong sampah. Dan posisinya, sangat nyaman sekali. Adam terbaring di meja sambil makan.

"Au ah. Aku gak mood." Abuy menjatuhkan kepalanya ke meja. Irsyad dengan penuh kasih sayang mengusap kepala Abuy.

"Laper. Harris, ke kantin yuk" Syifa yang dari tadi diam akhirnya bicara juga.

KITA DAN MATEMATIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang