27. Itu Kamu

9 1 0
                                    

"Hati-hati" pesan Syifa kala keduanya di teras rumah.

Setelah makan malam dan sedikit berbincang pada orang tua Syifa, Abuy pamit pulang, dan Syifa mengantarnya keluar.

Abuy tersenyum di balik helm. Dia berdiri di hadapan Syifa dengan jarak cukup dekat. "Pasti"

"Makasih buat-"

"Aku yang makasih" Dengan tatap teduh Abuy memotong perkataan Syifa. Senyuman yang dalam ia berikan. "Makasih buat malam ini" ungkapnya terdengar tulus. Karena sesungguhnya Abuy sangat menikmati kunjungannya ke rumah Syifa. Di tengah permasalahan yang terjadi hari ini, Abuy merasa di tenangkan. Hal manis bersama Syifa dan suasana rumah yang membuat damai dan hangat, benar-benar membuatnya lebih baik. Meskipun ada sedikit ketidaknyamanan karena merasa minder pada mereka.

Syifa hanya membalasnya dengan senyuman. "Aku masuk dulu ya"

Abuy mengangguk kecil. Dan ketika Syifa berbalik akan memasuki rumah, sebenarnya ada pertanyaan yang ingin dia lontarkan. Menahan gadis itu sebentar demi memenuhi rasa penasarannya.

Tentang perasaan Syifa.

Sejujurnya, Abuy memikirkan hal itu dari tadi siang. Arif bilang jika Syifa menyukainya. Dan Abuy ingin memastikannya. Tapi Abuy merasa kalau hal tersebut hanya akan merusak momen mereka. Maka Abuy memilih untuk tidak mempermasalahkannya. Biarkan itu menjadi tugas waktu, dan Abuy hanya perlu menjalaninya.

Bila ia sampai di rumah, Abuy langsung menuju kamar. Berganti baju, menyikat gigi dan berbaring menuju kasur. Melanjutkan rutinitas malam, bermain ponsel sebelum tidur.

Beberapa notifikasi masuk. Abuy menggulir satu persatu pesan kemudian membalasnya. Tiba di pesan terakhir, ternyata itu dari Rena.

Buy, Lo bsk pulang sekolah ad kesibukan gk?
Boleh temenin gue ke toko buku?

Abuy mengerutkan alis, berpikir sejenak.  Dia memang tidak ada kesibukan besok, tapi dia sudah punya rencana.

"Mau nolak gak enak, tapi gak masalah juga kan? Gak papa lah kalau Rena pergi sendiri. Dia kan cewek berani" pikir Abuy.

Sorry ya Ren, gue gk bisa.
Lain kali gue temenin.

Setelah mengirim balasan, Abuy mematikan data. Matanya mulai merasakan kantuk, namun enggan untuk tidur.

Kepalanya masih ramai memikirkan kejadian demi kejadian hari ini. Perseteruan teman-temannya dan tentang Syifa.

Halu bayangnya mulai melukis Syifa. Seolah langit-langit yang ia tatap menjadi kanvas kilas balik mereka. Senyuman yang merekah mengiringi memori itu. Abuy bahkan menaruh harap dalam imajinasinya.

Saat bersama Syifa, Abuy tidak bisa menolak dirinya untuk menerima semua perasaan itu. Gelombang kampa yang tak kenal tempat membanjiri lakuna dalam bilik hati. Menghasilkan debaran tak menentu yang anehnya semakin menggiurkan.

Dan Abuy mulai merasakan takut akan perasaannya. Apa sudah secepat ini ia jatuh hati? Abuy merasa cukup bahagia dengan beberapa hal romantis yang telah dia lewatkan. Pelan-pelan melupakan sakit hatinya pada Bila. Tapi apakah harus hatinya kembali di ambil orang lain?

Abuy bangun dari posisinya. Dia bersandar di kepala ranjang. Sambil memeluk bantal, matanya menerawang ke depan. Mengumpulkan ingatan-ingatan yang mana mampu meyakini salah satu dari hal yang saat ini dia khawatirkan.

Perasaannya indah, Abuy suka dan menginginkannya terus ada. Namun logikanya belum siap untuk menerima. Abuy takut semua ini akan menjadi hal yang sia-sia kembali. Ia takut kecewa lagi.

KITA DAN MATEMATIKAWhere stories live. Discover now