21. Kecurigaan

49 21 8
                                    

Katakanlah hari ini adalah hari Senin, yah walau pada kenyataannya hari ini memanglah hari Senin.

Pagi Senin, murid-murid berlalu lalang tampak memenuhi lapangan mencari barisan untuk ikut upacara. Tak terkecuali bagi kelas XII IPA¹, hampir semuanya menggebu keluar dari kelas.

Di rombongan akhir, terlihat Arin yang sedang mengomeli dirinya sendiri karena bangun kesiangan hari ini. Alhasil semua yang ia kerjakan begitu terburu-buru, bahkan ia tak sempat sarapan.

Sambil setengah berlari menyusul teman-temannya yang lain, tanpa sengaja Arin menabrak seseorang, lelaki. Sempat oleng dan hampir terjatuh, Arin tersadar dan segera meminta maaf pada orang yang ia tabrak. Yang ternyata adalah teman sekelasnya sendiri.

"Eh, Ris. Maaf-maaf. Gue gak sengaja" Ujarnya pada seseorang yang tak lain adalah Harris.

Harris hanya mengangguk tanpa menjawab, membuat Arin agak heran karenanya. Terutama saat pemuda itu tiba-tiba menyembunyikan sesuatu di saku celananya, semakin menambah kebingungan Arin.

Harris lalu dengan tergesa-gesa meninggalkan Arin.

"Kenapa sih tuh, cowok?" monolog Arin sebelum melangkahkan kakinya menuju lapangan.

Setelah satu jam lebih kurang, upacara selesai. Abuy beserta komplotan anak-anak XII IPA¹ menyerbu hendak masuk kelas. Tak tahan dengan udara yang mulai menghangat.

"Jelasin ke kita-kita, tuh cewek siapa dan kapan kalian jadian" tuntut Arif pada Abuy, mendudukkan dirinya ke teras kelas. Yang mana beberapa dari mereka turut serta.

"Kepo banget sih, kalian" sungut Abuy, merasa kesal atas desakan teman-temannya yang seakan tidak membiarkan ia punya rahasia. Belum lagi kehebohan yang sempat terjadi oleh beberapa murid dari kelas lain. Hey, dia sudah dewasa, dia juga punya privasi. Meski mereka berkawan baik, bukan berarti itu akan membuatmu untuk selalu menyebar semua hal, kan?

"Itu patut di pertanyakan, wahai Abuy Abdillah Rivai. Keberlangsungan kewarganegaraan kelas XII IPA¹ ini harus di jaga"

"Lu ngomong apaan sih?" ucap Arif yang tidak paham atas perkataan Irsyad. Ia menggaruk-garuk kepala tak mengerti.

"Maksudnya, kita harus pastiin status Abuy di kelas ini apa. Apakah dia seorang jomblo, ataukah dia sudah berpacaran. Betul tidak, Irsyad?" Adam yang menjelaskan.

"Lu kok paham?"

"Apa sih yang gak gue pahamin di dunia ini?"

"Dih!" cibir Andini tiba-tiba menyambar. Di belakangnya menyusul Arin bersama Syifa.

"Kalian bahas apaan sih?" Arin ikut nimbrung.

"Ini si Abuy, uda ada cewek baru dia" jawab Irsyad.

Abuy menatap tajam. Apa-apaan, dia kan belum konfirmasi. Mereka memang sok tahu.

"Yang bener, Buy?"

Baru Abuy hendak membantah, Adam memotong, "Lu nya aja kudet. Noh liat," Adam menunjukkan foto milik Abuy malam Minggu kemarin "bahkan hampir satu sekolah tau. Syifa aja tau, yah kan Fa?" Adam memandang Syifa yang di balas dengan anggukan kecil.

"Fa, kok gak kasih-kasih gosip sih?"

"Otak lu mah gosip mulu" komentar Arif.

"Kayak lu enggak aja" ucap Andini.

Syifa menggeleng "Itu kan urusan pribadi Abuy, gak seharusnya kita malah jadi heboh" tuturnya di iringi senyuman yang terlihat terpaksa. "Aku masuk ke kelas dulu yah" Syifa meninggalkan mereka.

"Nah, harusnya itu kalian kayak Syifa, gak kepo soal percintaan orang" Andini kembali berbicara.

"Sok iya lu. Bilang aja lu sebenarnya kepo juga kan?" selidik Adam.

KITA DAN MATEMATIKAWhere stories live. Discover now