13. Siapa?

560 124 17
                                    

Hari ini, adalah hari evaluasi Taki. Dia sudah berlatih keras, bersama Key setiap harinya. Taki juga sudah hapal dan yakin, dengan semua gerakan yang Key ajarkan. Jadi, dia tak takut Naomi akan memarahinya seperti dulu. Lagi pula, Key juga mengajar hari ini. Daddy bermata duitan Key, memang sengaja bolos kuliah, hanya untuk melihat perkembangan latihan sang anak.

Seperti biasa, Taki tampil setelah Niki. Dan seperti biasa pula, Niki selalu tampil dengan sempurna tak ada cacat sedikit saja. Anak ini jelas belajar tiap hari, dengan perkembangan yang pesat. Karna mungkin, itu sudah bawaan dari lahir. Mengingat, Naomi juga seorang dancer berbakat.

Taki tak berkedip menyaksikan sepupunya itu tampil. Key yang duduk di samping Taki, hanya bisa tersenyum kecil. Dia juga mengakui kemampuan Niki yang memang hebat.

"Ganbatte! Taki juga harus dan pasti bisa kayak Niki, " kata Key, menyemangati Taki.

Taki menganguk. Dia kemudian menyaksikan bagaimana Naomi yang selalu memuji Niki, sehabis berlatih. Taki memang selalu iri, dia juga ingin kerja keras latihannya dipuji. Sayangnya itu hanya impian belaka, karna penampilannya masih saja kurang.

"Dad, ..., " Taki menyenggol tangan Key.

"Apa?"

"Kalau nanti, Taki tampilnya bagus, Daddy harus puji Taki, kayak itu tuh."

Jemari kecil Taki menunjuk ke arah Naomi, yang sedang mengelus-ngelus rambut Niki. Dia selalu saja bangga dengan kemampuan anak tunggalnya itu.

Bibir Key menyunggingkan senyuman tulus, " Pastinya, tampil yang baik ya ... jangan malu maluin Daddy, " pesan Key.

"Siap Daddy-sensei." Taki membungkukan badannya, menghormat 90° pada Daddy sekaligus gurunya.

Naomi akhirnya memanggil Taki tampil. Taki segera menuju ke tengah ruang latihan, untuk menunjukan hasil kerja kerasnya selama ini.

Taki sebenarnya gugup, dia takut Naomi tak puas dengan gerakan yang selama ini dia latih. Pandangan Taki lurus kedepan, dia berulang kali menarik napasnya agar tidak gugup. Kemudian bersiap-siap tampil.

Akhirnya musik, dinyalakan Naomi. Sesuai rencana, Taki menari dengan gesit dan lincah sesuai ajaran Key. Seluruh anggota badannya mengingat semua gerakan yang Key ajarkan. Key yang dari tadi memperhatikan anak sekaligus muridnya itu menari, merasa lega. Dia akhirnya bisa mengajari Taki, layaknya guru sungguhan.

Prok ... prok ... prok ...

Musik berhenti, dan tepukan tangan Key menjadi hadiah dari penampilan Taki. Taki mencoba mengatur pernapasannya.

Bukannya ke arah Naomi untuk meminta pendapat Naomi, Taki malah pergi ke arah Key yang saat ini tersenyum manis semanis madu. Mata Key tergenang sedikit air, dia bangga dan senang, hasil kerja keras anaknya ini terbayar hanya karna satu penampilannya ini.

"Gimana? Taki gak malu-maluin Daddy-sensei 'kan?" tanya Taki penasaran.

Key mengangguk, tanggannya terarah menyeka air mata yang ingin keluar dengan dramatis itu.

"Murid Daddy emang hebat, Taki pantes debut tahun ini juga, " puji Key.

"Makasih— Daddy-sensei, udah mau ngajarin Taki." Taki memeluk erat tubuh Key, dia akhirnya mendapatkan pujian yang selama ini dia inginkan. Key dengan senang hati menerima pelukan anak ini. Dia bahkan mengelus dan mengusap rambut Taki.

Prok ... prok ... prok ....

Suara tepuk tangan Naomi, Tante jahat Taki itu segera mendatangi keponakannya.

"Ternyata bagus juga Daddy kw ini mengajar, " ujar Naomi senang.

"Itu pujian?" tanya Key tak mempercayai omongan Naomi.

"Yaiyalah, masa hinaan, " cicit Naomi, sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Taki melepas pelukannya pada Key. Dia kemudian berbalik menghadap Naomi.

"Gimana? latihan Taki selama ini udah berkembangkan 'kan? Tante jahat mau bantu Taki buat debut? " Taki menanyai Naomi penasaran.

" Ehmm ... gimana ya?" Naomi pura-pura berpikir.

Raut wajah Taki serius. Matanya tak berkedip, menunggu kata-kata yang akan Naomi ucapkan.

Naomi tersenyum, dia mencolek hidung Taki lalu berkata, " Taki udah hebat, Tante yakin— keponakan Tante yang rajin ini, pasti bisa debut tahun ini juga."

Senyuman Taki merekah begitu mendengar perkataan Naomi, dia juga memeluk erat Naomi.

"Makasih Tante jahat. Tanpa Tante jahat, Taki gak bakalan bisa jadi anak yang rajin latihan."

"Oiya dong, Tante 'kan motivator."

"Iya motivator berwujud nenek sihir jahat dan suka bentak Taki wlee, " ejek Taki. Anak ini lalu melepaskan pelukannya pada Naomi, sambil menjulurkan lidah dan berlari ke arah Key.

Naomi melongo, ingin rasanya menendang tubuh anak itu sampai gunung fuzi, tapi itu tak mungkin. Mengingat Taki adalah keponakannya.

Taki bersembunyi dibalik tubuh Key. Sementara di sudut lain ruang latihan. Terlihat anak yang seumuran dengan Taki, mengepalkan tangannya kuat. Dia tak suka, saat Taki dipuji bagus dalam hal menari.

•••

Selesai menunjukan tariannya itu, Taki disuruh duduk di kursi depan tempat latihannya. Dia duduk sendiri, menungu Key yang sedang mempertimbangkan untuk mendaftarkan Taki ikut audisi. Taki bosan, dia menatap ke arah depan sambil meminum susu kotak strawberry kesukaannya.

Anak itu bersenandung ria, menyanyikan sedikit lagu yang dia suka. Sampai ... dia teringat sesuatu. Tablet untuk dia pakai berlatih, tertinggal di tempat latihannya. Segera saja Taki berlari dengan tangan yang masih memegangi susu kotaknya. Taki berlari kencang, sesekali dia juga menyedot susunya.

Sampailah Taki di ruang latihan, dia masuk tanpa mengetuk pintu. Karna ternyata, pintu itu terbuka. Hanya saja, tempat latihannya ini sangatlah sepi. Hanya ada suara detakan jam dinding yang berdetak dan juga anak dengan hoodie hitam, yang saat ini sedang membelakangi Taki.

Pandangan Taki dia edarkan, mencari tablet miliknya. Namun, Taki masih belum menemukannya. Hingga dia tersadar, anak berhoodie hitam itu memegangi tabletnya.

Tampaknya, anak itu tak merasakan kehadiran Taki. Karena fokusnya tertuju pada tablet yang sedang dia mainkan.

"Anu ... bukannya itu tablet Taki ya?" tanya Taki memastikan.

Anak berhoodie hitam itu tersentak kaget, dia tak mengira Taki akan masuk kembali pada ruangan ini. Mata anak itu membuka lebar, jantungnya berdetak tak karuan, bahkan tangannya tiba-tiba bergetar dan ...

Tablet Taki tak sengaja dia jatuhkan. Taki menganga, tablet yang jatuh itu ternyata memang benar-benar miliknya.

"Kamu ... kamu yang ... selama ini ngehapus video tutorial buat Taki?" Taki bertanya, dia sebenarnya tidak marah. Hanya penasaran untuk apa anak itu menghapus video miliknya?

Anak berhoodie hitam itu akhirnya berbalik, dia menunjukan senyuman kecut tak suka. Yang membuat Taki mematung seketika itu juga.

•••

LOCK AND KEY |KTaki|[✓]Where stories live. Discover now