(2)What happend?

769 77 3
                                    


"Nathan di posisi pertama disusul oleh Christian di posisi kedua kemudian Benjamin di posisi ketiga dan... "

Host menyuarakan hasil akhir diikuti sorakan penonton yang semakin awut-awutan.

"Selamat kepada semua pemenang! "

"Lihat! Nathan yang menang! My prince wins," Ema berseru heboh, meliukkan lengannya ke atas secara antusias tak memerdulikan raut wajah Britney yang mulai berubah.

Para pemenang mulai naik ke atas podium untuk menerima hadiah mereka. Sebuah kalung medali emas untuk pemenang di tempat pertama disusul dengan perak untuk tempat kedua dan perunggu untuk pemenang ketiga. Mr.Wales dipersilahkan untuk memberikannya secara langsung.

Britney mendorong wajah Ema yang semakin mendekat kepadanya.

"Lucky! Dia hanya beruntung," ujarnya sembari menatap malas sesi pemberian hadiah di bawah sana.

"Bilang saja kau kesal, ya kan? Jangan lupa pizzaku," Ema berseru kembali seraya bangkit berdiri. Sudah siap dengan papan namanya lagi.

Britney melipat tangannya, menarik nafas dalam-dalam berusaha meredakan kekesalannya. Padahal britney rasa Chris pasti akan memenangkan perlombaan hari ini. Pria itu seharusnya bisa mendahului Nathan tadi. Tetapi entah kenapa gerakannya melambat di akhir, di saat-saat penting.

Melihat wajah Britney yang kelewat kesal, Ema berusaha menyemangatinya dengan menepuk bahunya dua kali.

"Tidak apa-apa, mentraktir pizza tidak akan membuatmu miskin."

---

"Wah... " Britney tercengang dengan mulutnya yang terbuka lebar. Intonasi nadanya perlahan menurun dengan tingkat kepenatan kepalanya yang semakin meninggi.

Britney menampilkan senyum paksanya ke arah Ema.

"Apa kau turunan gorilla?" tanyanya dengan nada pelan berusaha untuk tidak terdengar tengah menahan emosi.

Ema hampir tersedak suapan terakhir pizzanya kalau saja ia tidak segera mengambil cola di sampingnya dan meneguknya hingga tandas.

"Lima piring pizza bukanlah hal yang banyak. Jangan melebih-lebihkan kau suda berjanji ingin mentraktirku," Ema membalas santai. Menarik serbet di sampingnya kemudian mengelap sisa saus yang masih menempel di sudut bibirnya.

"Benar-benar perut karet," komentar Britney sembari menggelengkan kepalanya, mencuri pandang ke arah perut datar yang kembang kempis itu. Ema menatap nyalang Britney kemudian menutup area perutnya dengan kain alas meja.

"Aku harus bekerja di cafe untuk membiayai uang sekolah kita yang sangat mahal itu, kau tidak mengasihaniku? Apa gunanya tas bermerek-mu jika masih meminta untuk di traktir. Aku yang seharusnya di traktir olehmu," britney melampiaskan kemarahannya tak tanggung-tanggung. Emosinya meledak seketika.

Jika tahu akan begini jadinya, ia tidak akan berani untuk bertaruh tadi.

"Hentikan omelanmu, orang-orang melihat ke arah kita," bisik Ema, menendang pelan tulang kering Britney di bawah meja sebagai peringatan.

Britney meringis kesakitan. Ia menatap tajam Ema. Nasibnya hari ini benar-benar sial.

Namun untuk beberapa detik kedepan ia menarik kata-katanya kembali. Setidaknya setelah rangkaian kegelapan hari ini terbitlah secercah kebahagiaannya.

Tepat beberapa meter di depan meja mereka, terlihat ketiga pangeran sekolahnya mulai berjalan masuk. Britney yang duduk menghadap pintu dapat leluasa mengetahuinya daeri awal mereka mendorong pintu, sedangkan Ema harus susah payah membalikkan tubuhnya lebih dulu.

Steal The Prince√Where stories live. Discover now