13.

43 11 0
                                    

CLAURA akhirnya sampai di dalam kelas. Di dalam kelas ia langsung terduduk, menenggelamkan wajahnya di kedua lipatan tangan, lalu menangis.

Melihat keadaan Claura yang seperti itu, ketiga temannya segera menghampiri. “Sabar, Cla. Semuanya pasti bakalan berakhir, kok.” ucap Fara menenangkan.

“Lo boleh nangis, tapi lo harus tetep jadi Cla-nya kita yang kuat. Lo nggak boleh lemah,” sambung Geisha.

Hera terdengar berdecak. “Ck, lagian siapa sih yang berani viral-in video itu. Kurang ajar banget!”

Ucapan Hera membuat Fara dan Geisha menoleh. “Oh, apa jangan-jangan.. Fani? Dia kan seneng banget, tuh, cari gara-gara sama kita.” sambar Geisha.

“Bisa jadi iya, bisa jadi nggak. Kita nggak bisa nuduh tanpa bukti. Lagian, kan, video itu nggak jelas sumbernya dari mana. Tiba-tiba rame aja,” ucap Fara dengan segala analisis logikanya.

Beberapa menit Claura hanya terisak, akhirnya jam pelajaran pertama dimulai. Hal itu membuat Claura mau tak mau harus berhenti menangis dan fokus terhadap pelajaran.

***

Ardan yang tengah fokus mencatat, tiba-tiba fokusnya dipecahkan oleh suara Dio yang terus menerus memanggilnya.

“Ardan! Hih, congek banget sih jadi orang!” umpat Dio yang membuat Ardan akhirnya menoleh.

Alih-alih menoleh dengan wajah ikhlas, justru Ardan menoleh dengan wajah tertekuk kesal. “Apa, sih! Berisik banget!” umpat Ardan dengan alis mengerut kesal.

“Coba lo buka grup angkatan. Ada topik hangat baru! Masih hangat banget kayak pelukan mantan!”

Mau tak mau ia mengecek ponselnya dengan tatapan tak minat. Saat melihat, Ardan terus men-scroll komentar-komentar tak penting untuk mencari inti topik yang sedang dibahas.

Ketemu.

Ternyata inti topiknya adalah sebuah video.

Ardan segera men-download video itu dan menyaksikannya. Di sana terlihat potret Claura yang menampar Fani hingga beberapa orang memekik. Detik berikutnya Ardan memandang lebih terkejut ketika Claura mendorong Fani hingga Fani tersungkur dan terjatuh ke lantai.

“Tuh! Tertarik juga, kan, lo.” seru Dio. Tapi Ardan samasekali tidak menoleh. Pandangannya terus terpaku pada video itu. Perlahan, gurat amarah dan kekesalan kembali muncul.

***

Bel istirahat berbunyi menandakan jam pelajaran pertama telah berakhir. “Yuk, ke kantin. Sebelum kantin penuh sama manusia-manusia kelaparan,” ucap Fara yang dijawab anggukan oleh Geisha dan Hera.

“Nggak, deh. Kalian duluan aja. Gue mau ke toilet sebentar, udah kebelet dari tadi.” jawab Claura sambil membereskan buku-bukunya.

“Oke, deh. Duluan yaa!” seru Geisha, setelahitu berlalu bersama Fara dan Hera.

Sepeninggal mereka, Claura langsung berlari menuju toilet.

Lima menit kemudian, Claura keluar dari toilet dan hendak menuju kantin. Tapi langkahnya justru berbelok saat melihat Ardan pergi ke perpustakaan. Bukannya ke kantin, akhirnya langkah Claura justru mengikuti Ardan menuju perpustakaan.

Saat Ardan memilih buku di rak, Claura berjalan di rak yang sama tetapi berlawanan arah. Sehingga saat Ardan mengambil buku, secara otomatis wajah Claura akan muncul.

“H-hai!” ucap Claura saat wajahnya terlihat oleh Ardan.

Ardan mengangkat sebelah alisnya saat melihat Claura yang tersenyum di depannya. “Ah, kebetulan lo ada di sini. Gue mau ngomong sesuatu, penting.” ucap Ardan, masih berhadapan dengan Claura di rak buku.

“Oh, ngomong aja. Mau ngomong apa?”

“Nggak disini. Kita ngomong di taman belakang.”

Claura akhirnya mengangguk. Ardan kembali meletakkan bukunya ke tempat semula, lalu berjalan terlebih dahulu dan Claura mengikuti dibelakangnya.

“Ngomong apa?” tanya Claura begitu sampai di taman belakang. Sedari tadi benaknya bertanya-tanya. Ardan akan bicara apa sehingga membawanya ke taman belakang yang notabene nya adalah tempat yang sepi dan jarang dikunjungi oleh siswa.

Tanpa menjawab pertanyaan Claura, Ardan mengambil ponsel di sakunya lalu menunjukkan sesuatu. Sebuah video rekaman. “Ini apa?” ucap Ardan begitu durasi video itu selesai.

Itu video yang memperlihatkan aksinya pagi tadi saat menampar dan mendorong Fani hingga tersungkur. Claura terdiam memaku saat melihat video itu. Oksigen seakan terasa menjauhinya, firasatnya buruk. Tetapi ada yang aneh, kenapa video itu hanya menampilkan saat bagian Claura menyakiti Fani saja?

“Gue udah berapa kali bilang, sih? Jangan main fisik, Cla! Lo bebal banget, ya, ternyata!”

“T-tapi, Ardan..”

“Gue paling nggak suka sama cewek kasar, bebal, dan pembully yang seakan nggak punya rasa kemanusiaan. Lo udah keterlaluan, Cla!”

Hati Claura mencelos saat mendengar semua umpatan dari Ardan. Samasekali tidak ada kelembutan dalam nada bicaranya.

Air mata Claura mulai berjatuhan, mengalir deras di pipinya. “Ardan..” lirihnya sambil terisak.

“Lo adalah gadis penuh pencitraan yang pernah gue kenal!”

“Cukup Ardan! Lo bisa dengerin gue dulu nggak, sih?” seru Claura dengan air mata yang terus mengalir. Namun detik selanjutnya, nada bicaranya melirih. “Sebentar.. Lo bisa dengerin gue, kan?”

“Gue nggak akan ngelakuin semua hal itu kalo Fani nggak mulai duluan. Asap nggak akan pernah ada kalo nggak ada api.”

“Tetep aja, lo nggak bisa ngelakuin ini! Ini kekerasan, Cla!”

Mendengar itu, air mata Claura semakin menderas. “Gue nggak sejahat yang lo pikir, Ardan! Gue bukan monster!” seru Claura, kini amarahnya memuncak bercampur dengan tangis.

“Kenapa sih semua orang seakan menghujami gue. Gue salah apa sampe-sampe semesta menghukum gue dengan cara sekejam ini.” Logikanya berjatuhan. Kini lututnya kehilangan tumpuan. Claura terjatuh, terduduk di tanah yang penuh rerumputan yang dingin.

Ardan kini membisu. Tatapan kosongnya terarah pada Claura yang duduk bersimpuh sambil menangis. Ada sedikit rasa iba saat melihatnya, tapi ego Ardan berhasil mengalahkan rasa iba itu hingga lenyap.

Detik berikutnya, Ardan pergi. Meninggalkan Claura sendiri dengan tangisnya.

***

A/N

Oke, Ardan jahat banget.

Kasian banget Claura, ya.

Karakter Ardan di awal emang sengaja aku buat jahat banget. Seakan-akan terus membela Fani karena Ardan tuh paling nggak suka sama pembullyan. Padahal yaa.. gitu deh.

Eitss, tapi jangan dulu benci sama Ardan. Karenaa.. Rahasiaaa!

Makasih yang udah baca, vote, dan komen.

See u next chapter!

Best Regards, Laelatisyr_

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang