20.

45 13 0
                                    

CLAURA berlari disepanjang koridor rumah sakit itu. Tak ada yang ia temukan sama sekali selama ia berlari dengan jarak yang sudah sejauh itu. Claura berbelok ke arah lain, lorong yang terlihat lebih gelap dari lorong lainnya. Ia menahan napas sejenak saat sudah mulai berjalan disana. Keadaan yang cukup gelap dan hanya diterangi satu lampu lima watt itu cukup membuat Claura takut.

“Nggak apa-apa, Cla. Yang penting lo bisa temuin Ardan!” serunya pada diri sendiri.

Setelah beberapa detik ia berlari, napasnya kembali tercekat saat berhenti di depan sebuah ruangan; kamar jenazah. Tidak mungkin Ardan ada di sana, kan? Oke, itu tidak mungkin!

Beberapa meter dari ruangan tadi, Claura melihat ada satu pintu ruangan yang sedikit terbuka. Ruangan itu sama gelapnya dengan ruangan lain. Kegelapan disana membuat Claura meneguk ludah. Ia menatap pintu itu lamat-lamat lalu perlahan ia memegang kenop lalu mendorongnya perlahan.

Tubuh Claura menegang saat melihat peristiwa di kost-an Ardan kini terjadi lagi disini. “ARDAN!” pekik Claura sambil berlari sekencang mungkin untuk memegangi tubuh Ardan yang limbung.

Claura terus memegangi tubuh Ardan yang terus meronta, hingga akhirnya tubuh Claura terpental karena didorong oleh tubuh Ardan yang kekuatannya lebih besar.

Tubuh Ardan kembali 'dibanting' kesana kemari. Seolah sosok itu belum dan tak akan pernah puas untuk menyakiti Ardan. Hal itu sontak membuat Claura memekik terus menerus tanpa bisa berbuat apa-apa.

Sejenak tubuh Ardan berhenti 'dibanting'. Tetapi kesempatan itu Ardan gunakan untuk merangkak menuju nakas yang ada di depannya. Yang membuat Claura terkejut, Ardan mengambil sesuatu disana; sebuah pisau kater.

Saat Ardan siap untuk menusukkan pisau kater itu pada lehernya, Claura langsung terburu-buru untuk berlari menahan Ardan. Tangannya berhasil meraih dan menahan pergelangan tangan Ardan. Ardan terus meronta, berusaha melepaskan tangannya dari cekalan tangan Claura. Air mata Claura mulai bercucuran, Claura benar-benar ketakutan. “Ardan, please, jangan lakuin hal ini. Gue mohon ... ”

Tangan Ardan hampir berhasil menusukkan pisau kater itu, Claura memekik dan mau tak mau menahan kater itu dan menggenggam erat mata pisau kater itu hingga tangannya penuh darah. Rasa perih menjalar dari tangannya. Tapi hal itu sama sekali tak dihiraukan Claura.

“Lepas, Cla! Tangan lo berdarah! Jangan peduliin gue, biarin gue mati! Nggak akan ada yang peduli sama gue!”

“Nggak, Ardan. Masih banyak yang peduli sama lo, please, jangan kayak gini.”

Akhirnya kater itu terlepas dari tangan Ardan, Ardan jatuh dan tubuhnya limbung terduduk di lantai yang dingin itu.

Claura memeluk Ardan dengan air mata yang masih bercucuran. Walau tangannya terasa perih, setidaknya ia bisa menyelamatkan hidup Ardan.

***

A/N

Seberapa lama aku nggak update? Hehe maaffff

Oh ya, ini masih boleh minal aidzin kan? Ini masih suasana lebaran kan?

Minal aidzin wal faidzin ya semuaa, maafin kalo suka update lama, atau kalo ada salah-salah kata hehe. Dimaafin yaa!

Enjoy your read!

Best Regards, Laelatisyr_

Alter EgoWhere stories live. Discover now