CHAPTER 09

568 110 289
                                    

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Jiya tidak tahu bagaimana caranya Taehyung dapat kontak personal Jiya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Jiya tidak tahu bagaimana caranya Taehyung dapat kontak personal Jiya. Tidak peduli—sebetulnya. Hanya saja, si tampan durjana ini terus-terusan menghubungi Jiya, padahal Jiya sedang asyik berduaan dengan si tukang porot demi bertemu Ryuha. Bisa saja si munafik kirana ini membalas panggilan personal Taehyung dan mencercanya dengan segala bahasa kotor. Namun, presensi Jungkook membuatnya tidak tenang.

Jiya tidak mau kalau Jungkook tahu Taehyung. Itu saja. Simpel.

Jiya mencintai Taehyung? Tidak, sumpah. Memang munafik. Dibilang tidak lagi memiliki afeksi buat Jung Taehyung, Kim Jiya tetap tidak mau kalau Taehyung wafat begitu saja sebab Jungkook—yang kalau marah dan merasa tersingkirkan akan jadi singa. Percayalah kalaupun Jiya ingin Taehyung mati, itu pun mesti dari tangan kenya itu sendiri.

Menarik napas dan sedikit melirik Jungkook yang memata-matainya dari dalam mobil. Jiya terpaksa mengangkat panggilan Taehyung sebab—sudah dua puluh dua panggilan yang masuk. Berisik. Menganggu.

“Kamu di mana, Sayang?”

Jiya nyaris terkekeh. Sayang, katanya.

Nyenyat sejemang. Dersik angin hutan mendominasi beserta suara-suara insek yang tidak bising-bising amat. Lagi-lagi atensi Jiya berpindah pada Jungkook yang keluar dari mobil. Ia hendak mendekati Jiya, namun Jiya memberi simbol untuk jangan mendekat. Khawatir. Pertama, jika Jungkook tahu Taehyung, Taehyung akan jadi korban. Kedua, jika Taehyung tahu Jungkook, Jiya akan jadi korban—dan Jungkook juga sebetulnya.

Sulit. Terkadang Jiya merasa bahwa hidupnya berat sekali saat mengenal dua adam egois nan durjana itu. Mau hidup seperti aves saja sulit sekali.

Are you in the forest? Ngapain, Setan?”

Wanita tersebut menghela napasnya. Tadi sayang, sekarang setan. Jemala Jiya mendadak kembali dipenuhi varietas perasaan eksentrik. Gemirang membludak saat diberikan panggilan personal yang manis. Lantas malah diberikan panggilan kasar yang—kenapa Jiya malah merasa tidak terima dan kesal? Padahal biasanya Jiya menerima dengan senang hati jika diberi panggilan buruk atau sekotor apapun. Sumpah, Jiya betulan tidak waras. Kenapa, sih, Jung Taehyung itu suka sekali membuat Jiya merasa ditipu oleh perasaannya sendiri?

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon