CHAPTER 27

279 50 90
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jimin menguar napas kasar saat atensinya tertuju mutlak pada kenya nelangsa yang lagi-lagi mendatangi kediaman Jimin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jimin menguar napas kasar saat atensinya tertuju mutlak pada kenya nelangsa yang lagi-lagi mendatangi kediaman Jimin. Sejemang sebelumnya, Jimin sudah mati-matian untuk mengacuhkan Yieun lantaran ia punya karsa krusial untuk menjemput Jiya yang katanya tengah berada di papan Taehyung. Namun, tahu-tahu kenya nelangsa ini bergerak impulsif mendaratkan labiumnya pada labium Jimin untuk pertama kalinya.

Bagi Jimin, itu adalah tindakan paling tolol yang pernah Jimin terima.

She's too imbecile.

Meskipun adam perfeksionis itu bisa dengan jelas mencium raksi layaknya heroin dari daksa Yieun, begitu pula dengan rasa manis bibir Yieun yang terasa di indera pengecapnya, Jimin masih bisa menormalkan sistem tubuhnya. Jimin memang bukan tipikal person yang biasa menolak invitasi rasa sedap. Namun, sudah dibilang, kan? Setidaknya presensi Jiya telah membuat Jimin menghindari kelikat imbesil dan agahan. Jadi, setelah tiga detik malfungsi, Jimin menjauh dari daksa Yieun.

Yieun tersenyum asimetris. Impresi tindakan konyol itu memang cukup memalukan dirinya sendiri. Ia pikir, Jimin akan memberikan balasan konkret. Pada realitanya, Jimin menolak rasa eden yang diberikan Yieun. Memuakkan sebetulnya. Namun bagaimana ia melihat Jimin mengalami turbulensi dalam beberapa detik itu telah berhasil membuat Yieun bangga. Bangga.

Bagi Yieun, Jimin terkesan munafik. Lama-lama batu juga akan hasai kalau terus-menerus diserang; begitu pula dengan Jimin.

He's too hypocritical. Munafik.

“Tidak punya etika, ya?”

Jimin mencoba memberi komposur pada diri sendiri.

Yieun menangguk, “Well, untuk menghadapi person seperti kau atau pun kekasihmu itu, etika tidak diperlukan lagi, Jim,” balasnya santai. “You and Jiya have no manner, so do I. Am I wrong?

Jimin membahanakan tawanya seusai mendengarkan jawaban Yieun. Yieun sudah berubah, itu yang kapabel Jimin tangkap. Tidak ada lagi guratan kenelangsaan dari wajah si top model ini, yang ada adalah guratan wajah arogan persis seperti Jiya. Meskipun kalau bertanya mengenai siapa yang level kesetanannya paling agung, tetap Jiya pemenangnya.

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Where stories live. Discover now