[Ineffable Universe Phase 2]
"Sakit itu ketika lo tau perempuan yang lo sayang punya perasaan yang belum selesai sama masa lalunya" - Nana
"Sakit itu ketika lo menganggap orang lain dunia lo, tapi dia udah punya dunianya sendiri." - Gema
"Sakit itu...
"Semua orang yang gue sayang ga boleh luka. Jadi kalo ada yang nyakitin lo, bilang aja ke gue"
- Marchiano Nirwana Danendra
— /// —
"1...2...3... Lights on" perintah Darren yang langsung tersampaikan ke seluruh anggota OSIS yang menyebar di penjuru auditorium.
Satu persatu lampu panggung menyala, menampakkan megahnya panggung yang sudah didekorasi sedemikian rupa.
"Selamat pagi yang saya hormati bapak kepala sekolah, bapak ibu guru, karyawan dan segenap orangtua murid, serta teman-teman yang saya kasihi" Dara berdiri di atas panggung dengan dress berwarna lavender yang memukau semua mata.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Saya Dara Haruna Salvino"
"Dan saya Alvaro Tyaga Maharjati, akan memandu acara parent's day ini dari awal hingga akhir nanti." ucap Al di sebelahnya yang memakai setelan berwarna putih, dengan dasi berwarna lavender yang serasi dengan dress Dara, sekaligus warna representatif dari Cleverian Highschool.
Sementara itu, para orangtua dari anak-anak terpilih duduk di ruang VIP, dimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa masuk kesana.
"Anak gue emang paling cantik sedunia" ucap Farra yang terus tersenyum bangga sejak tadi.
"Ya anak gue juga ganteng kali!" Rissa melipat kedua lengannya di depan dada.
Nathan meraih tangan Rissa agar istrinya itu tidak melipat lengannya, "Iya, anak kita emang paling ganteng. Kan mirip papanya?"
Rissa hanya menggeleng heran, walaupun sebenarnya yang dikatakan Nathan itu benar.
"Anak gue doang yang kerjaannya nungguin stand donasi" gumam Selli.
"Anak gue juga, Sel. Mereka berdua kan jaga stand-nya?" Tanya Lia.
Selli mengangguk "Sebenernya bertiga sih, sama anaknya Hugo."
"Eh iya, ngomong-ngomong... Anaknya Hugo yang cowok udah bebas ya?" Tanya Lia dengan kedua alis terangkat.
Rissa menoleh ke belakang, tempat Lia dan Selli duduk "Iya, Li. Ga cukup bukti"
Lia mengangguk paham "Semoga cepet selesai deh kasusnya" kemudian ia menoleh ke arah Genta yang sedang mengobrol bersama Juna di ujung ruangan.
"Ayah"
Genta langsung menoleh "Iya, kenapa bunda sayang???"
"Ayah kemarin sempet ngurusin kasus anaknya Hugo ga sih?" Tanya Lia.