Get Closer

136 31 22
                                    

Nggak banyak kok, permintaanku. Cukup vote dan comment. Easy, right? Nggak susah dan ngabisin waktu, hehe...

Makasiii... kalian yang bisa diajak respect each other dengan hal² sesedarhana vote dan comment ini :))) 🤍

***

Crystal bangun, mencuci muka dan menggosok gigi. Dia ingat sekali laki-laki itu menggedor pintu kamarnya saat adzan shubuh berkumandang. Tentu saja Crystal mengabaikannya.

Ini sudah hari ketiga semenjak rumahnya terasa lebih hidup. Dia bisa mendengar obrolan ringan Reza bersama beberapa asisten rumah tangga yang memang hanya datang saat pagi saja. Wanita itu sengaja mengaturnya seperti itu karena dia lebih suka sendiri saat dirumah. Tanpa siapapun, berbanding terbalik dengan hidupnya yang selalu ramai saat sudah keluar dari rumahnya. Betapa mahal sebuah privasi untuknya.

Reza tengah tertawa bersama bapak setengah baya yang bekerja merawat kebun rumahnya, yang Crystal sendiri tidak ingat namanya. Atau bahkan tidak tahu dan memang tidak ingin tahu. Begitu pula Ibu tua yang bekerja memasak di dapurnya, dan juga 2 ibu-ibu setengah baya dan satu gadis perempuan yang mengurus kebersihan rumahnya.

"Kamu sudah bangun?" tanya Reza saat mendapati Crystal tengah menuang air minum di gelasnya. Dia sendiri membawa secangkir kopi susu yang hampir habis ditangannya.

"Menurutmu aku mengigau sambil berjalan?" balas Crystal judes. Reza justru tertawa singkat.

Dua orang yang tadinya sibuk membersihkan ruang makan tiba-tiba menyingkir dengan sendirinya. Seolah takut mengganggu.

"Kamu tadi bangun untuk sholat, kan?"

"Menurutmu?"

"Harusnya sih, iya. Setahu saya kamu muslim."

Crystal mengabaikan kalimat itu. Dia hampir meneguk minumannya sebelum Reza menariknya untuk duduk. Dia memutar bola mata sekilas, meski tetap mengikuti Reza saat suaminya itu menarik kursi.

"Mulai besok berhenti membangunkanku," celetuk Crystal seraya mengambil satu lembar roti tawar gandum di depannya.

"Kenapa?"

"Aku lupa caranya sholat. Dan malas mengingat-ingat."

"Alasan macam apa itu?" Raut wajah Reza sudah mulai keruh, tidak sesantai tadi.

Crystal meletakkan kembali setangkup roti tawar yang hampir dilahapnya. "Berhenti bersikap seolah kita suami istri sungguhan."

Reza mulai jengah. Dia paham bahwa seharusnya dia tidak bersikap sama emosionalnya dengan wanita di depannya. Tapi Crystal benar-benar sudah keterlaluan kalau menganggap shalat seremeh itu. "Kita memang suami istri sungguhan. Dari awal saya nggak berniat main-main."

"Karena ini permainanku, dan kamu mainannya."

"Kalau begitu ayo hentikan permainan ini. Karena kamu harus tahu, bahwa ada begitu banyak mainan di dunia ini. Dan perasaan saya bukan salah satunya," tegas Reza. Sungguh, dia mencoba bersabar sebaik yang dia bisa semenjak menikah dengan gadis di depannya. Ada banyak penyesalan yang tertinggal atas keputusannya, tetapi dia sudah berniat untuk memperbaikinya dengan berusaha menjalani apa yang sudah dia putuskan.

"Maksudmu?" Crystal sudah benar-benar kehilangan nafsu makannya.

"Waktu itu kamu ingin cerai, kan?" tanya Reza mengingatkan, meski dia tahu benar bahwa istrinya tidak mungkin lupa. "Setelah saya pikir-pikir, kamu ada benarnya. Apa yang kita lakukan ini gila."

Bola mata Crystal membulat. "Apa???!!!"
Tidak. Crystal tidak akan membiarkan laki-laki itu bertingkah semaunya. Dia tidak ingin citra yang dibangunnya sebaik mungkin rusak seketika. Dia tidak akan membiarkan karirnya yang sedang berada di puncak ini terjun bebas karena skandal pernikahan yang terlalu tiba-tiba dan akhirnya juga kandas dengan teknis yang sama. Tidak!!! Rencananya masih panjang. Apalagi rencana yang melibatkan Bara, laki-laki pengecut itu.

Sebelum CahayaWhere stories live. Discover now