Tough Deal

127 20 2
                                    

Hai... apa kabar?
Selamat hari raya Idul Fitri yaa :)
Tulisan ini temen buat takbiran 🖤

***

Sisa perjalanan terasa sepi. Crystal suka kedamaian, tetapi suasana ini lebih terasa hampa daripada sepi. Entah kenapa dia masih berat saja menerima kartu ATM dari suaminya sendiri. Tapi melihat wajah tenang Reza berubah sekeruh itu, Crystal akhirnya mengalah. Menyimpannya ke dalam tas.

Jalanan ibu kota benar-benar macet seperti biasanya. Crystal merasa terjebak ber jam-jam dengan laki-laki yang masih terdiam setelah meledak beberapa waktu lalu. Membiarkan Crystal yang masih dalam mood yang juga kurang baik, melalang buana di aplikasi belanja online. Tetapi matanya berbinar seketika, saat mendapatkan postingan terbaru dari brand ternama langganannya.

"Aku mau pesan ini," celetuk Crystal seraya menyodorkan layar ponselnya. Ingin melihat reaksi suaminya saat melihat harga yang rasanya nggak masuk akal hanya untuk sepasang sepatu.

Reza menatapnya sesaat. "Mau aku transfer ke kartu ATM tadi atau ke rekening pribadi kamu?" tanyanya. 
Crystal mengerjap. "Kamu nggak protes?"

Reza kembali menatapnya heran. "Kamu suka sepatunyanya?"
Crystal mengangguk ragu. Sesungguhnya dia hanya memilihnya secara acak. Memilih yang paling mahal harganya. Dia tidak berniat membelinya, Crystal hanya ingin laki-laki ini sadar bahwa gaya hidupnya semewah itu meski hanya untuk sepasang alas kaki, lalu menyesal sudah menawarkan diri untuk menafkahinya.

"Ya sudah. Lalu masalahnya?" tanya Reza lagi.

Crystal jadi sebal sendiri. Memang berapa, sih, gaji tukang ceramah di sampingnya? Crystal sebenarnya tidak tahu pasti apa pekerjaannya. Tapi pasti gajinya tidak lebih besar dari biaya endorse yang diterimanya hanya dengan sekali posting di instagram pribadi dengan 40 juta pengikutnya.

"Kamu sungguh nggak perlu melakukan ini. Aku nggak ingin lebih jauh menyulitkanmu," mulai Crystal dengan nada sebal. Reza memang benar, tidak sulit untuk menerima saja agar mereka tidak perlu berdebat panjang. Tetapi Crystal benar- benar merasa menjadi beban jika tidak berhasil menolaknya.

Crystal sudah terbiasa hidup mandiri di dunia yang keras ini. Sejak kecil. Sejak dia paham bahwa pernikahan orang tuanya adalah kesalahan yang menyakiti hati seseorang yang pernah ia sayangi dan cintai, meski sikapnya dingin padanya. Meski beliau tidak pernah terlihat menginginkannya. Wanita yang merawatnya sejak kecil, tetapi seolah ingin membuangnya jika bisa. Ya, itu yang dia rasakan sejak kecil.

Hingga ia menemukan jejak-jejak digital yang tertinggal tentang pernikahan kedua orang tuanya. Hingga dia tahu mengapa  tidak ada garis kemiripan apapun di wajahnya dan wanita yang pernah ia panggil "Mama". Hingga dia menerima banyak komentar jahat saat pertama kali membuat akun media sosial, sebelum terkenal seperti sekarang. Dia butuh usaha keras untuk menyingkirkan julukan 'anak pelakor', sebelum akhirnya menyandang julukan 'cinta pertama bangsa' karena peran sinetron yang pertama dimainkannya saat masih remaja.

"Hahhh..." keluh Reza terang-terangan seraya bersandar pada jok mobil sepenuhnya. Dia menatap frustasi mobil-mobil yang padat merayap di depannya. "Di tempatmu, suami nggak menafkahi istrinya?"

Crystal juga sebenarnya tidak mau berdebat panjang untuk masalah ini. Apa tidak bisa dibalik? Apa tidak bisa laki-laki ini menerima saja kembali kartu itu agar mereka tidak perlu berdebat lagi? "Suami menafkahi istrinya di pernikahan yang sesungguhnya."

"Bagian mana  yang membuatmu berpikir bahwa pernikahan kita bukan pernikahan yang sesungguhnya?" Raut keruh Reza kembali.

"Aku nggak akan bertahan selamanya dalam pernikahan ini. Kamu tahu itu," debat Crystal mulai tersulut lagi.

Sebelum CahayaWhere stories live. Discover now