Bab 17 (Lelaki Masa Lalu)

130 45 2
                                    

"Ketika masa lalu benar-benar kembali bukan hanya sekadar kenangan, membuat berantakan harapan dan kisah untuk masa depan. Lebih dari itu, masa lalu datang dengan membawa sejuta luka yang menyakitkan dengan dibungkus oleh sebuah kebahagiaan."

***

Embusan angin menyapa tubuh seorang gadis yang duduk di kursi roda dan termenung di pinggiran kolam taman dengan begitu kencang, sampai beberapa bagian hijab lebarnya terbang. Tampaknya gadis itu tengah sibuk melamun sampai tidak sadar ada beberapa dedaunan yang jatuh tepat di atas kepalanya, bagaikan sedang berada di Amsterdam saat musim gugur. Sangat mirip, ditambah dengan beberapa bunga di pinggiran kolam yang bermekaran layaknya bunga tulip.

Setelah seminggu lebih tidak mengunjungi tempat ini, Ainur tidak bisa mengelak sebab hatinya memang benar-benar merindukan tempat yang selalu membuatnya nyaman. Kerinduan itu membawa langkahnya untuk datang kemari, membuka lembaran-lembaran yang pernah terisi oleh kisah yang begitu banyak. Tidak, Ainur sangat tidak ingin kembali memikirkan Zidan. Namun, setiap kali menoleh ke arah bangku putih di sampingnya, selalu teringat pesan dan nasihat lelaki itu.

"Jangan pernah merasa dirimu sendirian. Masih ada Allah dan masih banyak orang-orang yang sangat menyayangimu. Percayalah, semua masalahmu akan membawa hikmah yang luar biasa setelahnya. Bisa jadi berupa sebuah kebahagiaan."

Ainur menutup matanya secara perlahan, menahan semua rasa sedih dan kesal yang menyatu dalam hati ketika mengingat salah satu nasihat dari lelaki bergigi gingsul. Ada rasa sakit saat mengingatnya, terbayang betapa perihnya kebenaran yang Ainur dengar kala itu. Belum lagi saat mengingat betapa merdunya suara lelaki tersebut saat membaca surah Ar-Rahman, benar-benar menggetarkan hati dan membawa rasa kagum dengan tak terkendali.

"Cukup, Ainur! Jangan memikirkan lelaki itu lagi!" Ainur menepuk jidatnya dengan sedikit keras hingga terasa nyeri untuk sesaat. Berulang kali mengatakan hal sama, tetapi pikirannya menolak untuk melakukannya.

Bayangan tentang lelaki yang selalu memakai sarung itu tidak bisa lepas dari pikiran Ainur, tiba-tiba datang tanpa diminta. Terutama semua nasihat dan suara merdunya saat membaca surah Ar-Rahman sudah sangat sering muncul dalam benak Ainur. Bukan karena paras lelaki itu yang sangat tampan bak orang Eropa dan Arab, tetapi lebih pada akhlak serta pengetahuan agamanya yang luar biasa. Berulang kali Ainur beristigfar agar tidak memikirkan lelaki itu dan berulang kali pula hatinya masih merasa tidak tenang.

"Assalamualaikum." Suara berat seorang lelaki menyapa pendengaran Ainur dan membuat gadis itu langsung tersentak kaget.

Gadis yang duduk di kursi roda itu langsung terdiam dan otaknya berpikir keras mengenai suara itu. Ia tidak berharap jika lelaki itu adalah Zidan yang tidak ingin ia temui saat ini. Ainur tidak berani menoleh, takut jika lelaki itu benar Zidan. Namun, jika dipikir kembali dari suara beratnya tidak mirip dengan Zidan. Untuk kondisi ini, Ainur bertingkah seolah-olah sangat paham dan mengerti tentang Zidan.

Siapa lelaki ini? Mengapa suaranya berbeda? pikir Ainur dalam hati. Belum ada keberanian dalam dirinya untuk melihat siapa sebenarnya lelaki itu. Rasanya saat ini Ainur ingin menghilang saja, melakukan teleportasi begitu. Namun, apalah daya. Ainur bukanlah ahli sihir yang bisa menghilang dalam sekejap, sehingga satu-satunya cara adalah memastikan.

"Wa-waalaikumussalam," jawab Ainur dengan amat pelan dan sedikit tergagap. Berharap lelaki itu tidak mendengar ucapannya, sungguh Ainur sangat takut saat ini. Jika lelaki itu bukan Zidan, lantas siapa dan itu membuat jatung Ainur berdetak sangat kencang.

"Alhamdulillah. Terima kasih, Ya Allah. Ternyata benar kamu adalah Ainur," ucap lelaki itu yang tentu saja membuat Ainur semakin terkejut. Rasa terkejut itu berubah menjadi rasa penasaran yang luar biasa.

Skenario Cinta [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang