Bab 18 (Harapan Baru)

125 43 1
                                    

"Waktu akan segera menjawab semua pertanyaan dalam pikiranmu. Mengenai masa lalu, jangan pernah berharap lebih tentang hal itu."

***

Ainur tidak bisa mendeskripsikan betapa bahagia dirinya setelah bertemu dengan Syafiq. Gadis yang duduk di kursi roda itu sangat yakin bahwa Syafiq datang untuk kembali membawa Ainur pada kehidupan yang baru. Sepanjang malam, Ainur terus tersenyum saat mengingat setiap kebersamaannya bersama Syafiq tadi siang. Bahkan Ainur sampai berharap bahwa Syafiq akan kembali melamarnya, sehingga tiada lagi luka yang akan terasa.

Syafiq memang tampak sama seperti dulu, tidak ada yang berbeda dari lelaki itu. Wajahnya, sikapnya dan senyumnya semua masih sama seperti satu tahun lalu saat lelaki itu melamar Ainur. Gadis itu sangat berharap jika Syafiq akan membawa warna dalam kehidupan Ainur. Dengan kehadiran lelaki itu, Ainur berharap bahwa kesedihan dan semua luka dalam hatinya bisa sembuh.

"Mas Syafiq tadi datang bersama siapa, ya, Kak?" Tiba-tiba suara Fatin membuyarkan lamunan indah Ainur dengan begitu sadis. Ainur mengerjapkan mata dan menggelengkan kepala.

"Maksudmu bagaimana?" tanya Ainur yang tidak mengerti dengan arah pertanyaan dari Fatin. Gadis berkacamata itu memang sempat bertegur sama dengan Syafiq beberapa menit saat di taman tadi sore.

"Waktu pergi ke taman Mas Syafiq tidak sendirian, Kak. Ada seorang perempuan muda yang menunggunya di tepian taman, wajahnya tampak tidak asing sebab Fatin pernah melihatnya. Tapi, lupa namanya siapa," jawab Fatin sembari duduk di depan Ainur yang sedang betah menatap langit di malam hari ini.

"Mungkin ibunya." Ainur terlihat tidak terlalu perduli dengan ucapan Fatin mengenai seorang wanita yang pergi bersama Syafiq. Hatinya sedang berbunga-bunga, jadi tidak terlalu berminat untuk mengurus hal tersebut.

"Ah, masa ibunya masih muda begitu. Terlihat seumuran dengan Kak Ainur, lho. Sungguh, Fatin pernah melihat gadis itu, tapi tidak ingat siapa namanya." Fatin tetap bersikukuh ingin membicarakan hal itu pada Ainur, sebab ia yakin bahwa perempuan itu memiliki hubungan dengan Syafiq.

Ainur memutar bola matanya dengan malas, tidak ingin memikirkan hal lainnya yang bisa merusak mood. Saat ini, Ainur hanya ingin hanyut dalam kenangan indah di masa lalu yang telah kembali. "Mungkin adik perempuannya Mas Syafiq," ucap Ainur dengan begitu santai tanpa memikirkan lebih dalam.

"Bukannya Mas Syafiq itu anak tunggal? Gimana Kak Ainur ini, sudah lupa? Kalau anak tunggal itu mana mungkin punya adik." Fatin membantah dengan telak ucapan Ainur barusan, sampai gadis yang duduk di kursi roda itu terkejut.

Iya, juga. Syafiq adalah anak tunggal dan tidak akan mungkin memiliki adik, Ainur tidak ingat akan hal itu. Padahal sudah memiliki hubungan lebih dari lima tahun dengan Syafiq, tetapi tidak bertemu setahun saja sudah lupa. Semudah itukah melupakan Mas Syafiq? pikir Ainur.

"Fatin ingat, sepertinya perempuan itu satu jurusan dengan Kak Ainur waktu kuliah. Ya, benar. Pas wisuda, perempuan itu ngasih buket ke Kak Ainur," ujar Fatin dengan begitu semangat setelah mengingat sesuatu di masa lalu.

Ainur jadi memikirkan sebenarnya siapa perempuan itu dan mengingat-ingat yang mana satu perempuan pemberi buket yang dimaksudkan oleh Fatin. Waktu wisuda, Ainur mendapatkan beberapa buket dari perempuan yang berbeda dan parahnya Ainur tidak mengingat semua wajah teman-temannya itu. Kenapa harus memikirkannya, mungkin saja itu hanya sepupu Mas Syafiq, batin Ainur dengan keyakinan penuh dan membuang jauh-jauh rasa penasaran.

"Sepupunya mungkin." Ainur memalingkan muka, sedangkan Fatin melemparkan tatapan penuh heran pada Ainur. Fatin melihat seperti ada sesuatu yang tidak beres dari Ainur.

Skenario Cinta [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang