Bagian 0016 ||•• Daisy - Masih Tentang Perasaan Hati ••||

114 76 49
                                    

Hello my readers, jangan pada jadi silent riders ya.
So, jangan lupa tinggalin jejak kalian berupa vote+komen buat support author, okay?
Ily all..

Happy reading!! 💜

"Gue lebih tenang, kalau seakan-akan gue ga kenal sama cowo itu."

~Daisy

Hari yang baru, Daisy masih tak henti-hentinya membayangkan bagaimana perasaannya nanti kalau harus melihat dengan matanya sendiri sebuah acara paling bahagia seseorang yaitu pernikahan.  Daisy menghela napasnya memangku guling panjangnya dan mengambil remote TV. Lebih baik dibanding dirinya membayangkan hal yang bisa membuat hatinya terluka.

*suara dering handphone

Daisy menoleh, handphone yang tergeletak disampingnya berdering pelan dengan nada panggilan yang mengalun indah tapi sedikit mengejutkan.

Jarinya menyingkirkan helai rambutnya yang menutupi telinga.

"Gava ngapain telpon? " pikirnya tak mau membalas panggilan telephone itu. Sebenarnya pun dia bersemangat melihat name contac nya. Tapi sekarang berbeda. Malas sekali jika nanti harus berurusan dengan calon istrinya yang possesive. Apalagi Gava pasti lebih membela calon istrinya.

Handphone berdering lagi untuk yang ke dua kalinya masih dihiraukan. Beberapa chat masuk di HP nya.

Es Gava

Angkat telephone nya.

Lo kenapa sih, sy?

Daisy! Gue sumpahin lo kalau ga bales chat gue.

Lo sakit?

Kok diem? Mana diemin gue terus.

Kenapa lo jadi berubah? Seakan-akan ga kenal sama gue?

Plis, jawab! Atau lo angkat telephone gue..

Just this time, Daisy. Gue tau lo kecewa sama gue

Hanya di baca saja. Jarinya enggan mengetik sepatah kata untuk Gavariel. Baginya, sudah tak penting mendengar apapun penjelasan dari cowo itu. Sempurna sudah Daisy mengotak-atik nomor yang ia simpan dan sampai pada nama Gava. Dengan lihai Daisy menghapus nomor itu.

"Gue lebih tenang kalau seakan-akan gue ga pernah kenal sama cowo itu. " Daisy memejamkan matanya sekejap.

"Daisy! " Ezra berteriak dari bawah dengan geram. Jam hampir menunjuk kan pukul setengah tujuh pagi dan dianya masih diam di kamar.

"Buka pintunya! " Ezra menggedor-gedor pintu membuat Daisy pun ikut kecipratan geram.

"BUKA AJA KAGAK GUE KUNCI! " teriaknya dari dalam dan mengangkat sebuah bingkai foto.

Cklek

Pintu terbuka bersamaan dengan munculnya laki-laki tinggi dibanding Daisy. Tangan Daisy yang terangkat tadi dengan cepat meluncurkan bingkai foto yang keras ke arah Ezra. Ralat! Bukan ke arah Ezra, sengaja ia plesetkan karena tidak mungkin Daisy berani melukai kakaknya sendiri. Walaupun mengesalkan tapi tetap saja hatinya tidak pernah tega melukai kakaknya walau hanya segores tipis saja.

"Ga kena! " ejek Ezra sambil tertawa mengejek.

"Gue juga ga mungkin bikin lo luka! " kesalnya beranjak dari tempat tidur.

"Mau ngapain? " tanya nya datar tanpa ekspresi.

"Lo kenapa? " tanya nya lagi.

"Bilang aja apa tujuan lo kesini, bisa? " kesalnya membanting pintu.

"Cepetan mandi, gue juga mau berangkat, bisa telat nanti kita dan gue enggak mau dihukum. Tapi kalau lo emang mau dapet hukuman di sekolah gua tinggal sekarang. " Daisy mengehela napas panjang sambil menutup mata. Ck, dasar bawel.

"Gue mandi bentar. " jawabnya pelan tak ada semangat sama sekali. Tubuhnya berjalan gontai menapaki lantai. Mengambil seragam di lemari dan menaruhnya di nakas.

•••

"Nanti lo gue jemput atau dianter Gavariel? " tanya kakaknya menawarkan diri.

"Tumben baik. " Daisy mendelik, kalau sudah baik begini biasanya ada maunya.

"Dibaikin salah, dikasarin salah, mau lo apa sih? " tawa kakaknya dengan renyah. "Jemput aja. " jawab Daisy yang tau pasti Gavariel akan pulang dengan calon kekasihnya itu.

"Tumben, lagi berantem sama Gavariel? " tanya kakaknya seperti nada mengejek dan menggoda.

"Sekolah sana, jangan banyak bacot di depan gue."

Daisy menjulurkan lidahnya balas mengejek kemudian membanting pintu mobil. "Astaga, dulu mak gue ngidam apa sih bisa bikin adek yang laknat kayak gini. " Ezra menggelengkan kepalanya dan mengelus dadanya sebentar sebelum lanjut mengemudi.

"Heh, jalang! " baru masuk koridor, Mayriska sudah menghadangnya. Sungguh pagi yang buruk apalagi dengan notabene nya yang selalu dipanggil 'jalang' oleh perempuan itu.

"Mau ngapain? " tanya nya yang sedangalas berdebat. "Gue cuma mau lo jauhin Gava, karena dia calon suami gue. " sarkahnya mengancam.

"Baru calon kan?" geram, Mayriska mengangkat tangan kanan nya hendak menampar gadis itu.

"May! " seseorang mencengkram tangan Mayriska dengan keras menghadang agar tak melayangkan tamparan nya.

"Gue emang calon suami elo! Tapi gua juga ga rela lihat sahabat gue lo lukain! " terang Gavariel menatap tajam Mayriska yang langsung memeluknya sambil menyisakan tangis.

"Manja! " Batin Daisy kesal meninggalkan keduanya.

"Daisy!" Daisy menoleh, dengan cepat Gavariel melemparkan kertas yang sudah dilipat-lipat tak terbentuk ke arah Daisy mumpung Mayriska tak melihatnya karena berada dalam dekapan nya yang hangat.

Daisy membungkuk, mengambil secarik kertas itu dan tersenyum miring berikutnya pergi meninggalkan mereka tanpa ekspresi dan tanpa sepatah kata secuil pun.

🥀Happy reading guys-! 🥀Jangan lupa vote dan spam komennya🥀Follow wattpad author ini🥀Boleh juga follow instagram author @fitter_foil

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

🥀Happy reading guys-!
🥀Jangan lupa vote dan spam komennya
🥀Follow wattpad author ini
🥀Boleh juga follow instagram author @fitter_foil

Agatha Morganحيث تعيش القصص. اكتشف الآن