Chapter 7

16K 612 13
                                    

Unedited.

Before you read this chapter, and whole next chapters.

Aku kembali mengingatkan cerita ini dibuat untuk readers berusia diatas 18 tahun. Segala tindakan tidak berkenan dan tidak layak mohon tidak ditiru, karena chapter-chapter selanjutnya akan mengandung unsur kekerasan fisik dan seksual. Be a wise reader ya ^^

Catherine

PELAN-PELAN, Cath melangkah menuju pintu apartmentnya, bersiap menghadapi seseorang yang sudah ia tebak. Tepat ketika ia membuka kunci, Terrel mendorong pintu hingga menyebabkan Cath terhuyun. Ia mencengkram kedua bahu Catherine dan mendesaknya di dinding.

“Dengar, Nona Adams,” Ia mendesis. “Ketika aku memanggilmu, tidak ada pilihan bagimu untuk memilih iya atau tidak, kecuali…” Ia menatap leher jenjang Catherine. Seuntai garis licik terukir dari sudut bibirnya yang tipis. Matanya kembali menatap mata biru Catherine. “Kecuali kau sedang bersama seseorang.”

Catherine terdiam, berusaha menahan getaran luar biasa di rahangnya. “Aku tidak bersama siapapun.”

“Pembohong.” Ia memperlihatkan gigi-giginya.

Catherine merasakan telapak tangan Terrel melingkar di leher Catherine, mengencang, dan menekan inti kerongkongannya. Ia meringis, ia mulai kesulitan bernafas.

“Oh, Lady-ku,” Terrel terkekeh mendalam. Ia memainkan ujung rambut coklat gelap Cath dengan jemarinya. Hingga ia mengepal dan menarik paksa rambut itu.

“B-Berhent-t-ti!” Katanya dengan nafas yang tidak teratur. Ia mulai kekurangan oksigen, dan kini rambut coklatnya ditarik hingga kakinya tidak menyentuh lantai.

“Oh, Catherine sungguh, aku ingin sekali membunuhmu sekarang juga. Tetapi, seperti yang kau bilang sebelumnya…” Terrel melepas tangannya yang mencekik tenggorokan Catherine, membiarkann paru-paru gadis itu menerima asupan oksigennya kembali, sebelum ia mengayunkan rambut Catherine dan menghempaskannya ke ujung sofa kayu.

Catherine meringis tanpa suara, ia menyentuh dahinya yang berkedut, perih dan mengluarkan cairan panas. Darah.

Terrel melangkah mendekatinya, tersenyum. “Bahwa aku lebih sayang pada uang-uangku.”

Ia mendaratkan ujung sepatu bootsnya pada lengan Catherine. Gadis itu kembali tersungkur. “Sekali lagi kau berbohong, tidak hanya kau yang akan menikmati akibatnya. Namun juga teman-temanmu.”

Ia kembali menghempaskan bootsnya pada lengan Cath yang sudah ia tendang. Ia tersenyum puas. “Oh satu lagi. Kau akan menemui Dr. Irene, besok.”

Ketukan langkah yang Terrel buat terlihat buram di mata Catherine. Ia melirik pada lengan memarnya yang sudah terasa kaku.

Perlahan, ia berdiri menuju kamar mandi. ia membasuh keningnya yang mulai basah karena darah. Satu garis merah terlihat jelas di kanan dahinya. Walau sudah berkali-kali ia basuh, darah terus mengalir dari garis itu.

 Ia mendesah, melangkah ke dapur apartment ketika hendak mengambil es, tangannya terasa nyeri luar biasa. Dengan terpaksa, ia menggunakan tangan kirinya walau sempat kesulitan mengeluarkan es dari cetakan.

Ia duduk di kursi meja makan menopang sikunya sambil menempelkan beda padat dingin itu di keningnya. Ia mendesis menghadapi sentuhan pertama, namun perlahan rasa sakit itu hilang digantikan dengan kebas.

Ah, andai semudah itu menghilangkan rasa sakit.

Setelah lukanya tidak mengeluarkan darah, aa mengehmpaskan tubuhnya ke kasur, menghadap ke jendela kamar. Langit-langit New York selalu diukir oleh cahaya-cahaya kecil dari gedung penakar langit. Seolah tidak pernah tidur, dan tidak pernah lelah. Kota ini selalu hidup.

Namun tidak untuk Catherine.        

Ia merasa bagai makhluk dengan roh tanpa kehidupan di kota itu.

Seketika air mata mengalir dari bola mata birunya. Ia terisak. Ia merasa sendiri menghadapi lika-liku hidup ini. ia sudah cukup lelah, dengan Terrel. Ia lelah menghadapi pria-pria milyuner busuk itu. Ia lelah dengan perjanjian bodoh yang bahkan tidak pernah ia setujui itu.

Dan ketika ia menemukan orang-orang yang membuat hidupnya berwarna, Terrel datang dan mengancam akan menghancurkan semuanya.

Tidak. Dia tidak boleh melakukan itu.

Cath menghapus air matanya dan menarik selimut tebal ke tubuhnya.

Cukup dia. Cukup dirinya saja yang mengalami lingkaran iblis dari Terrel Jeremiah.

Vote and Comments? C: Maaf ceritanya dibuat terlalu mendetail dan lamban, karena aku mau membuat surprise di inti cerita ini :p just wait and read <3

-atxios-

The Virgin Night Lady // z.m [Discontinued - Revisi cerita di &quot;Attached, &quot;]Where stories live. Discover now