temu dua belas

2.1K 289 36
                                    

[] 12. Day—5; kebersamaan []




"Ma, Papa pulang kapan?" tanya Karina sembari membersihkan noda yang tertinggal di sekitar bibir dengan tisu.

"Kayaknya hari Senin deh."

Jawaban Mamanya membuat Karina merengut, bibirnya maju beberapa senti. "Masih lama, Ma ...." rengek Karina.

"Lebay kamu, orang tinggal seminggu kurang," cecar Javaz. Karina menoleh seraya menatap sinis.

"Masih lama! Ini masih hari Rabu, aku 'kan kangen papa. Emangnya Abang!" kata Karina.

"Halah, kamu mah bukan kangen papa, cuma nggak sabar aja pengin dapet oleh-oleh," sahut Mama.

Karina cengengesan. "Mama tau aja."

"DIHH!"

"Kayak Abang enggak aja," cecar Karina.

"Oh iya Dek, kata Abang kamu udah jadian sama Jendral?" tanya Mama tiba-tiba.

Sontak membuat Karina terhenyak lalu menatap tajam pada sosok yang duduk bersebrangan dengannya. Bisa-bisanya Javaz menceritakan hal itu pada Mama. Sudah dapat dipastikan jika wanita yang melahirkannya itu akan histeris dan memintanya mengajak Jendral untuk berkunjung. Pasti.

"Iya, Ma." Javaz menimpali sembari tersenyum mengejek. "Padahal mah waktu itu bilangnya ga deket, tapi besoknya jadian," lanjutnya yang semakin membuat Karina kesal.

Sementara Mama tersenyum senang. "Kapan-kapan ajak ke sini lagi ya, sekalian bawa orang tuanya juga nggak papa."

Karina mengangguk malas. Namun, tunggu. Tadi maksudnya apa?

"IH MAMA SIAPA JUGA YANG MAU NIKAH MUDA?!"

Mama terkekeh. "Mama udah nggak sabar lihat hasil persilangan kalian berdua, hihi."

Karina merona tanpa sadar. "IH MAMA!"

Gadis itu ingin menangis rasanya karena malu.

.
.
.



"Maaf ya tadi nggak aku jemput, itu si curut Chandra minta nebeng. Dan nggak bisa aku tolak soalnya udah di depan apartemen," jelas Jendral. Jelas ia merasa bersalah karena membiarkan kekasihnya berangkat sendirian.

Padahal Karina sendiri tidak masalah. Ia bisa pesan tranportasi umum atau berangkat dengan kakaknya.

Tapi melihat Jendral merasa bersalah dengan tatapan sendunya membuat jiwa ingin menjahili dalam diri Karina menguar. Kapan lagi ia melihat Jendral bertingkah menggemaskan karena merasa bersalah seperti saat ini.

Maka Karina melengos, pura-pura kesal. "Oh," ujarnya.

Jendral yang mendengarkannya segera bergeser, mendekatkan diri pada Karina. Tidak peduli jika teman sekelas gadis itu terus menatap keduanya.

"Ih Yang, maafin," rengek Jendral.

Rengekannya sampai membuat penghuni kelas ternganga. Baru menemukan sisi manja dari sosok playboy nan cool itu.

"Ya."

"Sayang, jangan cuek dong. Maaf banget, besok-besok nggak bakal ulangin lagi. Maafin yaa?"

Karina sudah tidak tahan dengan puppy eyes yang diberikan oleh Jendral. Maka setelahnya Karina mengangguk menciptakan senyum di bibir Jendra untuk pertama kali.

"Sana balik, udah mau bel," kata Karina.

Dengan senyum bulan sabitnya, Jendral mengangguk. Beranjak, lalu lagi-lagi mengecup kening Karina dan berbisik.

RENDEZVOUS [✓]Where stories live. Discover now