Part 11

372 78 14
                                    


" cinta? Apa itu? ",

Jongin yang baru akan meneguk bir nya terhenti, dia menatap Yuri di depan nya yang baru saja bertanya. Dia di rumah dan mendapat telepon dari perempuan itu, mengajak nya untuk minum bersama. Kebetulan tak jauh dari tempat tinggal mereka ada sebuah bar. Jadi disitu mereka sekarang.

" kau mengajak ku minum untuk menanyakan itu? ", Yuri tersenyum membenarkan, tidak mengelak.

" aku membutuhkan teman untuk bercerita dan dari semua orang, ku pikir aku paling nyaman bercerita dengan mu. Juga aku butuh jawaban dari orang seperti mu. Entah kenapa semua yang kau katakan terasa benar ", ujar Yuri yang jujur.

" senang kau berpikir seperti itu ", senyum Jongin baru meneguk bir nya yang tadi tertunda.

" jadi, bagaimana pendapat mu? ", Yuri menunggu jawaban Jongin dari pertanyaan nya tadi.

" cinta? Entahlah, itu cukup sulit ", jawab Jongin.

" benar, itu sulit. Tidak tau harus menjelaskan dengan kata apa ", Yuri tersenyum kecut, kemudian juga meneguk bir nya.

" kenapa kau bertanya? Kau sudah tau jawaban nya ", kata Jongin.

" apa? ", alis Yuri naik sebelah, tak mengerti maksud nya.

" cinta? Tidak ada kata yang bisa menjelaskan nya. Cinta yang di rasakan. Menurut ku itu adalah perasaan dimana kita saling memberikan kebahagiaan. Dua orang menjalin hubungan dengan alasan cinta tapi mereka tidak bahagia malah saling menyakiti, apa itu bisa di katakan cinta? ",

" maksud mu jika cinta tidak mungkin tidak bahagia dan saling menyakiti? ",

" bukan aku yang mengatakan nya ", sahut Jongin sambil mengangkat bahu nya.

Yuri terdiam memikirkan apa yang baru saja mereka bincangkan. Benar saja, apa yang di katakan Jongin memang ada logika nya. Kalau cinta tidak mungkin saling menyakiti. Harus nya memberi kebagiaan.

.

.

.

Pagi hari Yuri terbangun dengan kepala sedikit berat. Tak heran dia minum banyak semalam. Beberapa saat mencoba mendapatkan kesadaran penuh dengan duduk di ranjang, kemudian Yuri pergi keluar menuju dapur. Disana dia meneguk segelas air putih membuat kerongkongan yang tadi nya kering ganti sejuk. Yuri sudah sadar sepenuh nya sekarang.

Berniat kembali ke kamar untuk bersiap berangkat kerja, langkah Yuri tertahan ketika mendapati foto pernikahan nya dengan Sehun ternyata masih di biarkan nya tergantung di dinding. Yuri tersenyum kecut. Bukan karna foto itu tapi karna diri nya sendiri. Dia merasa telah kehilangan diri nya sendiri akhir - akhir ini. Perasaan bingung tak karuan, bahkan sampai minum untuk melupakan yang terjadi, bukan diri nya sekali. Yuri bahkan tak tau pasti apa yang terjadi pada diri nya. Sebagai seorang psikiater dia tidak dapat menilai. Hanya satu jawaban pasti, Oh Sehun yang membuat nya seperti ini. Ketika memikirkan pria itu, perasaan yang bahkan Yuri sendiri tak tau pasti harus di sebut apa itu kembali. Jelas nya bukan perasaan senang. Tak mau terkurung dengan perasaan seperti itu, Yuri segera menggeleng kepala menolak. Kemudian dia segera pergi masuk ke kamar untuk bersiap.

Niat Yuri untuk segera bersiap di kamar, tertunda kembali. Ponsel nya yang di nakas lebih menarik perhatian. Yuri memilih untuk memeriksa ponsel nya itu dulu, baru kemudian akan bersiap.

Kening nya berkerut, melihat ada panggilan tidak terjawab dari orang yang menganggu pikiran nya. Oh Sehun menelpon nya. Bukan hanya sekali, tapi tiga kali. Tidak di sangka, tidak di duga, dan tidak terpikir oleh nya. Tapi kemudian senyuman di wajah Yuri terbit, yang bahkan tidak di sadari oleh nya. Beralih dari panggilan, Yuri melihat pesan karna  juga menerima pesan. Baru setelah membaca isi pesan senyuman di wajah nya hilang, kembali tidak di sadari oleh nya.

Scars Deeper Than LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora