T W E N T Y O N E

632 64 3
                                    

"Sana!"

"Kumohon bertahanlah! Aku bersama mu, kamu harus berjuang!"

"Unnie... Jangan tinggalkan aku, aku baru saja melihatmu tolong jangan pergi"

"Sana-ya... Lihat lah adik dan teman teman mu, kamu harus bertahan demi adik mu dan kami semua"

Sana mendengar semua kalimat itu dengan jelas. Dia menutup matanya tetapi dia tidak dapat membukanya, dia ingin bicara tapi tidak bisa. Tubuh ini tidak dapat dia kendalikan sama sekali, mungkin karena tubuhnya sudah terlalu lelah karena itu tubuhnya kini tidak mau mendengar perintah nya lagi.

Samar samar dia juga mendengar isak tangis Rosé, itu membuat hatinya sakit dan ingin segera memeluk adiknya. Namun apa daya nya dirinya hanya bisa berbaring tanpa melakukan apapun.

"Bisakah kita kali ini bekerja sama? Aku ingin terbangun dan menatap mereka semua"

Tidak lama setelah itu Mina yang sedari tadi menggenggam tangan Sana dengan erat kini merasakan sedikit pergerakan dari tangan Sana.

"Sana..." Gumam nya lalu melepaskan genggaman tangan mereka supaya dia bisa lebih jelas melihat gerakan itu.

Jennie, Rosé dan Twice melihat ke arah dimana Mina melihat. Mereka melihat tangan Sana yang bergerak dengan lemah.

Perlahan Sana membuka mata nya. Mata nya langsung disambut oleh lampu yang menggantung di plafon yang kini menyilaukan mata nya.

"Rosé..." Lirih Sana perlahan. Nama Rosé lah yang keluar pertama dari mulut Sana. Sebenarnya Mina sedikit kecewa tetapi dia harus menerimanya pasti bagaimana pun juga Rosé tetaplah orang pertama yang Sana ingat karena hubungan mereka yang merupakan kakak adik.

"Unnie! Unnie... Syukurlah kamu sadar, a-aku kangen ba-nget sama -kamu" Ucap Rosé terbata bata sambil terisak.

Sana mengelus rambut blonde Rosé dengan lembut. Dia hanya bisa tersenyum lemah melihat adiknya yang menangis karena mengkhawatirkan dirinya.

"Uljimaa..." Lirih Sana.

Pandangan Sana lalu teralihkan ke Jennie yang menatapnya sambil tersenyum. Sana membalas senyumannya.

"Jennie-ya, terima kasih sudah mau menyelamatkan ku. Terima kasih juga sudah mau merawat adikku yang cengeng-" Ucapan Sana terpotong karena Rosé.

"Unnie! Aku tidak cengeng! Coba kamu diposisi aku pasti kamu nangis juga!" Ucap Rosé dengan wajah kesalnya, namun dia tampak imut dimata Sana dan Jennie.

"Hehehe mianhe... Pokoknya makasih ya Jen. Kamu memang sahabat ku yang terbaik"

"Tidak masalah Sana, aku akan melakukan apapun untuk sahabatku tentu saja"

Sana dan Jennie saling tersenyum. Setelah itu dia mengalihkan pandangannya ke arah Mina yang juga sedang menatapnya.

"Hai Mina"

"Hai..."

Sana tersenyum mendengar suara lembut Mina lagi. Suara Mina sedikit menjadi ketenangan untuk dirinya sendiri.

"Terima kasih sudah menyelamatkan ku, kamu menantang bahaya itu dan berani menyelamatkan ku.... Terima kasih"

"Aku melakukannya karena aku menyayangimu. Tentu saja aku tidak ingin orang yang aku sayang dalam bahaya seperti saat itu, aku bahkan tulus mencintaimu...." Lirih Mina diakhir kalimatnya.

Sana tersenyum manis dan meraih kedua tangan Mina dan mengelusnya perlahan sambil membisikkan kata 'Terima kasih' sekali lagi.

Mina mengangguk lalu kembali tersenyum pada Sana. Melihat senyum Sana membuat nya  merasa terobati oleh rasa lelah dan putus asa yang selalu dia rasakan, berkat Sana juga dia tidak lagi menjadi orang yang memiliki sifat yang dingin.

Tiba tiba dua orang berseragam polisi datang sambil memegang sebuah map. Mereka meminta waktu sebentar untuk mengajak beberapa saksi untuk menyelesaikan masalah ini.

"Selamat malam semuanya, kami dari kepolisian ingin menanyakan beberapa hal sesuai perintah oleh atasan kami" Ucap salah satu polisi tersebut.

Mereka yang ada di ruangan itu melihat satu sama lain. Mereka menganggukkan kepala dan mempersilahkan polisi tersebut masuk kedalam.

"Jadi saya ingin memberitahu jika pelaku bernama Park Jihoon ini mengatakan kalau dia tidak mengerjakan hal ini sendirian"

"Maksud Anda?" Tanya Tzuyu.

"Ada orang yang membantu Park Jihoon untuk melakukan ini dan dia mengatakan kalau dia adalah orang terdekat kalian... Sampai saat ini pelaku hanya tutup mulut dan tidak mengatakan apapun lagi" Ucap polisi itu menjelaskan.

Mereka bingung, siapa orang terdekat mereka yang tega melakukan ini? Apa dia sebenci itu dengan Sana sampai dia membiarkan temannya sendiri diculik?

Sana hanya terdiam karena syok dia masih memproses apa yang dikatakan polisi itu.

"Jadi apakah kalian memiliki salah satu orang terdekat yang memiliki masalah pada korban atau ada yang kenal dengan pelaku?" Tanya polisi.

"Kami.... Tidak tau" Ucap Mina kali ini.

Polisi menganggukkan kepala, mereka mengerti pernyataan ini terlalu tiba tiba untuk mereka dengar karena mereka masih merasa terkejut jadi polisi mempermisikan diri untuk kembali ke kantornya.

Di ruangan rumah sakit yang mereka tempati sekarang bisa saja ada salah satu dari mereka yang merupakan 'pembantu' Jihoon. Atau mungkin saja dia tidak ada ruangan ini.

Haruskah mereka mencurigai satu sama lain? Mereka harus mencari siapa orang dibalik semua ini.








-




Hai udh lama g update maap😭😭

You're Real Side[✓]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt