Chapter III : Be Mine

71 17 0
                                    

Tiga hari sebelumnya...

Lucas baru saja menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Ia merenggangkan otot, merasa pegal. Ia membuka kacamata yang membingkai di wajahnya, lalu memijit-mijit pangkal hidung. Matanya lelah sekali setelah seharian menatap laporan pada layar komputer. Lucas ingin segera beristirahat di rumah. Ia membayangkan coklat panas.

Tapi, tampaknya ada hal yang lebih mengganggu dari sekadar bayangan coklat panas.

Huang Hendery.

Lucas mendesah. Ia sudah mengatakan hal konyol. Semoga tidak bertemu lagi? Yang benar saja! Bahkan, sekarang, isi kepalanya dipenuhi oleh wajah lelaki pucat itu. Tangannya gatal ingin menyentuh rambut Hendery yang lembut dan harum. Lucas merasa sebentar lagi ia bisa gila.

Ia menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Kepalanya menengadah, memandangi langit-langit kantor. Hendery ternyata tidak banyak berubah. Barangkali hanya tinggi badan dan wajah yang lebih dewasa. Selebihnya, sifat pemuda tersebut masih sama. Pendiam dan menyebalkan.

Lucas memejamkan mata. Tidak. Hendery mungkin masih sama seperti delapan-sembilan tahun lalu, tapi ada sesuatu yang berbeda. Ia mengerang kesal. Hendery ternyata bartender yang bisa disewa dan itu artinya ada laki-laki lain yang meniduri pemuda tersebut selain dirinya. Lucas tidak terima. Ia tak bisa membayangkan Hendery tidur dengan laki-laki lain, melayani mereka, apalagi melakukan blow job!

Lucas merasa kepalanya memanas. Seorang Huang Hendery sama sekali tidak pantas bekerja seperti itu! Satu-satunya pekerjaan yang cocok adalah melukis. Lucas barangkali tidak mengerti seni, tapi ia tahu seorang pelukis bisa mendapatkan uang lebih banyak dibandingkan menjual diri.

Lihatlah ... lelaki itu bahkan secara keseluruhan masih sama. Hendery masih seputih alabaster, matanya bulat dengan tatapan lembut, tubuhnya juga kurus dan lemah, hanya dicengkram sedikit sudah memerah. Lucas merasa sayang. Ia kesulitan membayangkan Hendery berendam di dalam bak mandi penuh lumpur, membuat seluruh dirinya kotor.

Lucas tiba-tiba ingin kembali ke masa lalu. Ke masa di saat mereka selalu berdua di dalam ruang kosong lantai atas sekolah. Kalau bisa, ia berjanji takkan mengonsumsi obat-obatan sehingga ia masih bisa bersama Hendery, menghabiskan keheningan waktu bersama. Di masa-masa sulit, ia bisa mencegah Hendery bekerja sebagai bartender yang bisa disewa.

Lucas tertawa hambar.

Hendery juga takkan berpura-pura tidak mengenalinya karena malu berteman dengan seseorang yang pernah overdosis narkoba.

Ia merasa sayang sekaligus kesal.

Lucas menyentuh bibirnya sendiri. Dua hari lalu mereka pernah berciuman dengan bibir ini. Hendery begitu lembut, bibirnya, tubuhnya, semua terasa lembut. Ia takut, sedikit saja ia berbuat kasar, pemuda itu bisa hancur. Karena itulah, Lucas berusaha bermain lembut malam itu. Ia kesal pada kepura-puraan Hendery, tapi ia tetap tak ingin menyakitinya—walaupun Lucas sendiri merasa sakit, sesuatu di dalam dadanya terasa sakit sekali.

Malam itu, ia dapat dengan jelas melihat airmata di sepasang mata bulat Hendery. Pemuda itu bahkan menggigit bibirnya sendiri. Barangkali menahan rasa sakit. Padahal Lucas bermain lembut. Bagaimana dengan laki-laki lain? Laki-laki kasar bertebaran di mana-mana.

Lucas mendecih pelan. Ia tidak tahan. Segera saja ia membereskan kekacauan di meja kerja, membuang plastik bekas bungkus wafer dan menyimpan gelas kopi yang kini kosong di dapur kantor. Ia berjalan cepat keluar kantor. Tapi seseorang menahan tangannya.

"Mau kemana kau?"

Lelaki seusianya, berambut pirang dan memiliki garis wajah yang tegas, memasang cengiran lebar. Lucas memandang kesal ke arah teman kantornya itu.

Jumantara Musim PanasWhere stories live. Discover now