🌧25🌧

53 15 8
                                    

Hai readers 👋

Maaf ya, baru bisa update lagi. Happy reading dan jangan lupa tinggalin jejak berupa vote dan komen~

🌧⛈️🌦

"Halo, Tante," sapa Rian dan Raina ketika tiba di depan pintu rumah Arga.

"Oh! Raina, Rian. Halo. Ayo masuk," sambut Mami Arga sambil mempersilahkan keduanya masuk.

"Kamu mau mulai ngajar Anin lagi, ya?" tanya Mami Arga sambil duduk di sofa.

Rian yang juga baru saja mendudukkan dirinya mengangguk. "Iya, Tante. Maaf baru dateng sekarang."

Mami Arga menggeleng pelan. "Gak papa. Tante ngerti, kok. Lagipula, Anin juga butuh waktu untuk nenangin diri."

Rian menatap Mami Arga dengan lekat. Wajah wanita yang dulunya selalu terlihat cerah dan menampilkan senyuman seperti halnya Arga, kini menjadi lebih tirus dan lesu dengan kantung mata tebal di bawah kedua matanya.

"Anin ada di kamarnya 'kan, Tante?" tanya Raina kemudian.

Mami Arga mengangguk. "Iya. Anin ada di kamarnya. Kalian langsung naik aja ke sana," jawab Mami Arga.

"Oke, Tante," kata Raina lalu berdiri dan menatap Rian. "Ayo, Kak," ajaknya.

Rian pun ikut berdiri, lalu menatap Mami Arga. "Kalau gitu kita naik dulu ya, Tante," katanya, yang diangguki oleh Mami Arga dengan senyuman tipis.

Rian dan Raina pun melangkah menaiki tangga menuju ke kamar Anin.

Tok, tok, tok!

Raina mengetuk pintu kamar Anin beberapa kali.

Ceklek!

Pintu kamar Anin terbuka, menampilkan wajah si empunya kamar. Anin menatap Raina beberapa saat lalu beralih menatap Rian.

Hah.

Anin menunduk dan menghela napas, lalu kembali menatap Rian. "Kak. Aku gak mood buat belajar dulu," ujarnya dengan nada lemah.

Rian ikut menghela napas pelan lalu berkata, "Mau sampai kapan kamu gak mau belajar? Inget, Arga yang nunjuk aku untuk jadi guru private kamu. Kakak kamu itu mau kamu jadi lebih rajin belajar lagi. Dia mau kamu jadi lebih pinter. Kalau kamu gak belajar-belajar, kapan bisa pinternya?"

"Ya tapi gak sekarang juga," kata Anin dengan nada bergetar menahan tangis. "Kakak seharusnya tahu gimana perasaan aku sekarang. Perasaan dan pikiran aku tuh masih kacau banget. Mana bisa aku belajar dengan kondisi kayak gini?" Air mata mulai mengalir keluar dari kedua mata Anin.

Rian menatap Anin dengan sendu. "Tentu. Kakak tahu banget gimana perasaan kamu sekarang. Kakak juga masih sedih banget. Semua kenangan Kakak bareng Arga masih selalu berputar-putar di otak Kakak. Tapi Anin ... kita harus bangkit ... sedikit demi sedikit. Demi Arga. Kakak yakin ... Arga gak akan seneng ngeliat kita yang masih terpuruk dengan kepergian dia."

Anin menunduk, semakin terisak. Raina segera memeluk sepupunya itu. Setelah beberapa saat, tangis Anin mereda dan ia pun kembali menatap Rian.

"Ya udah deh, aku mau belajar. Demi Kak Arga," katanya.

Rian tersenyum tipis. "Bagus. Tenang aja, hari ini belajarnya gak lama, kok. Cuma bentar," kata Rian lembut.

"Ya udah. Masuk, Kak," ujar Anin, mempersilahkan Rian untuk masuk ke kamarnya. Ia lalu segera mengambil buku-bukunya, bersiap untuk belajar.

"Kak Raina kenapa gak masuk juga?" tanya Anin ketika melihat Raina yang masih berdiri di ambang pintu, sementara Rian sudah masuk dan duduk di depan Anin.

Haters and Lovers of Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang