20 - Aiden's Room

4.4K 416 192
                                    

Jam 7 malam. Masih di hari yang sama dengan siang hari penuh kecup dan kemesraan di kantor Aiden.

"Jadi bagaimana? Berarti saya dengan kamu sudah resmi pacaran, kan?" Aiden bertanya sambil menyisir-nyisir rambutnya ke belakang dengan tangan.

Aiden belum pernah punya pacar meski bejibun perempuan yang menyukainya. Betul, Aiden sudah pernah menikah di usia 23, tapi cara berpacaran dan cara berumah-tangga itu beda. Masa remajanya tak pernah ada sekmen pacar-pacaran, sebab terlalu ambisius mengejar nilai sebagai bentuk balas dendam pada sang ayah. Jadi, harap maklum ia bertanya demikian.

"Maunya resmi apa enggak, nih?" Kasih malah balik bertanya.

"Iya, mau." Aiden agak tersipu.

Kini mereka berada di rumah Aiden. Mengapa bisa tiba-tiba Kasih ada di rumah Aiden? Sebenarnya tidak ada yang tiba-tiba, semuanya sudah mereka rencanakan.

Biasanya Aiden pulang kantor pukul tujuh malam. Berhubung ada Kasih dengannya sejak siang, pukul lima sore tadi Aiden sudah pulang dan membawa serta Kasih ke rumahnya. Mungkin ingin membuat Regina terbiasa dengan kehadiran pacar barunya.

Regina muncul dari dalam kamar dengan wajah yang sedikit manyun dan kusut. Daddy-nya yang melihat itu malah usil menirukan raut muka anaknya yang merengut.

"Ah, Daddy...." Regina merengek sebal melihat daddy-nya meledek.

"Ah, Daddy...." Dan masih saja ditirukan oleh Aiden. Alhasil, wajah Regina semakin tertekuk.

"Jangan digodain terus." Kasih terkekeh, memukul pelan punggung tangan Aiden yang berada di atas meja ruang tengah.

"Habisnya keluar-keluar mukanya ditekuk begitu," Aiden mencolek pipi Regina, "sini, sini. Kenapa, sih? Hm? Kok cemberut?" Tanyanya pada sang anak.

Regina pun duduk di atas pangkuan ayahnya—yang duduk di atas karpet. Lalu dengan bibir yang masih manyun, Regina mengadu, "Rere mau makan martabak telur, tapi kata Bu Sesa gak boleh karena lagi batuk."

Kasih terkekeh mendengar penuturan Regina yang sangat manja dan sedih itu.

"Boleh, kok. Bilang sama Bu Sesa, Daddy izinin. Tapi habis itu langsung minum obat batuknya, ya?" Aiden lembut bernegosiasi.

Si anak langsung tersenyum. Menengokkan kepalanya ke belakang, lalu menarik wajah ayahnya pelan untuk ia cium. "Rere sayang Daddy, hihi."

Aiden tersenyum. "Daddy sayang Rere."

They're so beautiful. Kok tega ya Sandra mengkhianati mereka berdua? Padahal apa yang dia miliki ini sangat-sangat... entahlah gak ngerti. Kasih tersenyum-senyum kecil, tiada yang tahu pikirannya ke mana-mana.

Regina pun berdiri dari pangkuan ayahnya. Kembali menghampiri Bu Sesa untuk mengatakan dirinya sudah diberi perizinan resmi oleh Daddy.

Beberapa saat kemudian, Bu Sesa dan Regina pun keluar dari rumah untuk membeli martabak yang Regina inginkan. Tempatnya tak terlalu jauh dari rumah. Tersisa Kasih, Aiden, dan rasa kasmaran.

 Tersisa Kasih, Aiden, dan rasa kasmaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang