Chapter 15 - New Way to Bleed

134 21 12
                                    


.

Black String of Fate

.

Dedaunan di hutan hampir seluruhnya berwarna merah, emas, kuning, dan tembaga. Warna yang menandakan awal masuknya musim gugur. Meski begitu, hujan masih sesekali turun, contohnya malam ini. Sesshoumaru dapat mengetahui dari instingnya, menggiring kawanannya ke gua terdekat untuk beristirahat.

"Aku sangat beruntung," kedua mata Jaken terpejam, punggungnya menempel ke dinding gua, ia menyelesaikan ceritanya pada Kagome dengan khidmat. Kisah pertemuannya dengan tuannya adalah kisah yang paling menakjubkan baginya.

Sedangkan, yang tengah diperbincangkan berdiri di mulut gua, tak acuh dengan apa yang pengikut dan hanyou itu bicarakan, siluman itu sibuk berpikir seraya menatap jatuhnya air dari langit.

"Oh, jadi karena itu kau menjadi pengikut Sesshoumaru."

Jaken mengangguk-angguk, "Iya, karena itulah aku menjadi tangan kanan Sesshoumaru-sama." Hubungan Kagome dan Jaken semakin membaik. Jaken kini menaruh hormat kepada gadis itu walau tidak ditunjukkannya secara langsung, dia tidak lagi memanggil Kagome dengan sebutan hanyou semenjak Kagome mengusulkan agar dia diperbolehkan mengikuti tuan yang dikaguminya. "Sesshoumaru-sama!" Jaken yang baru sadar, lantas mengoreksi Kagome. "Jangan lupakan itu" imbuh Jaken, Kagome hanya menyeringai jahil menanggapi kata-kata Jaken, sebelum dia kembali tenggelam dalam renungannya.

'Sesshoumaru-sama,' ulang benak Kagome.

Menyebut Sesshoumaru-sama dalam hati membuatnya mengingat Rin, gadis kecil yang pintar dan manis. Dia berharap masalah apapun yang harus diselesaikan Sesshoumaru di kastil Inuyama akan berlangsung cepat dan dia bisa berkunjung ke desa Rin lagi. Baru sore tadi mereka berpisah tapi Kagome sudah merindukan bocah itu.

Ingatan Kagome akan Rin membuat jalan pikirannya bergulir kepada memori yang membuat Kagome tersenyum, setitik tindakan manis Sesshoumaru untuknya. Kagome memeluk dirinya, dia menelusuri halusnya bahan di bagian lengan. Pakaian pemberian Sesshoumaru terbuat dari sutra, sungguh mewah. Namun, baginya, bukan kualitas yang membuat hal itu menjadi berharga.

Bunyi kayu bakar berkeretak patah saat terjilat oleh api unggun kecil tempat di mana Kagome memaku tatapannya. Kedua kaki gadis itu tertekuk, kedua lututnya menempel ke dada, dan dia menopang dagunya di atas punggung tangan kiri yang bersemayam di atas lutut. Kagome memutar-mutar kayu kecil panjang di tangan kanannya, beberapa jamur Shitake berukuran besar tertusuk di kayu yang digenggamnya itu. Jamur itu sudah harum dan siap untuk disantap.

Baru saja Kagome membuka mulut hendak menyumpalkan potongan jamur saat terdengar bunyi ranting terinjak, suara itu membuat telinga anjingnya sedikit miring ke arah tempat suara berasal, dari luar gua. Dengan segera, ia kembali santai saat aura Sesshoumarulah yang terdeteksi olehnya, kedua telinganya kembali menghadap ke tempat semula.

Dengan gerakan penuh kewibawaan yang alamiah, Sesshoumaru duduk bersandar di dinding gua, mata Kagome tidak lepas dari gerak-geriknya. Tidak biasanya Sesshoumaru bergabung dengan mereka, duduk mengelilingi perapian, di dalam gua kecil yang mereka temukan untuk beristirahat malam itu. Sebab biasanya, Sesshoumaru hanya menyendiri sambil menatap langit malam.

Cahaya kilat menerangi sudut-sudut gua seperti siang hari untuk sedetik sebelum disusul dengan cepat oleh petir yang menggelegar. Kagome menjerit kecil, dia membenamkan muka di atas lutut, dengan lengan kirinya dia menutupi telinga segitiga di puncak kepala. Secara perlahan, Kagome mengangkat wajah, takut-takut ia mengintip ke langit yang sedang bergemuruh.

Black String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang