Epilogue

248 26 55
                                    

.

Sekitarnya samar, hijau. Tangan berhias luka goresan terentang demi menghalau semak belukar. Beberapa kali ia tersandung, menghiraukan telapak kaki yang terbakar, ia terus bergerak. Yang ia tahu adalah ia harus terus berlari demi hidupnya. Hingga, sampailah ia di penghujung jalan yang ditutupi oleh asap pekat. Tangan ramping terulur, lagi-lagi, namanya dipanggil oleh baritone yang sama, "Kagome!"

Kagome terbelalak, ia menyingkap selimut. Peluh membasahi kening dan lehernya. Air mata membanjiri pipinya. Jantungnya berdegup kencang, untuk ke tiga kali di bulan itu, ia mengalami mimpi aneh di dalam tidurnya. Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda yang ia dengar, yang malah membuatnya tenggelam dalam kesedihan bahkan setelah ia bangkit dari pembaringan.

Kagome menatap ke sekeliling kamarnya yang temaram, dadanya masih naik turun dengan cepat. Tangan kanannya menyapu rambut yang menempel di wajahnya. Ia melirik jam di atas nakas. Waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh menit. Masih terlalu pagi untuknya bangun, tapi ia enggan untuk kembali merebahkan badan dan kembali memikirkan bunga tidur aneh yang baru saja ia dapatkan.Oleh karena itu, ia mengganti pakaian dan bersiap untuk lari pagi sedikit lebih awal dibanding biasanya.

Rute yang Kagome lalui pagi itu lebih panjang. Puluhan menit sudah berlalu, gadis itu memutuskan untuk duduk sebentar di taman. Ia memandang cahaya dari puncak pepohonan.  Otaknya sibuk memikirkan pekerjaan, sampai akhirnya, pikirannya kembali mengerucut pada dirinya sendiri. Seraya memandang alam, ia mengingat-ingat dan menyadari bahwa bunga tidur tentang hutan tadi sering kali berulang dan berkesinambungan dengan mimpi yang ia dapat pada malam-malam sebelumnya.

Gadis itu tertawa kecil, menepis segala praduga dan tak ingin terlalu memusingkan hal itu lagi. Ia pun kembali melanjutkan kegiatannya.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Pagi yang cerah, seperti biasa Kagome makan bersama di satu meja dengan orang-orang yang sangat disayanginya,ibunya, sang kakek, dan Souta, adiknya. Yang dua terakhir sedang sibuk membahas makhluk-makhluk mitologi. Kagome hanya mendengarkan sambil lalu.

"Dahulu kala, dunia dihuni tidak hanya manusia, tapi juga youkai dan hanyou yang diciptakan bersamaan dengan penciptaan manusia. Ketiga Kami yang terlahir saat Izanagi menjalani misogi menciptakan makhluk yang mereka kehendaki. Amaterasu, Dewi Matahari menciptakan manusia yang menguasai siang hari, Tsukuyomi sang Dewa Bulan menciptakan youkai, dan Susanoo sang dewa lautan dan badai menciptakan hanyou, percampuran dari youkai dan manusia."

Souta mengangguk-angguk. Si kakek jadi semangat untuk lanjut menerangkan, "Semua itu terjadi sebelum Susanoo turun dari Takamagahara dan tinggal di dunia. Youkai yang kau kenal dan lihat dari film sangat jauh berbeda dengan aslinya, mereka bukanlah makhluk lemah. Bahkan, ada gulungan yang menggambarkan mereka adalah penguasa wilayah Jepang kuno. Karena pertempuran dan kekacauan yang terus terjadi, maka Amaterasu dan kedua Kami lainnya memutuskan untuk mengubah dunia."

Black String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang