37. Rasa curiga (Revisi)

8.1K 753 26
                                    

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh pula

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh pula..

***

"Gue balik duluan ya,"

"Yo, hati-hati my friend!!! Jangan kangenin gue ya," Randy memberikan kedipan mata kepada Embun.

"Najis gue kangenin Lo," ucap Embun langsung memasang helm dan menjalankan motornya.

Seseorang melihat dari balik tembok, memberikan smirk-nya. Dilihat dari pakaian yang digunakan, ia merupakan salah satu siswa di sekolah itu juga.

Embun mengendarai laju motornya tidak terlalu cepat. Entahlah. Seperti tidak biasanya hari ini Embun sangat tidak ingin cepat sampai ke rumah. Apa karena sang adik tidak berada di rumah, jadi ia sangat malas untuk cepat-cepat sampai ke rumah.

Seorang anak perempuan sekitar berusia 5 tahun tiba-tiba menyeberang ke jalanan membuat Embun langsung mengerem mendadak, namun nihil. Rem-nya sama sekali tidak berfungsi.

"Sial!!" Maki Embun.

Tak ada pilihan lain bagi Embun. Daripada menabrak gadis kecil itu, lebih baik ia menjatuhkan diri bersama dengan motornya. Dan benar saja, Embun langsung menjatuhkan diri membuat kaki kirinya tertimpa motor.

...

Begitu William memberhentikan mobilnya, Kara langsung berlari ke ruangan dimana Embun dirawat.

"Kak...."

Kara masuk ke ruangan Embun dimana Cempaka, Adrian dan Randy telah berada di ruangan itu.

"Kak Embun enggak apa-apa kan? Bagian mana yang sakit kak? Kara khawatir sama kakak," cecar Kara.

"Kakak baik-baik saja sugar. Jangan khawatir oke?!" jawab Embun menenangkan Kara yang sudah terisak.

"Kara pikir kakak enggak baik-baik aja. Kara pikir kecelakaan kakak parah.... Kakak seperti ini gara-gara Kara. Maafin Kara kak.... Maafin Kara...." Tangisnya terisak, layaknya anak kecil.

Embun langsung memeluk adik bungsunya itu. "Kakak enggak apa-apa sugar. Semua ini bukan salah kamu, ini kecerobohan kakak. Sudah jangan nangis lagi, nanti kalau mata kamu bengkak, terus kak Langit dan bang Al tahu kamu nangis karena kakak. Kakak dalam bahaya besar. Jadi berhenti menangis!" Kara mengangguk. "Oh iya, kamu kesini sama siapa?"

"Em...."

"Sama gue!" Jawab William yang baru tiba. "Tadi enggak sengaja ketemu Caramel pas dia lagi nungguin taksi. Ya udah gue ajak dia bareng aja,"

"Oh...."

"Elo enggak apa-apa, kan?" Tanya William mendekati Embun.

"Santai. Cuman kaki doang harus di gips,"

"Dan itu artinya, elo seneng bolos pelajarannya Opah Minjo." Ucap Randy yang mendapat cengiran dari Embun.

"Tunggu bentar deh- Opah Minjo, siapa tuh?"

DANDELIONWhere stories live. Discover now