Cerita London | Pelukan hangat

1.7K 321 42
                                    

"Gw mulu perasaan yang kena.." gw menghadap tembok dan menutup mata sementara abang gw yang lainnya bersembunyi.

Ya, gw dan abang gw yang lainnya sedang bermain petak umpet, ini gara-gara Kuroo ga balik-balik.

"Satuu.. duaa.. tigaa.." ucap gw mulai berhitung.

"Apasih lu Tsuki..cari tempat sembunyi lain napa?" Tsukishima menatap datar ke Bokuto.

"Bukannya lu yang harusnya pergi?" Tsukishima mendorong Bokuto hingga jatuh ke bathtub lalu mengunci kamar mandi.

"Kalian..kenapa disini?" Tanya Akaashi yang ternyata juga sembunyi ditempat yang sama.

"Eh? Lagi main ya?" Batin Keitsuki yang ternyata diam-diam sudah masuk kamar, mendekati gw.

"Sembilan.. sepuluh! Bodo gw cari--" Keitsuki menahan tawa sambil menutup mata gw dari belakang.

"Kok bau nya wangi?" Gw mulai meraba jari-jari panjang Keitsuki dan berhenti di sebuah cincin berlian kecil di jari manis nya.

"Jari nya panjang kek.. Bang Tsuki.." gw yang bertingkah seperti orang bego hanya meraba jari itu.

"Sejak kapan Bang Tsuki pake cincin? Tapi.. bau wanginya kok mirip kayak ma.." gw menurunkan tangan yang menutupi gw dan berbalik. Gw terpaku saat itu juga, melihat seorang wanita dengan rambut pirang yang digerai dan senyuman hangat khas miliknya.

"MAMA!!" Keitsuki merentangkan tangannya, lalu memeluk gw, mencium pipi gw layak nya ketika dirinya pertama kali melihat gw yang baru saja dilahirkan nya.

"M-ma..a-akaiito--" sepatah kalimat benar-benar ngga bisa keluar dari mulut gw, tangisan kerinduan benar-benar pecah di pelukan hangat seorang ibu.

"Dek?" Akaashi yang curiga kenapa gw ngga kunjung mencari kemudian keluar dan langsung dibuat kaget dengan kehadiran seseorang yang benar-benar dirindukan nya.

Satu-satunya kelemahan terbesar nya. Keitsuki menoleh ke arah Akaashi, mengulurkan tangannya seolah siap menerima pelukan Akaashi.

"A-- m-mama..k-kenapa.." perlahan air mata Akaashi menetes, ia perlahan berjalan mendatangi Keitsuki, memeluk nya, membanjiri sweater sang ibu dengan tangisan nya.

"Akaashi?" Bokuto dan Tsukishima yang menunggu Akaashi kembali kemudian ikut keluar dan juga dibuat kaget.

"Hm? Udah.. yuk.. sini sekalian.." keduanya terpaku, apa yang ada didepannya kini adalah wanita yang dulu berjuang melahirkan nya.

"B-bokuto.. k-kangen.." tawa kecil dikeluarkan Bokuto, mengingatkan Keitsuki akan masa kecil Bokuto yang selalu riang walaupun penuh air mata.

"Udah.. cup..sini gantengnya mama.." Bokuto berlari dan langsung memeluk Keitsuki mencium pipi nya dengan linangan air mata yang melewati pipi nya, menggambarkan betapa besarnya rasa rindu yang dipendam Bokuto.

"Tsukishima.." panggil Keitsuki yang melihat Tsukishima terdiam, matanya yang walaupun terhalang kacamata tetap tidak bisa menyembunyikan air matanya.

"Aku akui.. aku cukup lemah..mama.." Tsukishima melepaskan kacamata nya, berjalan dan memeluk Keitsuki dengan hangat.

"Kuroo? Ngga mau lagi?" Tawar Keitsuki, tak berpikir panjang, Kuroo kemudian ikut memeluk Keitsuki.

"Aku merindukan masa ini.." batin Keitsuki mengelus rambut gw, mengecup kening Bokuto, mengacak-acak rambut Tsukishima dan mengusap air mata di pipi Akaashi.

"Udah ya sayang.. anak nya mama ga cengeng.. anak mama adalah seorang pribadi yang kuat.." puji Keitsuki sambil menahan air mata yang sejak tadi ingin ditumpahkan nya.

Suara tangisan itu seakan pelepas rindu, bukan.. semua rindu yang dipendam.

Keitsuki terduduk. Tak ada sepatah kata keluar dari masing-masing anak nya, namun pelukan mereka sudah bisa menggambarkan apa yang sangat ingin diungkapkan oleh kelima anaknya.

*****

"Mama senang bisa melihat kalian.. penuh senyuman.." ucap Keitsuki dengan ramah dan lembut.

"Akaashi.. kau sudah sangat bekerja keras untuk menjaga adik mu.. tidak semua kakak bisa melakukannya.." Keitsuki mengelus pipi Akaashi. Akaashi menunduk, menahan air matanya sambil mengangguk dengan ucapan Keitsuki.

"A-akaashi hanya melakukan sebutir pasir dari apa yang mama lakukan.." ucap Akaashi dengan sesegukan disela-sela.

"Tsukishima, ku dengar dari Kuroo.. kamu ditugaskan untuk mengawasi belajar Akaiito? Terima kasih ya kerja keras nya.. tanpa kamu juga.. Akaiito tidak akan bisa menjadi bintang untuk kehidupan nya.." Tsukishima dengan wajah merah karena air mata, mengangguk.

"Akan terus kulakukan.. apapun untuk adik tersayang.." ucap Tsukishima sambil tersenyum hangat.

"Anak pintar.." puji Keitsuki.

"Bokuto--"

"I-iya!" Tegas Bokuto walaupun benar-benar terlihat lemah didepan Keitsuki, bahkan ia masih sibuk mengelap air mata nya.

"Pfft- jangan pernah lelah ya menjadi pengisi tawa keluarga.. seperti matahari, jadi penerang dan menghangati isi rumah ya.. Bokuto adalah anak mama yang imut.." Keitsuki mencubit pipi Bokuto dan mencium kening nya.

"Dan Akaiito cantik.. tetaplah jadi benang merah ya.. menghubungkan satu sama lain.. menyalurkan cinta dan kasih sayang keluarga.." ucap Keitsuki sambil menidurkan gw di paha nya dan mengelus kening gw lalu mencium nya.

"Cup cup.. udah jangan nangis lagi ya.." ucap Keitsuki menenangkan gw dan abang gw lainnya yang masih dengan air matanya.

"G-gimana mau ga nangis.. u-udah lama ga ketemu.. tau-tau ketemu gini.." ucap Bokuto menggembungkan pipinya.

"Pfft- iya iya.."

"Mama.. bang Tsuki kalo ngajarin adek udah kayak nyabut nyawa~" gw tersenyum licik, mengadukan kelakuan Tsukishima. Sorot tajam mata Keitsuki langsung mengarah ke Tsukishima seolah minta pertanggungjawaban.

"Dih, biar seimbang sama lu yang kerjaan nya ngamer--"

Brakk

"Berisik anak setan.." bisik Kuroo dan Bokuto yang langsung membungkam Tsukishima. Pasalnya, Keitsuki dan Tsukotaro melarang keras anak-anaknya untuk minum sebelum umur legal nya.

"Hm? Kenapa?" Tanya Keitsuki penasaran.

"A-- i-itu.. ah iya! C-cuma--" gw memandang ke arah Bokuto sejenak.

"Ngeles cepat!" Ucap Bokuto dengan gerakan bibir nya.

"Bang Tsuki keselek.." ucap gw ngeles.

"Haha iya.. t-tadi kan sebelum main pada makan.. dia kek nahan pedes..dan sebelum kesedak kita lagi tolongin.." sambung Bokuto makin ngeles ga jelas.

"Yakin?" Tanya Keitsuki memastikan dan spontan langsung diangguki gw dan Bokuto juga Kuroo agar semakin terlihat yakin.

"Setan lu semua!" Batin Tsukishima yang masih dalam bungkaman Kuroo.

"Jangan sampe ketahuan.. maaf ma.. anak nya udah terlanjur kena racun tongkrongan, kerjaan nya pulang malam dalam keadaan mabok.. udah jadi makanan sehari-hari.." batin gw sambil melihat ke arah Akaashi yang antara ingin mengadukan ataupun membela namun beruntung nya Akaashi masih memihak ke gw, diam dan menutup mulut.


Setengah Otak || 1Where stories live. Discover now