EPISODE 14

6.3K 152 7
                                    

        Keadaan rumah Andra gelap gulita. Listrik mati sebenarnya karena ulah Ardana dan Elvan. Setelah diketahui Andra dan Adistia tengah berada dikamarnya menghabiskan waktu berdua, Ardana memiliki ide untuk mematikan lampu rumah.

"Buruan sana nyalain lampunya! " (Perintah Gabrila gavrila tegas).

"Iya iya lu galak amat sih. "(Jawab Ardana).

" Lagian lu ada-ada aja. Nggak usah dimatikan lampunya kalau mereka mau ya pasti dilakuinlah. " (Timpal Elvan)

"Gw kan cuma menyesuaikan keadaan. "

"Terserah gw setuju sama Gavrila sana nyalakan kembali listriknya!!! "

"Iya iya kalian berdua nggak bisa diajak kerjasama. "

"Bodoamat!!!! " (Jawab Gavrila dan Elvan serentak).

        Akhirnya Ardana menyalakan kembali listriknya. Tetapi Andra dan Adistia sudah dialam mimpi. Elvan, Gavrila dan Ardana begadang karena asyik bermain game. Mereka bermain game sambil mengobrol hingga fajar menyapa.

        Adistia bangun dari tidurnya. Seketika ia membelalakkan mata menatap siapa laki-laki disampingnya sembari memeluknya erat.

"Hoamzz...Hah.. Mas.. Mas Andra benarkah ini mas Andra? " (Adistia seakan tak percaya seorang Andra mau sedekat ini dengannya bahkan memeluk dirinya).

"Mas Andra kalau tidur gini ganteng juga. Sayang mas itu sehari-hari nya sok keren sok cool. Jadi males lihatnya. Dilihat sebentar dibilang ke-GR an. Apalagi ngamuk kayak singa baru melahirkan. Kenapa sih mas harus bersikap begitu andaikan mas bisa lebih kalem. Seenggaknya senyum gitu bukan muka datar aja. Jadi takut kalau mau bilang sesuatu terutama perasaanku. " (Adistia menyusuri tulang wajah dan hidung dengan jari lentiknya. Spontan Adistia mengeluarkan unek-unek yang selama ini ia pendam).

"Perasaan apa? " (Tanpa disadari Andra sudah bangun tetapi ia pura-pura tidur).

"Hah.. Mas.. Mas sudah bangun.. Sejak kapan? "

"Sejak tadi. Ayo katakan perasaan apa? "

"Bukan.. Bukan apa-apa mas.. Sudah ya aku mau masak dulu. "

"Katakan dulu. Jujur padaku apa yang kamu ucapkan tadi. Jelaskan sekarang didepan mataku! " (Andra menelentangkan tubuh Adistia dan menindihnya).

"Mas!!!! "

"Katakan yang sejujurnya!!! " (Andra menatap Adistia dengan tatapan mengintimidasi).

"Nggak.. Nggak ada mas.. Aku.. Aku hanya bilang wajah mas tampan. "

"Lalu? "

"Lalu apa nggak ada mas. "

"Bohong ayo bilang yang sejujurnya perasaan kamu kepadaku? "

"Hah.. Nggak ada perasaan apa-apa.
"(Aku.. Sejak kapan mas Andra bilang aku? " (Batin Adistia).

"Mau jujur atau aku buka pakaian mu sekarang? "

"Nggak mau.. Aku nggak ada perasaan apa-apa. " (Bukan Andra jika tidak nekat, ia pun menurunkan dress Adistia yang hanya berupa tali kecil).

"Mas.. Mas lepasin.. Jangan mas!!! " (Adistia berusaha berontak tetapi gagal).

"Ini juga mau mu kan? "

"Apa maksudmu mas.. Udah jangan mas.. Hentikan!!! "

"Kalau mau berhenti katakan sejujurnya! "

"I.. Iya.. Mas aku baru ingat kita mau pergi kepuncak kan.. Nanti kesiangan mas aku mau siap-siap.. Aku mau mandi mas. "

"Katakan dulu baru aku lepaskan! "

MY BELOVED DOCTOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang