02. Sakit

8.8K 517 13
                                    

HALOO JANGAN LUPA VOTE &FOLLOW YA!🤍
selamt membaca

"Ups, maaf Kak Arga aku kira tadi kakak kepanasan abis mukanya merah banget. Gapapa ya biar otaknya dingin juga." Zefany membalikan badan hendak kembali ke kelas.

Tangan Arga terkepal hingga kepalan itu berubah menjadi jambakan pada rambut Zefany.

"Mau kemana lo, hah?!"

"Akkh- lepas!! sakit, Arga!" Tangan Zefany mencoba menahan tangan Arga supaya tidak semakin menarik rambutnya.

"Arga, heh! Arga udah lepas, lepas." Revan mencoba merelai tapi dengan tenaga Arga yang seperti kingkong Revan tersungkur saat Arga mendorongnya.

Deva? dia hanya menonton menikmati perkelahian gila yang Arga lakukan.

Deva juga merasa kaget dari apa yang Arga lakukan, terlebih Zefany adalah perempuan juga Arga yang tidak akan repot-repot turun tangan jika keinginannya agar Zefany keluar dari sekolah. Bahkan Zefany tidak melakukan apapun yang menurutnya mengharuskan Arga untuk benci Zefany.

Sasa berlari menghampiri Zefany berniat menolong, tapi tangannya di tahan oleh Deva untuk menghindari yang telah terjadi pada Revan.

"Lepas Dev, gue mau nolong Zefa kasian dia" lirihnya dengan mata berkaca kaca. Sasa tidak tega melihat Zefany diperlakukan seperti itu.

"Diem." Kukuh Deva masih menahan lengan Sasa

"Dev-" Protesnya terhenti kala melihat Deva yang menatapnya dengan tajam.

Sekarang Sasa hanya bisa berdoa agar Zefany menang dari Arga. Setidaknya agar Zefany kuat.

Kepala Zefani mendongak keatas karena jambakan yang dilakukan Arga. Mata Zefany berkaca-kaca menahan perih pada kulit kepalanya, Arga hanya tersenyum melihat Zefany yang tersiksa seperti itu.

"Le- lepashh BERENGSEK!!"

Teriakan gadis itu ampuh membuat Arga melepaskan jambakannya dengan cara mendorong Zefany hingga tubuhnya terbentur dengan keras ke lantai. Arga berjongkok di hadapan Zefany yang tengah terduduk lemas sambil memegangi kepalanya yang terasa akan copot.

"Berani lo kayak gitu lagi— ini belum seberapa Zefa, liat aja nanti." Bisiknya tepat di telinga Zefany. Kemudian laki laki itu berdiri membalikan badan berniat pergi ke rooftop.

Sasa dengan cepat membantu Zefany untuk berdiri. Zefany melepaskan pegangan Sasa pada pundaknya kemudian berlari menghampiri Arga yang tengah berjalan membelakanginya. Dengan sigap Zefany meloncat ke punggung Arga dengan kaki yang dililitkan di pinggang untuk menjaga keseimbangan.

Arga yang tidak siap berusaha menjaga keseinbangannya agar tidak jatuh. Tubuhnya terhuyung kedepan tapi untung saja tidak membuatnya jatuh tersungkur. Tangan kiri Zefany dia letakan di leher Arga yang otomatis membuat Arga tercekik. Dan tangan kanannya menjambak rambut Arga tanpa ampun untuk membalas perlakuannya. Dengan nafas tercekat, Arga berusaha melepaskan tangan Zefany yang berada di lehernya.

Melihat itu semua penghuni kantin tidak percaya dengan apa yang Zefany lakukan. Dengan keberanian Zefany.

"ARGA SIALAN! SETAN! DASAR BERENGSEK KINGKONG JELEK BANGSAT!!!!" Semua unpatan dia keluarkan tepat di samping telinga Arga.

Entah dari mana kekuatan yang Zefany miliki saat ini sampai-sampai Arga kesulitan melepaskan lengannya. Dengan tega Arga membanting tubuh Zefany kedepan karena hampir kehabisan nafas. Zefany merasa tubuhnya sangat ngilu, mengabaikan rasa sakitnya Zefany berusaha bangun dari posisinya dan pergi melewati Arga untuk pulang, masa bodo dia akan membolos. Tubuhnya sangt lemas juga sakit.

Arga hanya melihat Zefany pergi dengan rasa bersalah sambil mengatur nafasnya.

Arga menyesal.

***

Zefany baru terbangun dari tidurnya. Badannya terasa hangat dan terdapat kompres di jidatnya dengan selimut yang membalut tubuhnya.

"Kenapa bisa sampe sakit gini Zefa?" Siara berat milik Abangnya membuat Zefany bangun dari posisi tidurnya.

"Udah tidur lagi aja." Tangan Dean terulur menyentuh dahi adiknya. "Udah mendingan, tidur lagi cepet." Zefany menurut.

"Abang kapan pulang?"

"Tadi jam satu Abang mau ambil berkas yang tertinggal. Tapi liat kamu malah tidur di sofa, kenapa udah pulang?"

"Di bubarin karena guru rapat." Bohong Zefany.

"Yaudah makan buburnya, Abang mau kembali ke kantor lagi."

Tangan Zefany menahan Dean agar tidak pergi. Matanya berkaca-kaca. Hatinya sakit mengingat perlakuan Arga pada dirinya ditambah lagi rasa sakit di sekujur tubuhnya dan pusing di kepalnya yang semakin terasa. Dean duduk di samping adiknya memeluk tubuh Zefany dengan erat.

"Kenapa, hm?" Zefany hanya sanggup menggelengkan kepalanya pelan di dada Dean. Dean menghela nafas pelan tidak tau harus bagaimana. Dean mencoba untuk membuat Zefany tenang dengan cara mengelus punggung adiknya.

Sebenarnya dia tidak tega meninggalkan adiknya sendiri, tetapi di kator tempatnya bekerja akan diadakan meeting sedangkan Dean sebagai sekertaris wajib berada di sana.

"Tidur ya, Abang mau ke kantor lagi. Nanti pulang mau apa? nanti Abang beliin deh." Lagi-lagi Zefa menggelengkan kepalnya. Dia hanya ingin seperti ini sebentar saja, rasanya nyaman dan juga aman.

"Yakin?"

"Emm, es krim?"

"No! kan lagi sakit, jangan eskrim. Ganti."

"Ishh, katanya nawarin tapi gak boleh." Dean yang mendengar itu tertawa melihat adiknya yang kesal.

"Iya nanti kalo udah sembuh, sekarang mau apa?"

"Martabak telor aja deh" katanya sambil menatap Dean yang juga menatapnya.

"Oke, bocil! yaudah lepas dong Abang mau ke kantor lagi nih."

Zefany melepaskan pelukan dengan kesal karena Dean selalu saja mengejeknya dengan kata bocil. Hey! dia itu sudah kela XI SMA lagi pula tingginya tidak terlalu pendek sekitar 153 cm.

Dean mengecup pipi adiknya kemudian mengusap pucuk kepala Zefany. "Yaudah Abang berangkat ya, bubur nya makan loh."

"Iya! sana ah."

"Sun dulu." Dean mendekatkan pipinya.

"Gak ah, Abang bau." Zefany menjauhkan wajahnya dari pipi Dean.

"Sun atau martabaknya gak jadi." Masih dengan posisi yang sama.

"Ish curang ah." Dengan sedikit kesal Zefa mencium pipi Dean.

"Sebelah lagi biar ga nangis pipi nya."

Cup!

"Keningnya belum"

"Ck! udah ah sana katanya mau ke kantor."

Dean terkekeh "Iya bocil, dadah." Diakhiri dengan elusan lembut di kepala Zefa.

"Hati-hati, bang dean!"

.
.
.

JANGAN LUPA VOTE YA!🥰

ARZEFANOù les histoires vivent. Découvrez maintenant