19: I Miss You Dear

22 4 0
                                    

Entahlah hari ini atau esok pasti akan lebih berat dari sebelumnya.
- Zen Devir




***

"Kalau gitu aku pulang ya Zen."

Zen mengangguk.

"Hati-hati."

"Iya."

Setelah kepulangan Evelyn barulah Zen masuk kedalam penthouse nya. Terasa sepi, biasanya akan ada suara gadisnya yang riang dan jangan lupakan suara nya yang selalu merdu ketika di dengar.

Zen menarik koper nya dengan pelan, melihat setiap inci penthouse ini yang beberapa bulan ia tinggalkan dan di isi oleh Evelyn.

Tidak ada yang berubah.
Foto nya masih tertata rapi.
Evelyn sama sekali tidak menganggu nya.

Apa kabar kamarnya?

Zen menaiki lift untuk menuju kamar nya yang terletak di lantai 5. Penthouse ini di desain oleh gadisnya, gadisnya menyarankan membuat lift agar tidak lelah hingga ke lantai 7.

Zen mengiyakan.
Tidak ada yang tidak bisa dia lakukan untuk gadisnya.

Setiap lekat penthouse ini, masih terbayang akan wajah Nada yang manis dan mempesona itu. Apalagi gadis itu pernah terjebak di dalam lift ini karena tidak tahu jika lift nya sedang di perbaiki.

"Zen tadi waktu di dalam lift, serem banget ...."

Zen yang khawatir tidak peduli dengan gelap nya lift, yang utama baginya sekarang adalah bagaimana gadisnya.

Nada tersenyum, "aku nggak kenapa-kenapa Zen ... lift nya juga nggak buat aku celaka, kamu tenang aja."

Zen mencium kedua tangan Nada bergantian, takut jika tangan ini tidak bisa ia genggam lagi. "Sayang kita nggak usah pake lift lagi. Bahaya, nanti kamu kejebak lagi."

"Zen kamar aku ada di lantai 7, kamu rela aku naik tangga sampai lantai 7?" tanya Nada.

"Iya, kamu pindah ada ke lantai 1."

Nada menggeleng, "disana itu view nya udah bagus banget Zen. Aku nggak mau pindah, kalau kamu mau pindah ya sana pindah ke lantai 1."

Zen menghela napas, "malah aku yang disuruh pindah."

"Mangkanya Zen ku ... lift nya ganti lift yang kelihatan aja yang kaca jernih gitu, jangan yang ketutup gini. Biar kalo kejebak lagi, Zen ku ini tahu."

Zen memeluk gadisnya.
Gadisnya banyak akal untuk tetap mempertahankan lift itu.

Tok tok tok

"Tuan ...."

"Tuan anda sudah sampai," ujar pelayan itu.

Zen terkejut.

Ia menekan tombol untuk membuka nya segera, untunglah lift ini benar-benar di ubah menjadi kaca jernih. Jika tidak Zen bisa seharian berdiri disana, dan melupakan jika ada orang yang harus segera di hubungi nya.

Detak Jantung (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt