44

10K 1.9K 428
                                    

⚠️long chapter

Tandai typo ya!

Enjoy!

















Jidat Jaemin berkerut begitu melihat dua orang yang lagi jalan beriringan di kejauhan sana.

Chaesa dan Haechan.

Keduanya kelihatan akrab, mengobrol dengan nyaman dan melempar tawa ke satu sama lain.

Sebelah alis Jaemin terangkat begitu melihat mereka yang berhenti di depan vending machine di depan sana. Haechan kelihatan membungkuk buat mengambil minuman di bagian bawah vending machine dan langsung mengulurkan minuman itu ke Chaesa. Sialnya, cowok itu malah mengusak gemas puncak kepala Chaesa. Jangan lupakan senyuman hangat yang terukir di bibir Haechan yang berhasil mengusik Jaemin.

Jaemin memilih buat bangkit dari kursi pinggir lapangan yang sedari tadi ditempatinnya. Bola basket di tangannya langsung dilepas, dia membiarkan bola berwarna oranye itu menggelinding ke sembarang arah.

Kakinya melangkah dengan tegas ke arah dua orang yang sekarang udah mau beranjak dari depan vending machine. Langkahnya makin cepat begitu kedua insan di depan sana kembali melangkah beriringan.

"Esa!" Serunya yang berhasil menghentikan langkah Chaesa dan Haechan.

Keduanya menoleh, sama-sama mengerutkan jidat secara samar begitu melihat presensi Jaemin di sana.

"Abis latihan lo?" Haechan bertanya, tapi Jaemin bahkan sama sekali ga melirik ke arahnya dan ga menggubrisnya. Sebelah alisnya terangkat begitu melihat Jaemin yang sekarang meraih tangan Chaesa yang bebas. Ah... kayaknya Haechan paham situasinya.

Na Jaemin baru aja menunjukkan rasa cemburu dan juga kekhawatirannya.

Senyuman sukar diartikan merekah diam-diam di bibir Haechan. Kemudian tatapannya tertuju ke genggaman tangan Jaemin di tangan Chaesa selama beberapa detik sebelum beralih menatap Chaesa yang kelihatan kebingungan dengan sikap Jaemin yang terkesan tiba-tiba ini.

"Nanti jangan lupa ya, Jochae." Haechan tersenyum dengan polosnya, berpura-pura ga tau kalo sekarang sebelah tangan Jaemin yang bebas udah terkepal dengan erat dan lirikan sinis cowok Na itu udah tertuju ke arahnya.

"Oh, oke. Nanti chat aja kalo jadi."

Haechan mengangguk. Diliriknya Jaemin sekilas, rahang cowok itu kelihatan mengeras. Haechan kembali melayangkan senyuman ke arah Chaesa, tangannya baru aja terangkat buat mengusak rambut Chaesa tapi Jaemin terlebih dahulu menepisnya.

"Santai, bos." Haechan terkekeh ringan begitu melihat delikan tajam Jaemin. Sekarang fokusnya beralih ke Chaesa. "Gue duluan ya, Jochae. Sampai ketemu nanti!!" Haechan melayangkan senyuman hangat lagi sebelum benar-benar melangkah meninggalkan sepasang anak adam itu.

Begitu sosok Haechan menghilang di persimpangan koridor, tatapan Chaesa otomatis tertuju ke arah tangannya yang digenggam Jaemin. "Ini sampai kapan mau kamu genggam?"

Jaemin menatap Chaesa tepat di mata. "Kamu sama Haechan emang se-akrab itu ya?"

Chaesa mengendikan bahu, melepaskan tangannya dari tenggaman tangan besar Jaemin. "Ya kan emang akrab."

Jaemin mengembuskan napas berat. "Udah lah, ga usah dibahas terlalu jauh."

Chaesa menipiskan bibirnya. "Kamu yang nanya duluan, Na Jaemin. Aku cuman jawab apa adanya."

Tangan Jaemin terangkat, mengelus sisi kepalanya. "Ya iya juga sih. Tapi ya ga usah dibahas lebih jauh lagi deh." Diambilnya napas banyak-banyak. Mata Jaemin tiba-tiba melebar karena teringat sesuatu. "Sa, mama kamu marah ke aku ya?"

Ex: The Daisy || Na JaeminWhere stories live. Discover now