Bab 16 Kepedulian

82 13 0
                                    

Dunia manusia

Di suatu daerah tepatnya didekat Sungai Citarum, terdapat sebuah kota ramai yang bernama Budaya buni yang dikenal dengan nama Bekasi sekarang.

Terlihat pemandangan indah, dimana ternak kerbau dan kambing dibiarkan dan diikat dipadang rumput untuk mencari makan. Tanah hijau yang luas, kebun-kebun milik warga dan sungai yang berguna serta bermanfaat bagi kehidupan masyarakat setiap harinya baik untuk perdagangan, nelayan, betani, berkebun dan lain-lain. Candi-candi berdiri megah sebagai tempat beribadahnya bagi umat Hindu Siwa yang terbuat dari bata merah dihubungkan oleh jalan setapak sehingga Kuthagara ini termasyur, hidup harmonis dengan toleransi umat beragama yang tinggi, hidup aman, damai dan nyaman.

Setelah beberapa tahun dari pemerintahan Sri Maharaja Hariwangsawarman yang egois, angkuh dan tak kenal kasihan khususnya mengenai system kasta yang berlaku tidak ketat ditanah sunda membuat masyarakat menderita.

Setahun duduk memerintah Maharaja Hariwangsawarman ataupun dikenal dengan nama Dewa murti, kemudian dibunuh oleh Brajagiri yang merupakan anak angkat uwaknya sendiri. Motif pembunuhan ini bukan untuk merebut kekuasaan, melainkan murni untuk balas dendam. Setelah kejadian itu tongkat kekuasaan Tarumanegara jatuh kepada menantunya, yang berhasil membunuh Brajagiri ditempat persembunyiannya.

Di Pendopo, dengan dinding kayu dan atap daun kelapa serta tangganya dari batu, berkumpullah para petinggi membicarakan masalah tentang hujan yang sering melanda daerah mereka, sehingga membuat beberapa warga di bagian hulu dan hilir Sungai Chandrabaga menjadi kesulitan untuk menanam anak padi yang selalu mati terendam air yang selalu pasang, walaupun sudah ada kanal dan irigasi yang dibuat oleh raja terdahulu namun tetap saja air naik dan mengisi sawah-sawah milik warga.

"Ampun baginda, menurut Wariga bulan baik untuk bercocok tanam sudah lewat baginda" terang Pangulu Banu yang mengurusi pengairan sawah-sawah desa yang juga hadir di pendopo atas permintaan Maharaja.
"Musim kali ini tidak bisa ditebak. Kalau padi tidak bisa ditanam, badai merusak kebun, maka dengan itu kita harus beralih menanam sesuatu yang bisa ditanam" ucap Raja Nagayawarman.
"Kartapranata, kau pergilah mewakiliku dan berilah para warga yang terdampak beberapa karung beras dan suruh mereka untuk menanam singkong dikebun mereka" Suruh Raja Nagayawarman.
"Sendiko dawuh baginda, hamba akan melakukannya sesuai perintah baginda raja" sanggup Kartapranata sehingga membuat Raja Nagayawarman menganggukkan kepalanya sekali.
"Untunglah pedagang dari China itu sudah pulang lebih dulu ke negeri mereka" ucap Sarja Triguna.
"Kau benar, itu karena mereka tlah menguasai ilmu pengetahuan tentang Pranata mangsa dengan angin dan rasi bintang sebagai pandu mereka" sahut raja.

Setelah rapat selesai, tiba-tiba Raja Nagayawarman melamun memikirkan sesuatu.

"Chalondra?" panggil raja
"Hamba baginda"
"Bagaimana dengan pembangunan arca kita di bawah gunung, daerah Tanjung kidul (Cibodas)?"
"Masih tahap pembangunan baginda mungkin beberapa minggu lagi akan selesai. Hamba akan memantau tempat itu jika baginda raja mengijinkan hamba untuk pergi ke sana"
"Tidak perlu, aku hanya ingin tahu perkembangannya saja karena sudah lama aku tidak mendapat kabar dari Resik Maratala"
"Baik baginda"

*******

Beberapa bulan kemudian....

Hari yang cerah membuat indah ladang-ladang warga terbentang kuning sejauh mata memandang dengan semilir angin yang sejuk dan tenang, terlihat beberapa orang melakukan anjik atau melepas biji padi dari tangkainya dengan cara digilas bersama-sama, kebun-kebun warga tlah diisi dengan berbagai tanaman buah-buah dan sayuran yang sebentar lagi akan panen. Sedangkan didekat sungai, pasar mulai terlihat ramai didatangi warga dari berbagai pelosok yang banyak menjual berbagai macam hasil alam, ternak dan kerajinan buatan tangan baik melalui barter ataupun menggunakan perak dan perunggu. Suara orang yang berjualan, sapaan, obrolan dan saling tawar-menawar inilah pasar tradisional yang besar yang dijadikan sebagai tempat mereka mendapatkan uang dan bertukar barang.

Takdir Dewi SekarwangiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt