Chapter 21

5K 418 5
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.
.
.

Prem, sammy dan para penonton lainnya antusias menonton pertandingan renang yang diikuti dari beberapa kampus ini, bahkan penonton begitu banyak disana
"Phi boun!!!" Teriak Sammy ketika melihat Boun dan beberapa peserta keluar dari ruangan dan menuju kolam, tanpa sadar Prem berdoa didalam hati, semoga saja Boun bisa menang, ia bahkan lebih gugup dari peserta renang sekarang. Ketika lomba dimulai para penonton bersorak keras mendukung tim masing-masing, sedangkan Prem menjadi tegang sendiri, disana Boun berenang dengan cepat, dengan cara yang luar biasa bahkan orang-orang mengaguminya. Jujur saja, baru kali ini Prem melihat Boun seserius ini dan baru kali ini juga ia melihat Boun lebih bertalenta soal renang, sepertinya Kalau soal olahraga renang Boun sangat profesional.

.
.

Prem menunggu Boun diluar gedung, Boun masih harus ada sesi foto-foto setelah pertandingan dan salam-salaman
"Maaf lama" senyum Boun
"Humm memang lama, aku tau kau juara satunya tapi foto-fotonya hampir sejam" sewot Prem
"Sudah kubilang, aku pasti menang" bangga Boun menganggkat medali dan sertifikat ditangannya
"Ya ya ya"
"Tapi itu karena kau menonton" senyum Boun
"Berhenti mengodaku phi!" Kesal Prem, ia kan mudah malu, Boun memberikan medali itu pada Prem
"Berikan pada ibumu, dia pasti bangga padamu" senyum Prem
"Iya akan kuberikan sertifikat ini tanda aku juara padanya, tapi mendali ini harus kau simpan untuk selalu mengingatku" senyum Boun mengalungkan medali itu dileher Prem yang pasrah saja, toh mau menolak tak akan bisa.

"Malam ini makan malam dirumahku, aku sudah menelpon ibuku jadi dia yang akan memasak untuk kemenanganku"senang Boun
"Oke, ayo..aku sudah lapar" tarik Prem
"Haha kau semangat sekali"
"Aku lapar phi".

.

Boun memarkirkan mobil dihalaman rumahnya
"Serius phi, ini rumah apa istana, besar sekali, kalau aku jadi kau, aku akan tinggal disini dibanding asrama" komentar Prem
"Rumahmu juga besarkan, kau tetap tinggal diasrama" heran Boun
"Tapi rumahmu ini loh phi, kau bagaikan anak sultan" kagum prem
"Sudah, ayo masuk"
"Kalau aku masuk rumahmu, aku bisa nyasar saking luasnya"
"Sini, pengang tanganku" Boun menarik Prem agar segera masuk kedalam rumah.
Baru saja Boun dan Prem masuk keruang tengah yang luas, dan Prem masih menganggumi rumah mewah itu, sudah terdengar suara bentakan, teriakan , bahkan tangisan dari arah lantai dua. Tiba-tiba saja prem merasa takut dirumah mewah itu.

"Mana semua penghuni rumah!!" Kesal Boun saat mendengar suara ibunya menangis dan berteriak, sedangkan ayahnya membentak dan marah besar, tetapi tak ada satu pelayan yang biasa dirumahnya disana
"Mama!!" Teriak Boun panik ia berlari kelantai dua disusul Prem yang juga panik dibelakangnya
"Maa!!!" Teriak Boun menyaksikan hal mengerikan didepan matanya dan langsung membuat dunianya menghilang. Didepan matanya sendiri, ayahnya menikam ibunya berkali-kali dengan begitu cepat bahkan ia terlambat semenit tiba disana.

Prem membulatkan mata sipitnya saat melihat darah kental mengalir dilantai tepat dibawah kakinya, itu hal yang paling mengerikan dalam seumur hidupnya. Tanpa sadar, air mata bahkan jatuh begitu saja menuruni kedua pipinya, ini terlalu sadis. Ia sampai berdiri syok lalu kemudian jatuh terduduk dilantai saat kedua lututnya menjadi lemas.

"Apa yang kau lakukan pada mamaku!!!" Murka Boun pada ayahnya yang memegang pisau berlumur darah, sadar apa yang ia lakukan pisau itu terjatuh dari tangannya, ia tak bermaksud tapi pertengkaran itu membuatnya begitu emosi dan melakukannya
"Maa!!!" Panggil Boun berkali-kali, ia kini menangis saat merasa jantung ibunya sudah tak berdetak lagi, tapi Boun tak ingin menerima kenyataan, ia masih penuh harap. Ia berusaha kuat walau ia terselimuti rasa takut akan kehilangan ibu yang amat ia sayangi, ia berusaha berdiri mengendong ibunya, berlari menuruni tangga, tujuannya hanyalah rumah sakit saat ini.

Prem membiarkan Boun pergi sendiri, itu lebih cepat dibandingkan ia ikut dan menyusahkan Boun, karena saat inipun ia sudah tak sanggup menyaksikan hal mengerikan ini
"Apa yang kau lakukan om ?" Tanya Prem, ia sama sekali tak takut pada pria paruh baya yang baru saja menikam tanpa belas kasihan istrinya sendiri
"A...a...aku....tak sengaja" ucapnya menatap kedua tangannya yang kini berlumuran darah
"Om, kau membunuh istrimu sendiri dan secara tidak sadar kau membunuh mental anakmu juga" sedih Prem
"Ku bilang aku tak sengaja!!!" Bentak pria itu, ia merasa frustasi dan merasa bersalah secara bersamaan
"Kejam" gumam Prem, lalu ia berusaha berdiri walau kakinya masih terlalu lemas untuk menopang tubuhnya yang masih begitu syok.



.
.

Prem melangkahkan kakinya memasuki area rumah sakit, ia telah bertanya pada resepsionis tentang keberadaan Boun dan ibu Boun disana, hingga ia menemukan Boun berdiri dalam sebuah kamar dimana ibunya dibaringkan dan telah tertutup kain putih, ya ib...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Prem melangkahkan kakinya memasuki area rumah sakit, ia telah bertanya pada resepsionis tentang keberadaan Boun dan ibu Boun disana, hingga ia menemukan Boun berdiri dalam sebuah kamar dimana ibunya dibaringkan dan telah tertutup kain putih, ya ibunya sudah meninggal bahkan sebelum tiba dirumah sakit. Boun terlihat terpuruk walau ia tak menangis lagi, ia hanya bersandar di dinding kamar itu dan menunduk dalam diam. Prem bahkan tak tau harus berkata apa, ia juga sedih. Ia tak bisa membayangkan diposisi Boun. Dimana melihat dengan mata kepala sendiri ibu dibunuh oleh sang ayah. Itu terlalu menyakitkan.

"Phi boun..." Panggil Prem dengan pelan, Boun tak bicara apapun, tapi dia menganggkat kepalanya menatap Prem yang kini menangis dihadapannya
"Mamaku meninggal Prem, aku terlambat" ucap Boun penuh sesal
"Phi. ..." Prem bahkan tak tau ingin menghibur seperti apa, iapun sedih
"Apa yang harus kulakukan sekarang ? Memenjarakan ayahku sendiri ?" Sedih Boun
"Tapi phi, para tetanggamu sudah melaporkannya ke polisi" jujur Prem, sebelum ia pergi dari sana, banyak orang berkerumun didepan rumah Boun bahkan sampai menelpon polisi, mungkin karena ada yang melihat Boun menganggkat ibunya penuh darah dari rumah, ditambah mereka mendengar teriakan dan gegaduhan dari rumah besar itu. Boun memejamkan matanya, ibunya dibunuh ayah sendiri didepan matanya, dan ayahnya akan dipenjara, ia yakin itu. Lalu dia sendirian. Tak tau harus melakukan apa.

Boun berjalan lesuh menuju mayat ibunya,  ia berusaha tak menangis walau itu membuat dadanya sesak
"Ma, katakan apa yang harus kubuat sekarang, bangun dan katakan padaku" ucap Boun, Prem hanya bisa menunduk sedih melihat kekasihnya itu
"Aku pulang ingin memberikanmu sertifikat kemenanganku, tapi yang aku dapat adalah hal seperti ini, semua ini membuatku gila, dan aku yakin aku sudah gila sekarang, karena bicara padamu yang tak mungkin bangun lagi" ucapnya sedih, Prem berusaha jalan memeluk Boun erat, ia yakin Boun ingin menangis namun berusaha sok kuat.  Hingga akhirnya Boun benar-benar menangis frustasi dalam pelukannya.


.
.
.
.

Tbc

Tbc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Story About Us (BounPrem)Where stories live. Discover now