1¦ TRAUMA

5 0 0
                                    

Happy reading!
Selamat membaca😄
Semoga kalian suka🙏

*⚫*

Matahari mulai memunculkan sinarnya dipagi hari yang dingin membuat gadis yang masih terlelap terusik dengan sinarnya yang masuk dari selah-selah jendela kamar. Bersama dengan suara ketukan pada pintunya semakin mambuat gadis itu kesal dan jangan lupakan suara yang meneriaki namanya.

Ia bangun dengan perasaan kesal. mengucek-ngucek matanya, mengumpul nyawanya yang belum sadar sempurna. Lalu beranjak membuka pintu.

"Lama amat lu! Ditungguin dari tadi juga" ucap si pengetok dengan kesal. Sedang'kan gadis itu hanya diam sambil menutup matanya, ngantuk.

"Emang lo nungguin gue buat apa?" tanya Zhavelea bingung, pasalnya hari ini adalah hari minggu tidak mungkin'kan jika Derren-sang kakak mengajaknya bersekolah.

Derren menepuk jidatnya, ia tau pasti sang adiknya yang pelupa ini lupa akan perintah ayahnya yang menyuruh mereka kerumah sakit ayah, untuk chek out bulanan keluarga mereka. Meski tidak sakit namun ayahnya mengharuskan itu setiap bulan.

"Pokoknya lo, siap-siap aja dulu deh. Gak pake lama, CEPET!" perintanya lalu keluar dan menutup pintu secara kasar.

Zavelea hanya diam mengelus dadanya. Lea Sabar, sabar maklum kakak lo emang gak ada ahlak. Batin lea. Lalu ia melengos ke kamar mandi untuk membersikan dirinya secepat mungkin agar tak kena marah Derren.
                
                        ***
Setelah beberapa menit bersiap-siap Zhavelea turun dengan menggunakan drees selutut yang berwarna ungu bermotif bunga lili jangan lupa dengan rambut sepinggang digerai ditambah jepit rambut senada dengan bajunya. Cantik kata itulah yang cocok untuk  penampilan Zhavelea saat ini.

"Kita mau kemana sih, bang?" tanya Zhavelea bingung, pasalnya dari tadi ia kebingungan kemana ai akan pergi. Yang ditanya hanya menggeleng dengan larut wajah yang jengkel. Bisa-bisanya adiknya ini belum mengingat pesan ayahnya yang menyuruh mereka ke rumah sakit miliknya.

"lo, gak ingat? Ayah suruh kita ke RS Bintang bego!" sahutnya kesel. Zhavelea hanya membulatkan bibirnya sambil mengangguk tanya mengerti. Tunggu. Apa? Rumah sakit. Mendengar kata itu membuat tubuh Zhavelea menegang, jantungnya berdetak begitu cepat. Tempat yang selama ini hindar, bagaimana bisa ia kesana trauma yang ia alami belum pulih.

                   
                       ***

Disini lah Zhavelea sekarang, di rumah sakit ayahnya. Zhavelea merasa kesal kepada abangnya itu, ia sudah tau dirinya ini trauma dengan yang berkaitan dengan rumah sakit. Ah, sungguh menakut'kan, membayang'kan nya saja Zhavelea sudah merasa ngeri apa lagi harus masuk kedalam. Setiap bulan pasti dirinya akan memohon pada sang bunda agar tak diperiksa dengan alasan ia tidak sakit atau memilih kabur sebelum ayah memaksanya.

Ia berdiri tepat di depan gedung besar, rumah sakit. Melihat bangunan itu ngeri, kakinya enggan untuk memasuki bangunan itu. Derren yang melihat adiknya terdiam paham bahwa adiknya itu merasa takut.
Derren menggenggam tangan mungil yang terasa dingin itu. Pandangan mereka bertemu dan Derren menggukkan kepalanya mengisarat'kan bahwa semua baik-baik saja.

Zhavelea menghembus'kan nafas dalam menetral'kan detak jantungnya yang begitu cepat.
Perlahan tapi pasti ia melangkah'kan kakinya masuk kedalam bangunan yang sudah lama ia takuti semenjak kejadian itu.

Wajahnya pucat, keringat dingin telah membasahi pelipisnya, kepalanya mulai berkunang-kunang, penghihatanya mulai menghitam sampai akhirnya sayup-sayup mendengar suara khawatir Derren yang memanggilnya.
        
                        ***
Disisi lain seorang pemuda tertidur pulas dialam mimpinya. Zhavier pemuda itu mulai terusik karena suara bising yang diciptakan oleh segerombolan pemuda-pemuda lainnya yang tak jauh dari tempatnya sekarang. Suara gelak tawa dan candaan memuat dirinya terusik.

Matanya terbuka menatap datar para sahabat. Sedang mereka hanya bisa menelan salivanya susah payah,

"Sorry, pak bos" ucap salah satu temannya yang bernama Dion. Dengan senyum bodohnya dan tangan yang diangkat berbentuk 'v'.

Zhavier bangkit dari duduknya. Berjalan kearah kamar mandi untuk membilas wajahnya. Namun ada perasaan menganjal, entah apa itu perasaannya tiba-tiba tak enak.

Ia keluar sambil mengering'kan wajahnya dengan handuk kecil ditangan nya. Zhavier mengerut'kan keningnya bingung, suasana yang tadi berisik tapi sekarang suasanya menjadi mencekram.

Ia menduduk'kan bokongnya di sofa panjang disamping Dion dan Angga. Beberapa lama diam sampai Yuda membuka suara.

"Si Roni tantangin lo balapan. Gimana?"

"Kapan?" tanya Zhavier

"Entar malam"

"Perna gue tolak? Enggak'kan." Dibalas anggukan oleh yang lain.

"Bang Firgan mana?" tanya Zhavier, sebab dari tadi ia tak melihat dimana keberadaan sang ketua yang sudah Zhavier anggap abangnya sendiri.

"Gue disini" ujar pemuda yang dicari. Sambil memegang segelas kopi ditangannya.

"Jadi gimana? Lo terima tantangannya?"

"Iya bang"

"Oke" menduduk'kan bokongnya diseblah Zhavier lalu menepuk pundak Zhavier.

***
Mohon Jadilah Readers  yang bertangung jawab dengan mensuport Author dengan cara vote dan komen.

Harap hargai karya orang lain. 

Cloudvr12

ZhaveleaWhere stories live. Discover now