4. Pulang

146 113 16
                                    

"Segala yang berlebihan itu ga baik"
-•Tsabina Fika Azura

•••

Fika sudah duduk manis di jok motor belakang. Ia berpegangan di belakang tubuhnya agar tidak terjatuh.

Ya mau bagaimana lagi? Jika dirinya berpegangan pada pria di depannya ini nanti di kata modus.

"Pegangan" Ujar Fiki tanpa menolehkan kepalanya.

"Ga liat apa lo kalo gua uda pegangan!" Sarkas Fika dengan nada membentak.

Fiki menolehkan kepalanya menengok ke belakang. Dan benar saja, gadis di belakangnya ini sudah berpegangan di belakang tubuhnya.

Fiki kembali menoleh ke depan lalu tangan kekar nya menarik tangan mungil Fika untuk memeluknya.

Fika melotot tak percaya dengan apa yang di lakukan pria di depannya ini.
Modus kali ya!

"Modus lo ya!" Ujar Fika lalu melepaskan pelukannya pada lelaki itu.

"Tinggal Pegangan doang ribet amat lo jadi cewe!" Ujar Fiki sedikit membentak lalu menarik kembali tangan Fika untuk memeluknya.

Motor itu pun melaju dengan kecepatan di atas rata rata. Jalanan yang sudah sepi membuat dirinya lebih mudah untuk berkendara secepatnya.

Fika menghirup dalam dalam aroma tubuh Fiki. Wangi maskulin yang mungkin akan membuat candu baginya.

Senyum Fika mengembang di balik helm, tangannya semakin ia eratkan pada perut lelaki itu.

"Stres kali lo ya!" Teriak Fiki yang melihat senyum gadis itu dari kaca motornya.

"Hah!?"

"Budegg!" Sarkas Fiki.

"Hahhh!?"

Ck, Fiki merasa kesal dengan gadis yang sedang ia bonceng ini. Budeg kali ni orang.

Ia menambah kan kecepatan motornya agar segera sampai di rumah gadis itu.

Belum lagi gadis di belakangnya ini semakin mengeratkan pelukannya yang membuat Fiki sulit untuk bernafas.

Orang yang selama ini Fika rindukan ada di depannya. Lebih tepatnya sedang mengantarkannya pulang ke rumah.

Fika semakin mengeratkan pelukannya seakan tak mau lepas dari lelaki itu.

Selama perjalanan tak ada lagi percakapan di antara keduanya. Fika hanya diam tak beegeming. Sedangkan Fiki masi fokus mengendarai motornya.

Tiba tiba motor Fiki berhenti. Lebih tepatnya lampu merah. Fika menghembuskan nafasnya kasar. Mengapa jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya?

Fiki yang merasakan detak jantung Fika menoleh kebelakang. Membuka kaca helm full fac miliknya dan mengamati gadis itu secara intens.

Fika semakin gugup dengan tatapan yang di berikan Fiki. Bisa bisanya pria di depannya ini menatapnya seperti itu.

"Jalan" Ujar Fika yang membuat Fiki langsung menutup kaca helm full face miliknya lalu membalikkan badannya untuk mengendarai motornya lagi.

"Bisa bisanya dia natep gua kayak tadi. Ga baik buat kesehatan jantung gua nih" Batin Fika.

•••

Setelah beberapa menit menaiki motor. Sekarang sampailah mereka di sebuah rumah yang tidak terlalu besar. Sederhana.

"Turun" Perintah Fiki.

ABOUT FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang