6. Kabar

136 106 5
                                    

"Muka di bawah KKM aja sok sok an mau jadi playboy. NGACA BEGO!!"
-•Johan Dimas Elvian

•••

Brakkk

"Seriouss!?" Tanya Ara tak percayaa.

Fika menatap Ara sekilas lalu mengangguk kan kepala nya sebagai jawaban.

"Tapi itu dulu, sekarang gua sama Fiki uda ga sedeket dulu" Ujar Fika terus terang dengan wajah murung.

"Kok bisa gitu" Tanya Ara bingung.

"Ya emang gitu" Ujar Fika dengan wajah yang masih tetap murung.

Ara terdiam mencerna ucapan Fika barusan. Mungkin ini karena faktor usia?

"Gajadi suka sama Fiki deh" Ujar Ara.

Fika menoleh ke Ara dan menatap gadis itu secara intens. Apa katanya? Gajadi suka?

Lah gampang banget ngilangin perasaan nya. Fika saja masi belum bisa melupakan Fiki, Padahal sudah ber tahun tahun ia dan Fiki tak bersama lagi.

Dan dengan mudahnya gadis di depan nya ini memutuskan untuk berhenti menyukai Fiki dengan waktu yang singkat. Bahkan sangatt singkat.

"What!?" Tanya Fika tak percaya.

Ara mengangguk kan kepalanya "Iyaps, gua bakal berhenti suka sama Fiki because... " Ujar Ara menggantung kalimat akhirnya.

Alis Fika terangkat satu menandakan bahwa gadis itu bertanya tanya dan tak sabar menunggu ucapan sahabatnya itu.

"... Sahabat nya aja di ghosting apalagii guaa" Ujar Ara percaya diri dengan senyuman nya.

"Astaghfirullah Ara" Ujar Fika mengelus dada nya.

•••

"Murid baru yang satu kelas sama kita sabilah gua jadiin pacarr" Ujar Briyan yang tengah duduk di pojokan kelas bersama anggota Dalvaros lainnya termasuk Fiki.

Ariel yang mendengar ucapan temannya itu hanya memutar bola matanya males. Bagaimana tidak? Mata pria itu selalu hijau jika melihat gadis cantik seperti Fika.

Dia bahkan bisa memacari 10 gadis sekaligus tanpa ada kata "tapi".
Ya... Itulah Briyan, tak ada habisnya jika di sangkut pautkan dengan seorang perempuan.

"Muka di bawah KKM aja sok sok an mau jadi playboy. NGACA BEGO!!" Ujar Johan yang sebal dengan kelakuan temannya ini.

Ya, setidaknya setelah mengucapkan kalimat tersebut Johan berharap temannya itu segera sadar dan insaf dengan kelakuannya.

Tak apa lah menyakiti hati nya sedikit.

"Wahh, parah lo Jo, muka gua di atas KKM gini juga masi lu hina. Sirik lo!?"
U

jar Briyan membela diri.

"Serah lu lah yan," Ujar Johan mengalah.

"Yang waras ngalah" Batin Johan.

Fiki hanya memperhatikkan perdebatan kedua sahabatnya dengan tubuh yang bersandar di dinding paling belakang dengan kaki yang ia lurus kan ke depan dan tangan yang ia lipat di atas dada.

Matanya ia pejamkan, ia berniat untuk tidur. Daripada mendengarkan ocehan para sahabat sahabat nya, lebih baik ia tidur.

Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang memperhatikkan dirinya dari kejauhan. Sepasang mata itu tersenyum tipis, sangat tipis bahkan tak terlihat seperti sebuah senyuman.

Sepasang mata itu terus menetap hingga akhirnya ia kembali menatap papan tulis kelas. Sosok itu menarik nafas dalam dalam lalu mengeluarkan nya secara kasar.

Ddrrrtttt drrrttt

Ponsel Fiki bergetar karena dering tersebut. Ia langsung merogoh sakunya dan mengambil benda pipih itu.

Ia menekan tombol hijau lalu menarik tangannya ke telinga.

"Halo?"

"....." Ujar seseorang di sebrang sana.

"Ga, ga mungkin" Teriak Fiki yang membuat seluruh murid di kelas kaget.
Bahkan Johan yang sedang duduk di atas kursi yang ia mainkan pun sampai terjatuh dan terjungkal.

Sedangkan Fika yang mendengar teriakan Fiki langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Ada apa?" Batin Fika.

Saat tengah fokus menatap Fiki, layar ponsel nya menyala menandakan ada pesan masuk.

Bundadari
..................

08.00

Fika langsung terlonjak kaget setelah membaca pesan dari sang ibunda nya. Mata nya langsung melihat ke arah Fiki dental Mata pria itu sudah berkaca kaca dan hampir menangis.

Tidak, Fiki tidak boleh menangis di tempat ramai seperti ini. Dengan segera, Fiki mengambil tas ransel berwarna hitam miliknya lalu meninggalkan kelas begitu saja.

Fika yang melihat Fiki pergi pun langsung beranjak dari duduk dengan bahu yang sudah membawa tas ransel nya.

"Bilangin, gua ada urusan" Ijin Fika kepada Ara.

"Eh, eh lu berdua mau kemana woee!?" Teriak Johan tetapi sama sekali tak di dengar kan oleh mereka.

Fika berusaha mengejar Fiki yang sudah hampir sampai di parkiran sekolah. Pria itu langsung menaiki motor sport miliknya dan melajukan dengan kecepatan penuh.

Tanpa basa basi Fika juga langsung menaiki motor sport nya dan mengejar Fiki saat itu juga.

Kedua remaja itu melajukan motor nya dengan kecepatan di atas rata rata.

Sebenar nya, ada apa dengan mereka berdua?

Bahkan Fiki sempat tak percaya dengan ucapan seseorang yang ada di telfon nya.

•••

Tbc

hayoo, Fika sama Fiki kenapa ya?
Kok waktu dapet kabar langsung panik gituu!?

Ada apaa yaa...

Kepoin terus about f yaa!

Jangan lupa buat voment juga><

tysm all



ABOUT FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang